DOWNLOAD CONTOH LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK M DENGAN GANGGUAN SISTEM GASTROINTESTINAL

 

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK M DENGAN GANGGUAN SISTEM GASTROINTESTINAL

 

BAB I

KONSEP DASAR VOMITING

A.    Konsep Dasar Vomiting

1.      Definisi

Vomitus atau muntah merupakan ekspulsi isi lambung yang disemburkan keluar. Muntah adalah suatau refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat muntah di medulla oblongata otak. Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara eksklusif melalui mulut dengan bantuan kontraksi otot- otot perut. Perlu dibedakan antara regurgitasi, ruminasi, ataupun refluesophagus. Regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan kembali kemulut akibat gerakan peristaltic esophagus, ruminasi adalah pengeluaran makanan secra sadar untuk dikunyah kemudian ditelan kembali. Sedangkan refluesophagus merupakan kembalinya isi lambung kedalam esophagus dengan cara pasif yang dapat disebabkan oleh hipotoni spingter eshopagus bagian bawah, posisi abnormal sambungan esophagus dengan kardial atau pengosongan isi lambung yang lambat (Adrian, 2024).

 

2.      Etiologi

Muntah adalah gejala dari berbagai macam penyakit, maka evaluasi diagnosis mutah tergantung pada deferensial diagnosis yang dibuat berdasarkan faktor lokasi stimulus, umur dan gejala gastrointestinal yang lain. Penyebab muntah bisa karena

1.      Penyakit infeksi atau radang di saluran pencernaan atau di pusat keseimbangan

2.      Penyakit-penyakit karena gangguan metabolisme seperti kelainan metabolisme karbohidrat galaktosemia dan sebagainya, kelainan metabolisme asam amino(asam organic &misalnya gangguan siklus urea dan fenilketonuria' ).

3.      Gangguan pada system syaraf (neurologic)' bisa karena gangguan pada struktur (misalnya hidrosefalus) adanya infeksi (misalnya meningitis dan ensefalitis) maupun karena keracunan (misalnya keracunan syaraf oleh asiodosis dan hasil samping metabolisme lainnya)

4.      Masalah sensitifitas

5.      Keracunan makanan atau Toksin di saluran pencernaan

6.      Kondisi fisiologis misalnya yang terjadi pada anak-anak yang sedang mencari perhatian dari lingkungan sekitarnya dengan mengorek kerongkongan dengan jari telunjuknya. Penyakit gastroenteritis akut merupakan penyebab muntah yang paling sering terjadi pada anak-anak. Pada kondisi ini, muntah biasanya terjadi bersama-sama dengan diare dan rasa sakit pada perut. Pada umumnya disebabkan oleh virus dan bakteri patogen. virus utama penyebab muntah adalah rotavirus, sementara bakteri patogen mencakup Salmonella, Shigella, campylobacter dan Escherichia coli.

3.      Patofisiologi

Impuls- impuls aferens berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus dan simpatis. Impuls- impuls aferen berasal dari lambung atau duodenum dan muncul sebagai respon terhadap distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang- kadang sebagai respon terhadap rangsangan kimiawi oleh bahan yang menyebabakan muntah. Muntah merupakan respon refleks simpatis terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan berbagai aktifitas otot perut dan pernafasan. Proses muntah dibagi 3 fase berbeda, yaitu Nausea (mual) merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat rangsangan pada organ dan labirin dan emosi dan tidak selalu diikuti oleh retching atau muntah. Retching (muntah) merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodic dengan glottis tertutup, bersamaan dengan adanya inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif. Emesis (ekspulsi) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya dan ditandai dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunannya diafragma disertai dengan penekanan mekanisme antirefluks. Pada fase ini, pylorus dan antrum berkontraksi, fundus dan esofagus berelaksasi dan mulut terbuka.

 

4.      Manifestasi Klinis

a)      Mual

b)      Rasa penuh di epigastrium

c)      Hipersalivasi

d)      Retching

e)      Muntah

f)       Dehidrasi

g)      Ketidakseimbangan elektrolit

 

5.      Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium

·         Darah lengkap

·         Elektrolit serum pada bayi dan anak yang dicurigai mengalami dehidrasi.

·         Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya infeksi atau kelainan saluran kemih atau adanya kelainan metabolik.

·         Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang dicurigai gastroenteritis atau infeksi parasit.

Foto polos abdomen

·           Posisi supine dan left lateral decubitus digunakan untuk mendeteksi malformasi anatomik kongenital atau adanya obstruksi.

·           Gambaran air-fluid levels menandakan adanya obstruksi tetapi tanda ini tidak spesifik karena dapat ditemukan pada gastroenteritis

·           Gambaran udara bebas pada rongga abdomen, biasanya di bawah diafragma menandakan adanya perforasi.

 

 

 

6.      Penatalaksanaan

Penatalaksanaan awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah mengkoreksi keadaan hipovolemi dan gangguan elektrolit. Pada penyakit gastroenteritis akut dengan muntah, obat rehidrasi oral biasanya sudah cukup untuk mengatasi dehidrasi. Pada muntah bilier atau suspek obstuksi intestinal penatalaksanaan awalnya adalah dengan tidak memberikan makanan secara peroral serta memasang nasogastic tube yang dihubungkan dengan intermittent suction. Pada keadaan ini memerlukan konsultasi dengan bagian bedah untuk penatalaksanaan lebih lanjut. Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik muntah yang dapat diidentifikasi. Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tanpa mengetahui penyebab yang jelas tidak dianjurkan. Bahkan kontraindikasi pada bayi dan anak dengan gastroenteritis sekunder atau kelainan anatomis saluran gastrointestinal yang merupakan kasus bedah misalnya, hiperthrophic pyoric stenosis (HPS), apendisitis, batu ginjal, obstruksi usus, dan peningkatan tekanan intrakranial. Hanya pada keadaan tertentu antiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif, misalnya pada mabuk perjalanan (motion sickness), mual dan muntah pasca operasi, kemoterapi kanker, muntah siklik, gastroparesis, dan gangguan motilitas saluran gastrointestinal.

7.      Komplikasi

 

a)             Kehilangan cairan tubuh/elektronik sehingga dapat menyebabkan dehidrasi dan alkaliosis.

b)             Karena tidak mau makan/minum dapat menyebabkan ketosis.

c)             Ketosis akan menyebabkan asidosis yang akhirnya bisa menjadi renjantan (shock).

d)             Bila muntah sering dan hebat akan terjadi ketegangan otot dinding perut, pendarahan konjungtiva, rupture esofagus, infeksi mediastinum, aspirasi muntah, jahitan bisa terlepas pada penderita pasca operasi dan timbul pendarahan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

 

A.    Konsep Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian

Identitas: Biasanya terdiri dari nama,umur, tempat tanggal lahir

1)      Riwayat kesehatan

a)      Keluhan utama &keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian:  mual,muntah

b)      Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saatmasuk rumah sakit).

c)      Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lainyang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak).

2)      Pemeriksaan fisik (tanda-tanda vital sign)

·         tanda-tanda dehidrasi &turgor kulit,

·         mukosa mulut kering, kelopak mata cekung,

·         produksi urine berkurang, tanda- tanda shock Penurunan berat badan).

3)      Pemeriksaan Penunjang

·         Pemeriksaan laboratorium, analisis urine dan darah foto polos abdomen.

 

2.      Diagnosa  (SDKI,SLKI,SIKI)

 

SDKI

SLKI

SIKI

Hipovolemia (D.0023]

Penyebab (etiologi) dari masalah hipovolemia adalah:

1.      Kehilangan cairan aktif

2.      Kegagalan mekanisme regulasi

3.      Meningkatkan permeabilitas kaca

4.      Kekurangan intake cairan

5.      Penguapan

 

 

 Tanda dan gejala 

DS:

Tidak ada

DO:

1.      Frekuensi nadi meningkat

2.      Nadi teraba lemah

3.      Tekanan darah menurun

4.      Tekanan nadi menyempit

5.      Turgor kulit menurun

6.      Membran mukosa kering

7.      Volume urin menurun

8.      Hematokrit meningkat

 

Sumber:

(PPNI, 2016)

Status cairan membaik (L.03028)

Status cairan membaik adalah kondisi dimana volume cairan ruang intravascular, interstitial, dan/atau intraseluer membaik.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa status cairan membaik adalah:

1)      Kekuatan nadi meningkat

2)      Output urin meningkat

3)      Membran mukosa lembab meningkat

4)      Ortopnea menurun

5)      Dispnea menurun

6)      Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND) menurun

7)      Edema anasarka menurun

8)      Edema perifer menurun

9)      Frekuensi nadi membaik

10)  Tekanan darah membaik

11)  Turgor kulit membaik

12)  Jugular venous pressure membaik

13)  Hemoglobin membaik

14)  Hematokrit membaik

Sumber:

(PPNI, 2018)

 

Manajemen Hipovolemia (I.03116)

Observasi

·         Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis: frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)

·         Monitor intake dan output cairan

Terapeutik

·         Hitung kebutuhan cairan

·         Berikan posisi modified Trendelenburg

·         Berikan asupan cairan oral

Edukasi

·         Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

·         Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

Kolaborasi

·         Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis: NaCL, RL)

·         Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis: glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)

 

Sumber: (PPNI, 2018)

Nausea (D.0076)

Penyebab (etiologi) masalah mual adalah:

1.        Gangguan biokimiawi (mis: uremia, ketoasidosis diabetes)

2.        Gangguan pada esofagus

3.        Distensi lambung

4.        Iritasi lambung

5.        Gangguan pankreas

6.        Peregangan kapsul limpa

7.        Tumor terlokalisasi (mis: neuroma akustik, tumor otak primer atau sekunder, metastasis tulang di dasar tengkorak)

8.        Peningkatan tekanan intraabdomen (mis: keganasan intraabdomen)

9.        Peningkatan tekanan intrakranial

10.    Peningkatan tekanan intraorbital (mis: glaukoma)

11.    Mabuk perjalanan

12.    Kehamilan

13.    Aroma tidak sedap

14.    Rasa makanan/minuman yang tidak enak

15.    Stimulus penglihatan tidak menyenangkan

16.    Faktor psikologis (mis: kecemasan, ketakutan, stres)

17.    Efek agen farmakologis

18.    Efek toksin

 

DS:

·         Mengeluh mual

·         Merasa ingin muntah

·         Tidak berminat makan

DO:

·         Tidak tersedia

 

 

 

Tingkat mual menurun (L.08065).

Tingkat mual menurun berarti perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorokan atau lambung yang dapat menyebabkan muntah menurun.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa tingkat mual menurun adalah:

1)      perasaan ingin muntah menurun

 

Manajemen muntah (I.03118)

 

Observasi

·         pengungkapan pengalaman muntah

·         Identifikasi isyarat ketidaknyamanan nonverbal (mis: bayi, anak-anak, dan mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif)

·         Penciptaan dampak muntah terhadap kualitas hidup (mis: nafsu makan, aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur)

·         Identifikasi faktor penyebab muntah (mis: pengobatan dan prosedur)

·         Pantau muntahan (mis: frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan)

Terapi

·         Kontrol lingkungan penyebab muntah (mis: bau tidak sedap, suara, dan stimulasi visual yang tidak menyenangkan)

·         Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab muntah (mis: kecemasan, ketakutan)

·         Atur posisi untuk mencegah aspirasi

·         Mempertahankan kepatenan jalan napas

·         Bersihkan mulut dan hidung

·         Berikan dukungan fisik saat muntah (mis: membantu membungkuk atau membungkukkan kepala)

·         Berikan kenyamanan selama muntah (mis: kompres dingin di dahi, atau sediakan pakaian kering dan bersih)

·         Berikan cairan yang tidak mengandung karbonasi minimal 30 menit setelah muntah

Edukasi

·         Anjurkan membawa kantong plastik untuk menampung muntah

·         Anjurkan memperbanyak istirahat

·         Ajarkan penggunaan Teknik non farmakologis untuk mengelola muntah (mis: biofeedback, hipnosis, relaksasi, terapi musik, akupresur)

Kolaborasi

·         Kolaborasi pemberian obat antiemetik, jika perlu

 

Hipertermia (D.0077)

Definisi: Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal.

 

Penyebab (etiologi) untuk masalah hipertermia adalah:

1.      Dehidrasi

2.      Terpapar lingkungan panas

3.      Proses penyakit (mis: infeksi, kanker)

4.      Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan

5.      Peningkatan laju metabolisme

6.      Respon trauma

7.      Aktivitas berlebihan

8.      Penggunaan inkubator

 

 

Termoregulasi membaik (L.14134)

Termoregulasi membaik berarti membaiknya pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa termoregulasi membaik adalah:

1.      Menggigil menurun

2.      Suhu tubuh membaik

3.      Suhu kulit membaik

 

Manajemen Hipertermia (I.15506)

Observasi

·         Identifikasi penyebab hipertermia (mis: dehidrasi, terpapar lingkungan panas, penggunaan inkubator)

·         Monitor suhu tubuh

·         Monitor kadar elektrolit

·         Monitor haluaran urin

·         Monitor komplikasi akibat hipertermia

Terapeutik

·         Sediakan lingkungan yang dingin

·         Longgarkan atau lepaskan pakaian

·         Basahi dan kipasi permukaan tubuh

·         Berikan cairan oral

·         Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis (keringat berlebih)

·         Lakukan pendinginan eksternal (mis: selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)

·         Hindari pemberian antipiretik atau aspirin

·         Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

·         Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

 

3.      Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakankeperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik (Utami & Luthfiana, 2016).

 

 

 

 

 

 DOWNLOAD FILENYA DISINI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DOWNLOAD CONTOH SURAT LAMARAN DAPUR MBG

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. M.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM (HIPERTERMIA)