UNDUH LAPORAN PENDAHULUAN SISTEM PERSYARAFAN DIAGNOSA MEDIS CVA FORMAT MS WORD

 

LAPORAN PENDAHULUAN SISTEM PERSYARAFAN  DIAGNOSA MEDIS CVA

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Anatomi dan Fisiologi

Bagian dari otak secara garis besar terdiri dari : (Setiadi, 2016)

1.       Otak besar (cerebrum)

Berpasangan bagian atas dari otak kecil yang mengisi lebih dari setengah masa otak. Permukaannya berasal dari bagian yang menonjol dan lekukan Cerebrum di bagi dalam 4 lobus yaitu :

a)      Lobus frontalis, menstimulasi pergerakan otot yang bertanggung jawab untuk proses berfikir, pusat fungsi intelektual yang lebih tinggi seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar motoric bicara, pusat penghirup, pusat pengonrolan gerakan volunteer di gyrus presentralis (area motoric primer).

b)       Lobus Parientalis merupakan area sensoris dari otak yang merupakan sensasi perabaan, tekanan, dan sedikit menerima perubahaan temperature

c)       Lobus Occipitalis mengandung area visual yang menerima sensasi dari mata, berfungsi sebagai menginterpretasikan dan memperoses rangsang penglihatan dari nervus optikus

d)      Lobus temporalis, mengandung area auditori yang menerima sensasi dari telinga dan berperan dalam pembentukan dan perkembangan emosi. Area khusus otak besar (cerebrum) adalah :

·         Somatic sensory, area yang menerima implus dari reseptor sensori tubuh yang terdiri dari area sensorik primer, dan visual primer, area auditori primer. Area olfaktori primer dan area pengecap primer.

·          Primary motor, area yang mengirim implus ke otot skeletal area primar terdapat dalam girus presentral. Disini neuron mengedalikan sisi anterior

2.      Otak depan (diachepalon)

Terletak diantara serebrum dan otak tengah yang tersembunyi di balik hermisfer serebral, terletak dibagian atas batang otak didepan mesenchepalon terdari dari :

a)      Thalamus, berfungsi untuk stasiun pemancar bagi implus yang sampai di otak dan medulla spinalis

b)      Hipotalamus, berfungsi sebagai pusat pusat pengaturan suhu.

c)      Subtalamus, nucleus motoric ekstrapiramidal penting mempunyai hubungan nucleus rubra, substansia nigra dan globus palidus dari ganglia basalis

d)      Epitalamus adalah membentuk langit – langit tipis ventrikel telinga.

3.      Otak tengah ( mesencephalon) Merupakan bagian otak pendek dan terkonriksi yang menghubungkan pons dan serebelum dan sereblum dan berfungsi sebagai jalur penghantar dan pusat refleks.

4.      Otak belakang (pons) bagian otak yang menonjol kebanyakan tersusun dari lapisan fiber (berserat) dan termasuk sel yang terlibat dalam pengontrolan pernafasan. Otak belakang ini menjadi :

a)      Ponsvorali, membantu meneruskan informasi

b)      Medulla oblongata, mengendalikan fungsi otomatis organ dalam (internal)

c)      Serebelum, mengkoordinasikan pergerakan dasar.

Otak dilindungi oleh beberapa bagian yaitu kulit kepala, rambut, tulang tengkorak dan kolumna vertebral dan meningeal (selaput otak ) lapisan meningeal terdiri dari Durameter, lapisan araknoid dan piameter, cairan serebrospinalis.:

·         Durameter : selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan ikat tebal dan kuat.

·         Arakhroid : merupakan selaput halus yang memisahkan durameter dengan piameter membentuk sebuah kantong atau balon berisi cairan otak yang meliputi seluruh susunan saraf sentral.

·         Piameter : merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan otak.

Cairan serebrospinal yang berada diruang subarachnoid merupakan salah satu proteksi untuk melindungi jaringan otak dan medulla spinalis terhadap trauma atau gangguan dari luar. Cairan serebrospinal dibentuk dari kombinasi filtrasi kapiler dan sekresi aktif dari epitel. Cairan serebrospinal hampir menyerupai ultrafiltrat dari plasma darah tapi berisi konsentrasi Na, K, bikarbonat, cairan, glukosa yang lebih kecil dan klorida yang lebih tinggi dengan PH cairan serebrospinal lebih rendah dari darah Cairan serebrospinal mempunyai fungsi yaitu :

a.       Menyediakan keseimbangan dalam system saraf, dimana unsur – unsur pokok pada cairan serebrospinal berada dalam keseimbangan dengan cairan otak ekstraseluler, jadi mempertahankan lingkungan yang konstan terhadap sel – sel dalam system saraf.

b.      Menghantar makanan kesistem syaraf pusat

c.       Melindungi otak dan sumsum tulang belakang dari goncangan dan trauma.

d.      Sebagai buffer

e.       Mempertahankan tekanan intracranial. Dengan cara pengurangan cairan serebrospinalis dengan mengalirkan ke luar rongga tengkorak, baik dengan mempercepat pengalirannya melalui berbagai foramina, hingga mencapai sinus venosus atau masuk kedalam rongga subaracnoid lumbal.

f.         Mengalirkan bahan – bahan yang tidak diperlukan otak, seperti CO2, laktat, dan ion hydrogen. (Setiadi, 2016).

Otak manusia menerima 17% dari curah jantung dan menggunakan 20% dari konsumsi O2 total tubuh manusia untuk menjalankan metabolisme aerobik. Fungsi normal dari pusat kendali otak tergantung pada pasokan O2 dan nutrisi yang cukup melalui jaringan pembuluh darah yang padat. Darah disuplai ke otak melalui dua set pembuluh darah utama, yaitu arteri karotis kanan dan kiri serta arteri vertebralis kanan dan kiri. (Denny Pratama 2021).

Arteri karotis memiliki dua divisi. Arteri karotis eksternal memasok darah ke wajah dan kulit kepala. Arteri karotis internal memasok darah ke sebagian besar bagian anterior serebrum. Arteri vertebrobasilar memasok dua perlima posterior cerebrum, bagian cerebellum, dan batang otak. Setiap penurunan aliran darah melalui salah satu arteri karotis internal menyebabkan beberapa penurunan fungsi otak yang dapat menyebabkan mati rasa (kebas), kelemahan, atau kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan dengan penyumbatan arteri. Penyumbatan salah satu arteri vertebral dapat menyebabkan banyak konsekuensi serius, mulai dari kebutaan hingga kelumpuhan. (Denny Pratama 2021).

B.     Definisi

Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak. Stroke non hemoragik adalah tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti.(Nurafif & Kusuma 2019).

 CVA (Cerebri Vascular Accident) adalah kelainan fungsi otak. Onset mendadak yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah otak dan dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja dengan gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan cacat dalam bentuk kelumpuhan anggota badan, gangguan bicara, proses berpikir, memori dan bentuk kecacatan lainnya menyebabkan kematian (Muliati 2018).

Stroke infark/iskemik/non hemoragik adalah stroke yang timbul akibat thrombosis atau embolisasi yang terjadi pada satu atau lebih pembuluh darah otak dan menyebabkan obstruksi aliran darah ke otak. Stroke iskemik akut adalah gejala klinis defisit serebri fokal dengan onset yang cepat dan berlangsung lebih dari 24 jam serta cenderung menyebabkan kematian. Dua penyebab utama infark serebri yaitu thrombosis dan emboli (Gusev (2023) dalam (Gofir 2021)).

C.     Klasifikasi

Menurut (Mega 2021), klasifikasi stroke berdasarkan patologinya dibagi menjadi dua jenis yakni:

1.      CVA Iskemik (CVA Infark)

CVA Iskemik merupakan tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan berhentinya aliran darah ke otak secara sebagian ataupun keseluruhan, penyumbatan juga dapat terjadi dimanapun pada jalur pembuluh darah arteri yang meunju otak. Stroke non hemoragik ini biasanya berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebral, pada kasus stroke jenis ini tidak mengalami pendarahan dan pada umunya pasien dengan kasus stroke non hemoragik memilki kesadaran yang baik, namun stroke iskemik dibagi menjadi tiga bagian :

a)      Transient Ischemic Attack (TIA)

 Merupakan gangguan neurologis fungsional yang mendadak dan terbatas pada wilayah vaskular dan biasanya berlangsung kurang dari 15 menit dengan resolusi lengkap selama 24 jam. Terdapat berbagai penyebab, tetapi pada umumnya disebabkan karena suplai darah sementara yang tidak memadai untuk suatu wilayah fokus otak. TIA bukan suatu gangguan yang jinak dan hampir sepertiga pasien akhirnya akan memiliki infark serebral (sekitar 20% dalam waktu 1 bulan kejadian CVA berawal dari TIA).

b)      Trombosis serebri

Hampir separuh insiden CVA Infark trombosis. Jenis CVA ini ditandai dengan penggumpalan darah pada pembuluh darah yang mengarah menuju otak. Biasa disebut dengan serebral trombosis. Proses trombosis dapat terjadi di dua lokasi yang berbeda, yaitu pembuluh darah besar erat kaitannya dengan aterosklerosis, sedangkan trombosis pada pembuluh darah kecil biasanya dialami oleh penderita hipertensi.

c)       Emboli serebri

Merupakan jenis CVA dimana penggumpalan darah bukan terjadi pada pembuluh darah otak melainkan pada pembuluh darah yang lainnya. Kebanyakan insiden terjadi karena trombosis pada pembuluh darah jantung. Pasokan darah dari jantung yang kaya oksigen dan nutrisi ke otak adalah faktor utama yang menjadi penyebabnya

2.      CVA Hemoragik

CVA hemoragik merupakan jenis stroke yang ditimbulkan oleh pendarahan ke dalam jaringan otak (disebut hemoragia intraserebrum atau hematom intraserebrum) atau disebut juga perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid, yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak (disebut hemoragia subarakhnoid atau hematom subarakhnoid). Pada jenis stroke hemoragik dibedakan menjadi dua yakni:

a.       Pendarahan intraserebral

Pendarahan yang terjadi didalam otak, yakni pada ganglia batang otak pada umumnya serta pada otak kecil dan otak besar, jenis kasus ini yang meimbulkan akibat fatal, karena sebagian pasien pada penderita kasus stroke jenis ini mengalami penanganan tindakan wajib operasi bahkan tidak dapat dapat diselamatkan.

b.      Pendarahan subarachnoid

 Pendarahan subaraknoid terjadi diluar otak, yaitu pada pembuluh darah yang berada di bawah otak atau diselaput otak. Perdarahan tersebut menekan otak sehingga suplai darah ke otak berhenti. Ketika darah yang berasal dari pembuluh darah yang bocor bercampur dengan cairan yang ada dibatang atau selaput otak, maka darah akan menghalangi aliran cairan otak sehingga menimbulkan tekanan. CVA hemoragik subaraknoid paling sering terjadi pada penderita hidrosefalus. Klasifikasi stroke menurut (Muliati 2018) .

1.      Stroke iskemik (stroke non hemoragik) yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah Sebagian atau keseluruhan terhenti. Stroke iskemik dibagi menjadi 3 yaitu :

a)      Stroke Trombotik : Proses terbentuknya thrombus yang membuat gumpalan.

b)      Stroke Embolik : Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah

c)      Hipoperfution sistemik : Berkurangnya aliran darah keseluruh tubuh karena adannya gangguan denyut jantung.

2.      Stroke Hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah pada otak. Hampir 70% penderita stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Stroke hemoragik ada 2 jenis yaitu :

a)      Hemoragik Intracelebral : Perdarahan yang terjadi didalam jaringan otak

b)      Hemoragik Subarakoid : Perdarahan yang terjadi diruang subarakoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan yang menutupi otak ).

D.    Etiologi

1.      Thrombosis serebral

Thrombosis merupakan pembentukan gumpalan darah (trombus) yang tidak normal didalam pembuluh darah, Thrombosis serebral ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi pada jaringan otak yang dapat menimbulkan oedem dan kongesti disekitarnya. Thrombosis rentan terjadi pada orang tua yang sedang tidur  atau bangun tdur, hal ini akibatkan oleh penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis sering memburuk pada 48 jam setelah thrombosis, keadaan yang dapat menyebabkan thrombosis otak antara lain :

a)      Ateroklerosis

Menumpuknya lemak, kolestrol, dan zat lain didalam dan didinding arteri, timbunan plak kolestrol didinding arteri dapat menghalangi aliran darah. Sehingga dapat terjadi oklusi akut arteri jika gumpalan plak mengalami perpecahan.

b)      Hiperkoagulasi pada polisitemia

Sindrom pengentalan darah adalah keadaan klinis dimana mudah terjadi penggumpalan darah. Pada keadaan normal penggumpalan darah terjadi sebagai mekanisme untuk menghentikan perdarahan. Pada kondisi tidak normal penggumpalan darah terjadi berlebihan sehingga dapat membahayakan tubuh.

c)      Arteritis (radang pada arteri)

 Peradangan pada pembuluh darah arteri didalam dan disekitar kulit kepala, penyebab peradangan pembuluh darah tidak diketahui dalam beberapa kasus, pembengkakan hanya mempengaruhi bagian arteri dengan bagian pembuluh normal berada di antarannya.

d)      Emboli

Kondisi ketika benda atau zat asing seperti gumpalan darah atau gelembung gas tersangkut dalam pembuluh darah dan menyebabkan penyumbatan pada aliran darah.

2.      Hemoragi

 Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Akibat dari pecahnya pembuluh darah pada otak yang merupakan pembesaran darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan sehingga otak membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga infark otak odema dan mungkin herniasi pada otak.

3.      Hipoksia umum

Beberapa penyebab yang tergolong dalam hipoksia umum diantaranya hipertensi, henti jantung-paru, turunya curah jantung karena ritmia

4.      Hipoksia setempat

Beberapa penyebab yang tergolong dalam hipoksia umum diantaranya spasme arteri serebral yang disertai perdarahan subaraknoid dan vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren. (Syah, Pujiyanti, and Widyantoro 2019)

E.      Faktor Resiko

Beberapa faktor resiko CVA Infark diantaranya:

1.      Hipertensi

Dapat meningkatkan tekanan darah perifer sehingga menyebabkan penebalan pembuluh darah

2.       Penyakit jantung

Embolus biasanya terbentuk di jantung akibat adanya kelainan di katup jantung, irama jantung yang tidak teratur, atau setelah serangan jantung

3.      Kolestrol tinggi

 Kadar lemak darah yang tinggi dapat meningkatkan resiko aterosklerosis dan penyakit jantung koroner

4.       Gaya hidup yang tidak sehat

Pola makan yang berlebih (obesitas), merokok, kurang berolahraga serta penyalahgunaan obat

5.       Diabetes melitus

Diabetes melitus dapat menimbulkan perubahan pada sistem vasculer (pembuluh darah dan jantung) serta mendorong terjadinya ateroklerosis

6.      Stress emosional

Pada jangka panjang dapat meningkatkan tekanan darah dan kadar kolestrol.

7.      Umur

Semakin tinggi usia semakin tinggi pula resiko terkena stroke, pada peneletian yang dilakukan oleh (Selvirawati, Wahab, and Rizarullah 2020) usia tersering yang mengalami stroke yaitu 55-64 tahun. Pasien stroke iskemik didominasi oleh kelompok umur 56-60 tahun sebanyak 18 orang (78,3%). Sedangkan pasien dengan kelompok usia 50-56 tahun sebanyak 9 orang (75,0%) mendominsasi angka kejadian stroke hemoragik.

8.      Jenis kelamin

Pada kebanyakan kasus didapatkan pria lebih sering mengalami stroke dibandiingkan dengan wanita, sesuai dengan penelitian oleh (Selvirawati, Wahab, and Rizarullah 2020) jumlah pasien stroke lebih banyak lakilaki yaitu sebanyak 33 orang (58,9%) sedangkan perempuan sebanyak 23 (41,1%). Hal ini diakibatkan oleh faktor pencetus lain seperti merokok, minum alkohol yang dominan oleh laki laki.

9.      Faktor turunan

F.      Patofisiologi

Infark serebri dimulai dengan penurunan suplei darah ke area otak tertentu. Tingkat infark tergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan ukuran pembuluh darah serta sirkulasi kolateral yang memadai ke daerah yang dipasok oleh pembuluh darah yang tersumbat Patofisiologi stroke iskemik dibagi menjadi dua bagian, yaitu vaskular dan metabolik. Iskemia disebabkan oleh oklusi Oklusi vaskular yang menyebabkan iskemia ini dapat disebabkan oleh emboli, thrombus, plak, dan penyebab lainnya. Iskemia menyebabkan hipoksia dan akhirnya kematian jaringan otak. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis , atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. hal ini akan mengalami perdarahn cerebral , jika aneurisma pecah atau rupture. Oklusi vaskular yang terjadi menyebabkan terjadinya tanda dan gejala pada stroke iskemik yang muncul berdasarkan lokasi terjadinya iskemia. Sel-sel pada otak akan mati dalam hitungan menit dari awal terjadinya oklusi. Hal ini berujung pada onset stroke yang tibatiba. Gangguan metabolisme terjadi pada tingkat selular, berupa kerusakan pompa natrium-kalium yang meningkatkan kadar natrium dalam sel. Hal ini menyebabkan air tertarik masuk ke dalam sel dan berujung pada kematian sel akibat edema sitotoksik Stroke iskemik dapat berubah menjadi stroke hemorhagik. Pendarahan yang terjadi tidak selalu menyebabkan defisit neurologis. Defisit neurologis terjadi apabila perdarahan yang terjadi luas. Hal ini dapat disebabkan oleh rusaknya sawara darah otak, sehingga sel darah merah terekstravasasi dari dinding kapiler yang lemah.

G.    Manifestasi Klinis

Kehilangan Motorik CVA (Cerebro Vaskuler Accident) adalah penyakit otot neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik, misalnya:

1)      Hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi tubuh)

2)      Hemiparesis (kelemahan pada salah satu sisi tubuh)

3)      Menurunnya tonus otot abnormal

Kehilangan komunikasi Fungsi otak yang mempengaruhi oleh CVA (Cerebro Vaskuler Accident) adalah bahasa dan komunikasi, misalnya :

1)      Disartria, yaitu kesulitan berbicara yang ditunjukan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.

2)      Disfasia atau afasia atau kehilangan bicara yang terutama ekspresif atau arefresif. Apraksia yaitu ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya.

Gangguan persepsi

1)      Hemonimus hemianopsia, yaitu kehilangan setengah lapang pandang dimana sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis.

2)       Amorfosintesis, yaitu keadaan dimana cenderung berpaling dari sisi tubuh yang sakit dan mengabaikan sisi atau ruang yang sakit tersebut.

3)      Gangguan hubungan visual spasia, yaitu gangguan dalam mendapatkan hubungan dua atau lebih objektif dalam area spasial.

4)      Kehilangan sensori, antara lain tidak mampu merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh (kehilangan propioseptik) sulit menginterprestasikan stimulasi visual, taktil auditorius (Mega 2021)

H.    Tanda dan Gejala

 Menurut Kemenkes RI tanda dan gejala dari stroke adalah SEGERA KE RS yang merupakan singkatan dari : Senyum tidak simetris (mencong ke satu sisi), tersedak, sulit menelan air minum secara tiba-tiba Gerak separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba bicara pelo / tiba-tiba tidak dapat bicara / tidak mengerti kata-kata / bicara tidak nyambung Kebas atau baal, atau kesemutan separuh tubuh, rabun, pandangan satu mata kabur, terjadi tiba-tiba Sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah dirasakan sebelumnya, Gangguan fungsi keseimbangan, seperti terasa berputar, gerakan sulit dikoordinasi (tremor / gemetar, sempoyongan). (RI 2020)

I.         Komplikasi

1.      Komplikasi yang berhubungan dengan sitem saraf meliputi edema dan kejang epileptik

2.      Terjadinya infeksi

3.      Adanya masalah pada anggota gerak

4.      Komplikasi akibat mobilisasi

5.       Kurangnya nutrisi

6.      Dampak psiko-sosial

J.       Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan diantaranya:

1.       Laboratorium meliputi pemeriksaan darah lengkap.

2.      Foto thorax untuk memperlihatkan keadaan jantung.

3.      Angiografi serebral untuk membantu menemukan penyebab dari stroke secara spesifik.

4.       CT scan untuk melihat secara spesifik letak edema, adanya jaringan otak yang infark, dan posisinya.

5.       MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi, besar dan luas adanya pendarahan otak.

6.       EEG bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.

K.    Pencegahan

 Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan pola hidup sehat, Pencegahan primer dapat dilakukan dengan menghindari rokok, alkohol, kegemukan dan konsumsi garam berlebih. Mengurangi kolesterol dan lemak dalam makanan. Perbanyak konsumsi gizi seimbang dan olahraga teratur. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara memodifikasi gaya hidup yang berisiko seperti hipertensi dengan diet dan obat antihipertensi, diabetes mellitus dengan diet dan obat hipoglikemik oral atau insulin, penyakit jantung dengan antikoagulan oral, dyslipidemia dengan diet rendah lemak. Rutin melakukan cek  kesehatan dan segera melakukan pengobatan jika mengalami keluhan, agar mendapatkan penanganan segera.

L.     Penatalaksanaan

1)      Posisi kepala dan badan diatas 20-30 derajat, posisi lateral dekubitus bila disertai muntah. Boleh dimulai mobilisasi bertahap bila hemodinamik stabil.

2)      Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat bila perlu berikan oksigen 1-2 liter/menit

3)      Kandung kemih yang penuh dikosongkan dengan kateter.

4)       Suhu tubuh harus dipertahankan.

5)      Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi menelan baik, bila terhadap gangguan menelan atau pasien yang kesadaran menurun, dianjurkan pemasangan NGT.

6)      Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika tidak ada kontraidikasi. (Mega 2021)

M.   Konsep Asuhan Keperawatan CVA Infark

1.      Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Semua data dikumpulkan secara sistematis dan komprehensif dengan aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual pasien

a.       Data Umum

 Tanyakan pada pasien tentang nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, suku, tanggal masuk RS dan lainnya mengenai identitas klien.

b.       Keluhan Utama

Keluhan utama stroke infark yang sering menjadi alasan pasien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.

c.       Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat kesehatan sekarang meliputi pertanyaan berupa kapan gejala mulai muncul, apakah mendadak atau bertahap, berapa kali masalah terjadi, lokasi gangguan yang pasti, karakter keluhan. Serangan stroke infark sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan perubahan di dalam intrakranial. Keluhari perubahan perilaku juga umum terjadi.

d.      Riwayat Penyakit Dahulu

Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan

e.       Riwayat Penyakit Keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.

f.        Pemeriksaan Fisik

·         B1 (Breath)

Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi  sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran koma. Pada klien dengan tingkat kesadaran compos mends, pengkajian inspeksi pernapasannya tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan.

·         B2 (Blood)

Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan renjatan (syok hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200 mmHg).

·         B3 (Brain)

Pemeriksaan 12 Saraf kranial :

1.       Saraf Olfaktorius (N. I) : saraf sensorik, untuk penciuman.

2.      Saraf Optikus (N. II) : saraf sensorik, untuk penglihatan.

3.      Saraf Okulomotorius (N. III) : saraf motorik, untuk mengangkat kelopak mata dan kontraksi pupil.

4.      Saraf troklearis (N. IV) : saraf motorik, untuk pergerakan bola mata.

5.      Saraf Trigeminalis (N. V) : saraf motorik, gerakan mengunyah, sensasi wajah, lidah dan gigi, reflek kornea dan reflek berkedip.

6.      Saraf Abdusen (N. VI) : saraf motorik, pergerakan bola mata kesamping melalui otot lateralis.

7.      Saraf Fasialis (N. VII) : saraf motorik, untuk ekspresi wajah.

8.      Saraf Vestibulokoklear (N. VIII) : saraf sensorik, untuk pendengaran dan keseimbangan.

9.       Saraf Glosofaringeus (N. IX) : saraf sensorik dan motorik, untuk sensasi rasa.

10.  Saraf Vagus (N. X) : saraf sensorik dan motorik, reflek muntah dan menelan.

11.  Saraf Asesorius (N. XI) : saraf motorik, untuk menggerakan bahu.

12.  Saraf Hipoglosus (N. XII) : saraf motorik, untuk menggerakan lidah.

·         B4 (Bladder)

Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang kontrol sfingter urine eksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril. Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.

·         B5 (Bowel)

 Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. Adanya inkontinensia alvi yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.

·         B6 (Bone)

 Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.

2.      Diagnosa Keperawatan

a.       Resiko perfusi serebral tidak efektif ditandai dengan embolisme (SDKI D.0017)

b.      Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan (SDKI D.00 019)

c.       Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan massa otot (SDKI D.0054)

d.       Gangguan menelan berhubungan dengan gangguan saraf kranialis (SDKI D.0063)

e.       Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (SDKI D.0077)

f.         Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi serebral (SDKI D.0119)

g.      Resiko gangguan intregitas kulit ditandai dengan tirah baring (SDKI D.0139)

h.      Resiko jatuh ditandai dengan penurunan kekuatan otot (SDKI D.0143)

3.       Intervensi Keperawatan

Tabel Intervensi keperawatan dengan diagnosa medis CVA Infark

No.

Diagnosa keperawatan

Tujuan dan kriteria hasil

Intervensi

1.

Resiko perfusi serebral tidak efektif ditandai dengan embolisme (SDKI D0017, hal.51)

 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan perfusi serebral (SLKI L.02014) meningkat, dengan kriteia hasil:

1.      Tingkat kesadaran meningkat

2.      TIK menurun

3.       Kesadaran membaik

Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial (SIKI : 1. 06198)

Observasi

·         Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, gangguan metabolisme, edema serebral)

·         Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah meningkat, tekanan nadi melebar, bradikardia, pola napas ireguler, kesadaran menurun)

·         Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)

·         Monitor CVP (Central Venous Pressure), jika perlu

·         Monitor PAWP, jika perlu

·          Monitor PAP, jika perlu

·         Monitor ICP (Intra Cranial 30 Pressure), jika tersedia

·          Monitor CPP (Cerebral Perfusion Pressure)

·         Monitor gelombang ICP

·          Monitor status pernapasan

·          Monitor intake dan output cairan

·         Monitor cairan serebrospinalis (mis. Warna, konsistensi)

Terapeutik 

·         Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang

·          Berikan posisi semi fowler

·         Hindari maneuver Valsava

·          Cegah terjadinya kejang

·          Hindari penggunaan PEEP

·          Hindari pemberian cairan IV hipotonik

·         Atur ventilator agar PaCO2 optimal

·         Pertahankan suhu tubuh normal

Kolaborasi

·         Kolaborasi pemberian sedasi dan antikonvulsan, jika perlu

2.

Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan (SDKI D0019), hal 56)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan Status nutrisi (SLKI, L.03030) membaik.dengan kriteia hasil :

1.      Berat badan membaik

2.      Nafsu makan membaik

3.      Bising usus membaik

Manajemen nutrisi (SIKI: I.03119)

Observasi

·         Identifikasi makanan yang disukai

·         Identifikasi alergi dan intoleren makanan

·         Identifikasi status nutrisi

·         Monitor asupan makanan

Terapeutik

·         Lakukan oral hygiene sebelum makan jika perlu

·         Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

·         .Sajikan maknan tinggi serat dan protein

Edukasi

·         Anjurkan posisi duduk

·          Ajarkan diet yang diajarkan

Kolaborasi

·         Kolaborasi dengan ahli gizi utk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan

3.

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan massa otot (SDKI D0054)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan mobilitas fisik (SLKI L.05042) meningkat, dengan kriteia hasil :

1.      Pergerakan ekstremitas meningkat

2.       Kekuatan otot meningkat

3.       Rentang gerak (ROM) meningkat

4.       Kelemahan fisik berkurang

Dukungan Ambulasi (SIKI : 1.06171)

 Observasi

·         Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya

·          Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi

·         Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi

·         Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi

Terapeutik

·         Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis. tongkat, kruk)

·         Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu

·         Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi

Edukasi

·         Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi

·         Anjurkan melakukan ambulasi dini

·         Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi).

4.

Gangguan menelan berhubungan dengan gangguan saraf kranialis (SDKI D.0063)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan status menelan (SLKI L.06052) membaik dengan kriteria hasil:

1.       Refleks menelan membaik

2.      Frekuensi tersedak menurun

3.       Batuk menurun

Dukungan perawatan diri : makan/minum (SIKI I.11351)

Observasi

·         Monitor diet setiap hatinya (porsi bertambah ataukah kurang)

·         Monitor kemampuan menelan (dapat menelan berapa sendok)

·         Atur posisi nyaman saat minum susu/air

·         Bantu untuk meningkatkan jumlah air yang bisa ditelan

·          Jika pasien tersedak, berhenti memberi susu/air, lalu beri melalui NGT

5.

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis. (SDKI D.0077)

Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam, diharapkan nyeri akut (SLKI L.08066) menurun dengan kriteria hasil:

1.      Keluhan nyeri menurun

2.      Meringis menurun

3.       Sikap protektif menurun

4.      Kesulitan tidur menurun

5.      Frekuensi nadi membaik

Manajemen Nyeri (SIKI : I.08238)

 Observasi

·         Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.

·          Identifikasi skala nyeri

·          Identifikasi respon nyeri non verbal

Terapeutik:

·          Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (kompres bangat atau dingin)

·         Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Subu ruangan, pencahayaan, kebisingan)

·         Fasilitasi istirabat dan tidur

Edukasi:

·         Jelaskan penyebab, pemicu nyeri

·         Jelaskan strategi meredakan nyeri

Kolaborasi:

·         Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.

6.

Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi serebral (SDKI D.0119)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan komunikasi verbal (SLKI L.13118) meningkat, dengan kriteia hasil:

1.      Kemampuan berbicara meningkat

2.      Kesesuaian wajah meningkat

3.      Disfasia menurun

4.       Pelo menurun

5.       Respons perilaku membaik

Promosi komunikasi defisit bicara (SIKI I.13492)

Observasi

·         Monitor kecepatan tekanan dan diksi bicara

·         Monitor proses kognitif, anatomis, dan fisiologis saat biacara (misalkan memori, pendengaran dan bahasa)

·          Identifikasi perilaku emosional dan fisik sebagai bentuk komunikasi

Terapeutik

·         Gunakan metode komunikasi alternatif

·         Sesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan

·         Ulangi apa yang disampaikan pasien

 Edukasi

·         Gunakan juru bicara jika perlu

·         Anjurkan berbicara perlahan

Kolaborasi

·         Rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis

7.

Resiko jatuh ditandai dengan penurunan kekuatan otot (SDKI D.0143)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tingkat jatuh (SLKI L.14138) menurun dengan, Kriteria hasil

1.       Jatuh dari tempat tidur menurun

2.      jatuh saat berdiri menurun

3.       jatuh saat berjalan menurun

4.      jatuh saat dikamar mandi menurun

Pencegahan Jatuh (I. 14540)

Observasi

·         Identifikasi faktor resiko jatuh (mis. Usia >65 tahun, penurunan kesadaran, defisit kognitif)

·         Identifikasi faktor lingkungan yang dapat meningkatkan risiko jatuh

·          Hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala

Terapeutik

·         Pasang handrail tempat tidur

·          Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah

 Edukasi

·          Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk berpindah

·          Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh

 

4.      Implementasi Keperawatan

Tahap implementasi atau pelaksanaan merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan dengan melaksanakann berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Pada tahap ini, perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada klien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien.

5.      Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencanakeperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan,mkemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Denny Pratama, Aditya. 2021. “Pengaruh Pemberian Dual Task Training Terhadap Penurunan Risiko Jatuh Pada Kasus Stroke Iskemik.” Jurnal Sosial Humaniora Terapan 3(2): 2021.

Gofir, A. 2021. Tatalaksana Stroke dan Penyakit Vaskuler Lain (Yuni (ed.); p. 27). Gadjah Mada University Press

Mega. 2021. “Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Ganguan Mobilitas Fisik Pada Diagnosa Medis CVA Infark Di Desa Kepel Bugul Kidul Pasuruan.”

 Muliati. 2018. “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.E Dengan Stroke Non Hemoragik Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuto Baru Tahun 2018.” : 1–104.

Nurafif & Kusuma. 2019 Aplikasi: Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA & NIC-NOC Jilid 1: Media Action

RI, Kemenkes. 2020. “Kenali Gejala Dan Tanda-Tanda Stroke, SeGeRa Ke RS - Direktorat P2PTM.” http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic/kenali-gejala-dantanda-tanda-stroke-segera-ke-rs (February 4, 2022). Selvirawati, Selvirawati, Abdul Wahab, and Rizarul

Setiadi. 2016. Dasar – Dasar Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta : Indomedia Pustaka

Selvirawati, Selvirawati, Abdul Wahab, and Rizarullah Rizarullah. 2020. “PERBEDAAN PROFIL LIPID PASIEN STROKE ISKEMIK DAN STROKE HEMORAGIK DI RSUD MEURAXA KOTA BANDA ACEH.” Jurnal Medika Malahayati 4(3): 236–43. http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/medika/article/view/3149 (February 4, 2022).

Syah, Adam, Devi Pujiyanti, and Tri Widyantoro. 2019. “Universitas Muhammadiyah Magelang.” : 4–11.

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.


DOWNLOAD

Comments

Popular posts from this blog

DOWNLOAD CONTOH SURAT LAMARAN DAPUR MBG

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. M.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM (HIPERTERMIA)

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SYOK SEPSIS DI RUANG ICU