UNDUH LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA FORMAT MS. WORD

 

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN  ANEMIA

1.      DEFINISI

Istilah anemia mendeskripsikan keadaan penurunan jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai normal. Sebagai akibat dari penurunan ini, kemampuan darah untuk membawa oksigen menjadi berkurang sehingga ketersediaan oksigen untuk jaringan mengalami penurunan. Anemia merupakan kelainan patologik yang paling sering dijumpai pada masa bayi dan kanak-kanak. (Wong,2009:1115) Menurut Ngastiyah (2012:328), anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1 mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan  (packed red cells volume) dalam 100 ml darah. Hal ini terjadi bila terdapat gangguan terhadap keseimbangan antara pembentukan darah pada masa embrio setelah beberapa minggu dari pada masa anak atau dewasa.

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan  besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. Ditandai oleh anemia hipokromik mikrositer, besi serum menurun, TIBC meningkat, saturasi transferin. 

Menurut WHO dikatakan anemia bila :

a.       Laki dewasa    : hemoglobin < 13 g/dl

b.      Wanita dewasa tak hamil  : hemoglobin < 12 g/dl

c.       Wanita hamil    : hemoglobin < 11g/dl

d.      Anak umur 6-14 tahun : hemoglobin < 12g/dl

e.       Anak umur 6 bulan-6 tahun  : hemoglobin < 11g/dl

Kriteria klinik : untuk alasan praktis maka kriteria anemia klinik (di rumah sakit atau

praktek klinik) pada umumnya disepakati adalah :

1. Hemoglobin < 10 g/dl

2. Hematokrit < 30 %

3. Eritrosit < 2,8 juta/mm³ .

 

2.      ETIOLOGI

Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya masukan besi, gannguan absorpsi serta kehilangan besi akibat pendarahan menahun :


 

1.      Kehilangan besi sebagai akibat pendarahan menahun berasal dari : 

-          Saluran cerna : akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID,  kanker lambung, kanker colon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing  tambang.

-          Saluran genitalia perempuan : menorrhagia, atau metrorhagia

-          Saluran kemih : hematuria

-          Saluran nafas : hemoptoe

2.      Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi (bioavailabilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C , dan rendah daging). 

-          Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas anak dalam masa  pertumbuhan dan kehamilan. 

-          Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik. Pada orang dewasa anemia defisiensi besi yang dijumpai di klinik hampir.

 Indentik dengan pendarahan menahun. Faktor nutrisi atau peningkatan kebutuhan besi jarang sebagai penyebab utama. Penyebab pendarahan paling sering pada laki-laki  ialah pendarahan gastrointestinal, di negara tropik paling sering karena infeksi cacing tambang. Sedangkan pada perempuan dalam masa reproduksi paling sering karena meno-metrorhgia. Penurunan absorpsi zat besi, hal ini terjadi pada banyak keadaan klinis. Setelah gastrektomi parsial atau total, asimilasi zat besi dari makanan terganggu, terutama akibat peningkatan motilitas dan by pass usus halus proximal, yang menjadi tempat utama absorpsi zat besi. Pasien dengan diare kronik atau malabsorpsi usus halus juga dapat menderita defisiensi zat besi, terutama jika duodenum dan jejunum  proximal ikut terlibat. Kadang-kadang anemia defisiensi zat besi merupakan pelopor dari radang usus non tropical (celiac sprue).

Yang beresiko mengalami anemia defisiensi zat besi:

a.       Wanita menstruasi

b.      Wanita menyusui atau hamil karena peningkatan kebutuhan zat besi

c.       Bayi, anak-anak dan remaja yang merupakan masa pertumbuhan yang cepat

d.      Orang yang kurang makan makanan yang mengandung zat besi, jarang makan daging dan telur selama bertahun-tahun.

e.       Menderita penyakit maag.

f.        Penggunaan aspirin jangka panjang

g.      Kanker kolon

h.      Vegetarian karena tidak makan daging, akan tetapi dapat digantikan dengan  brokoli dan bayam.

 

3.      PATOFISIOLOGI

a.      Metabolisme Besi 

 Besi merupakan trace element yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk  pembentukan hemoglobin, mioglobin dan berbagai enzim. Besi di alam terdapat  dalam jumlah yang cukup berlimpah. Dilihat dari segi evolusinya alat penyerapan besi  dalam usus, maka sejak awal manusia dipersiapkan untuk menerima besi yang berasal  dari sumber hewani, tetapi kemudian pola makanan berubah di mana sebagian besar berasal dari sumber nabati, tetapi perangkat absorpsi besi tidak mengalami evolusi  yang sama, sehingga banyak menimbulkan defisiensi besi.

b.      Komposisi Besi Dalam Tubuh

Besi terdapat dalam berbagai jaringan dalam tubuh : 

1.      Senyawa fungsional, yaitu besi yang membentuk senyawa yang berfungsi dalam tubuh

2.      Besi cadangan, senyawa besi yang dipersiapkan bila masukan besi berkurang

3.      Besi transport, yaitu besi yang berikatan dengan protein tertentu dalam fungsinya untuk mengangkut besi dari satu kompartemen ke kompartemen lainnya. Besi dalam tubuh tidak pernah dalam bentuk logam bebas (free icon), tetapi selalu  berikatan dengan protein tertentu. Besi bebas akan merusak jaringan, mempunyai sifat seperti radikal bebas. 

c.       Absorpsi Besi 

Tubuh mendapatkan masukan besi yang berasal dari makanan dalam usus. Untuk memasukkan besi dari usus ke dalam tubuh diperlukan proses absorpsi. Absorpsi besi paling banyak terjadi pada duodenum dan jejunum proksimal, disebabkan oleh  struktur epitel usus yang memungkinkan untuk itu. Proses absorpsi besi dibagi  menjadi 3 fase :

1.      Fase luminal : besi dalam makanan diolah dalam lambung kemudian siap diserap di duodenum

2.      Fase mukosal  : proses penyerapan dalam mukosa usus yang merupakan suatu proses yang aktif.

3.      Fase korporeal  : meliputi proses transportasi besi dalam sirkulasi, utilisasi besi  oleh sel-sel yang memerlukan serta penyimpanan besi (storage)

4.       PATHWAY

 

 

 

 

5.      KLASIFIKASI

Jika dilihat dari beratnya kekurangan besi dalam tubuh maka defisiensi dapat dibagi  menjadi 3 tingkatan :

1.      Deplesi besi (iron depleted state) : cadangan besi menurun tetapi penyediaan besi  untuk eritropoesis belum terganggu.

2.      Eritropoesis defisiensi besi (iron deficient erythropoesis) : cadangan besi kosong, penyediaan besi untuk eritropoesis terganggu, tetapi belum timbul anemia secara  laboratorik.

3.      Anemia defisiensi besi : cadangan besi kosong disertai anemia.

 

6.    KOMPLIKASI

1.      Gejala Umum Anemia 

Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia (anemic syndrome) dijumpai pada anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin kurang dari 7-8 g/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga mendenging. Anemia bersifat simptomatik jika hemoglobin < 7 gr/dl, maka  gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan jelas. Pada pemeriksaan fisik dijumpai  pasien yang pucat, terutama pada konjungtiva dan jaringan di bawah kuku.

2.    Gejala Khas Defisiensi Besi 

Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak dijumpai pada anemia   
        jenis lain adalah : 

a.       Koilonychia, yaitu kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris garis vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip sendok.

b.      Atrofi papil lidah, yaitu permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena  papil lidah menghilang.

c.       Stomatitis angularis (cheilosis), yaitu adanya keradangan pada sudut mulut  sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan

d.      Disfagia, yaitu nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.  Sindrom Plummer Vinson atau disebut juga sindrom Paterson Kelly adalah kumpulan  gejala yang terdiri dari anemia hipokromik mikrositer, atrofi papil lidah, dan disfagia.

3.    Gejala penyakit dasar

Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang menjadi  penyebab anemia defisiensi besi tersebut. Misalnya pada anemia akibat cacing  tambang dijumpai dispepsia, parotis membengkak, dan kulit telpak tangan berwarna  kuning seperti jerami. Pada anemia karena pendarahan kronik akibat kanker kolon  dijumpai gejala gangguan kebiasaan buang besar atau gejala lain tergantung dari  lokasi tersebut.

 

7.          PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pada pemeriksaan laboratorium pada kasus anemia defisiensi besi yang   
  dapat dijumpai adalah :

1.      Pengukuran kadar hemoglobin dan indeks eritrosit didapatkan anemia hipokromik  mikrositer dengan penurunan kadar hemoglobin mulai dari ringan sampai berat. MCV dan MCH menurun. MCV < 70 fl hanya didapatkan pada anemia defisiensi besi dan thalasemia major. MCHC menurun pada defisiensi yang lebih berat dan berlangsung lama. RDW (red cell distribution witdh) meningkat yang menandakan adanya anisositosis. Anisositosis merupakan tanda awal defisiensi besi. Kadar hemoglobin sering turun sangat rendah, tanpa menimbulkan gejala anemia yang menyolok karena anemia timbul perlahan-lahan. Hapusan darah mennunjukan anemia hipokromik mikrositer, anisositosis, poikilositosis, anulosit, sel target dan sel pensil. Leukosit dan trombosit normal. Pada kasus ankilostomiasis sering disertai eosinofilia.  

2.      Kadar besi serum menurun < 50Ug/dl, TIBC meningkat > 350 Ug/dl, dan saturasi transferin < 15 %

3.       Kadar serum feritinin < 20 Ug/dl.

4.       Protoforfirin eritrosit meningkat ( > 100 Ug/dl)

5.       Sumsum tulang menunjukan hiperplasia normoblastik dengan normoblast kecil kecil (micronormoblast) dominan.

6.      Pada laboratorium yang maju dapat diperiksa reseptor transferin kadar reseptor     transferin meningkat.

7.      Pengecatan besi sumsum tulang dengan biru prusia (perl’s stain) menunjukan  cadangan besi yang negatif (butir hemosiderin negatif).

8.      . Perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari penyebab anemia defisiensi besi antara lain : 

-          Pemeriksaan feses untuk cacing tambang, sebaiknya dilakukan pemeriksaan semikuantitatif (Kato Katz).

-          Pemeriksaan darah samar dalam feses, endoskopi, barium intake dan  barium inloop.


 

8.     PENATALAKSANAAN

Setelah diagnosis maka dibuat rencana pemberian terapi. Terapi terhadap anemia

defisiensi besi dapat berupa :

1.      Terapi kausal : tergantung penyebab, misalnya ; pengobatan cacing tambang, pengobatan hemoroid, pengobatan menoragia. Terapi kausal harus dilakukan kalau tidak maka anemia akan kambuh kembali.

2.      Pemberian preparat besi untuk mengganti kekurangan besi dalam tubuh (iron replacemen theraphy).

a.       Terapi besi per oral : merupakan obat piliham pertama (efektif, murah, dan  aman). Preparat yang tersedia : ferrosus sulphat (sulfas fenosus). Dosis  anjuran 3 x 200 mg. Setiap 200 mg sulfas fenosus mengandung 66 mg besi elemental. Pemberian sulfas fenosus 3 x 200 mg mengakibatkan absorpsi besi 50 mg/hari dapat meningkatkan eritropoesis 2-3 kali normal.  Preparat yang lain : ferrosus gluconate, ferrosus fumarat, ferrosus lactate, dan ferrosus succinate. Sediaan ini harganya lebih mahal, tetapi efektivitas dan efek samping hampir sama dengan sulfas fenosus.

b.      Terapi besi parenteral Terapi ini sangat efektif tetapi efek samping lebih berbahaya, dan lebih mahal. Indikasi : 

-          intoleransi terhadap pemberian oral

-          kepatuhan terhadap berobat rendah

-          gangguan pencernaan kolitis ulseratif yang dapat kambuh jika diberikan besi

-          penyerapan besi terganggu, seperti misalnya pada gastrektomi

-          keadaan dimana kehilangan darah yang banyak sehingga tidak cukup dikompensasi oleh pemberian besi oral. 

-          Kebutuhan besi yang besar dalam waktu pendek, seperti pada kehamilan trisemester tiga atau sebelum operasi.

-          Defisiensi besi fungsional relatif akibat pemberian eritropoetin pada anemia gagal ginjal kronik atau anemia akibat penyakit kronik. Preparat yang tersedia : iron dextran complex (mengandung 50 mg besi/ml) iron sorbitol citric acid complex dan yang terbaru adalah iron ferric gluconate dan iron sucrose yang lebih aman. Besi parental dapat diberikan secara intrauskular dalam atau intravena. Efek samping yang dapat timbul adalah reaksi anafilaksis, flebitis, sakit kepala, flushing, mual, muntah, nyeri perut dan sinkop.

c.       Pengobatan lain 

1)      Diet : sebaiknya diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein terutama yang berasal dari protein hewani. 

2)      Vitamin c : vitamin c diberikan 3 x 100 mg/hari untuk meningkatkan  absorpsi besi. Kebutuhan besi (mg) = (15-Hb sekarang) x BB x 2,4 + 500 atau 1000 mg

3)      Transfusi darah : anemia defisiensi besi jarang memerlukan transfusi darah. Indikasi pemberian transfusi darah pada anemia defisiensi besi adalah :

-          Adanya penyakit jantung anemik dengan ancaman payah jantung.

-          Anemia yang sangat simpomatik, misalnya anemia dengan gejala pusing yang sangat menyolok.

-          Pasien memerlukan peningkatan kadar hemoglobin yang cepat seperti pada kehamilan trisemester akhir atau preoperasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

 

a.      Pengkajian

Pengkajian keperawatan dilakukan dengan cara pengumpulan data secara subjektif (data yang didapatkan dari pasien/keluarga) melalui metode anamnesa dan data objektif (data hasil pengukuran atau observasi). Menurut Biasanya data fokus yang didapatkan dari pasien penderita anemia/keluarga seperti pasien mengatakan lemah, letih dan lesu, pasien mengatakan nafsu makan menurun, mual dan sering haus. Sementara data objektif akan ditemukan pasien tampak lemah, berat badan menurun, pasien tidak mau makan/tidak dapat menghabiskan porsi makan, pasien tampak mual dan muntah, bibir tampak kering dan pucat, konjungtiva anemis serta anak rewel. Menurut Muscari (2005:284-285) dan Wijaya (2013:138) penting untuk mengkaji riwayat kesehatan pasien yang meliputi:

1.      keluhan utama:  Muntah darah warna hitam.

alasan yang menyebabkan pasien pergi mencari pertolongan profesional kesehatan. Biasanya pada pasien anemia, pasien akan mengeluh lemah, pusing, adanya pendarahan, kadang-kadang sesak nafas dan penglihatan kabur;

2.      Kaji apakah didalam keluarga ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien atau di dalam keluarga ada yang menderita penyakit hematologis;

3.      Anemia juga bisa disebabkan karena adanya penggunaan sinar-X yang berlebihan, penggunaan obatobatan maupun pendarahan. Untuk itu penting dilakukan anamnesa mengenai riwayat penyakit terdahulu.

4.      Riwayat kesehatan saat ini :

Pasien masuk rumah sakit datang dengan keluhan muntah darah sejak kemarin >4 kali, di sertai mual, muntah badan lemah, pasien mengatakan cepat lelah,  nafsu makan menurun, dan juga mengeluh sakit perut bagian bawah sebelah kanan.

Untuk mendapatkan data lanjutan, perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan juga pemeriksaan penunjang pada anak dengan anemia agar dapat mendukung data subjektif yang diberikan dari pasien maupun keluarga. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan 4 cara yaitu inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi secara head to toe sehingga dalam pemeriksaan kepala pada anak dengan anemia didapatkan hasil rambut tampak kering, tipis, mudah putus, wajah tampak pucat, bibir tampak pucat, konjungtiva anemis, biasanya juga terjadi perdarahan pada gusi dan telinga terasa berdengung. Pada pemeriksaan leher dan dada ditemukan jugular venous pressure akan melemah, pasien tampak sesak nafas ditandai dengan respiration rate pada kanak-kanak (5-11 tahun) berkisar antara 20-30x per menit. Untuk pemeriksaan abdomen akan ditemukan perdarahan saluran cerna, hepatomegali dan kadang-kadang splenomegali. Namun untuk menegakkan diagnosa medis anemia, perlunya dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan fungsi sumsum tulang.

5.      Pemeriksaan Fisik

1)   Keadaan umum : Keadaan tampak lemah sampai sakit berat

2) Kesadaran : Composmentis kooperatif sampai terjadi penurunan tingkat kesadaran apatis, samnolen, sopor, coma

3) Tanda-tanda vital

      a.  TD : Tekanan darah menurun

      b.  Nadi : Frekuensi nadi meningkat, kuat sampai lemah

      c.  Suhu : Bisa meningkat atau menurun

      d.  Pernafasan : Meningkat

      e. Kulit Kulit teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat, terdapat
          
perdarahan dibawah kulit

      f. Kepala Biasanya bentuk dalam batas normal i. Mata Kelainan bentuk tidak   
         
ada, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, terdapat perdarahan sub
         
konjungtiva, keadaan pupil, palpebra, reflex cahaya biasanya tidak ada
         
kelainan.

      g. Hidung

         Keadaan/bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar dari hidung, fungsi   
        
penciuman biasanya tidak ada kelainan

i.        Telinga Bentuk, fungsi pendengaran tidak ada kelainan

j.        Mulut Bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah kering, bibir pecah-pecah atau perdarahan.

k.       Leher Terdapat pembesaran kelenjar getah bening, thyroid lidah membesar, tidak ada distensi vena jugularis

l.        Thoraks Pergerakan dada, biasanya pernafasan cepat irama tidak teratus. Fremitus yang meninggi, perkusisonor, suara nafas bisa vesikuler atau ronchi, wheezing.

m.    Abdomen Cekung, pembesaran hati, nyeri, bising usus normal dan bisa juga dibawah normal dan bisa juga meningkat

n.      Genitalia Laki-laki : testis sudah turun ke dalam skrotum Perempuan : labia minora tertutup labia mayora

o.      Ekstremitas Terjadi kelemahan umum, nyeri ekstermitas, tonus otot kurang, akral dingin r. Anus Keadaan anus, posisinya anus (+) s. Neurologis Refleksi fasiologis (+) seperti Reflek patella, reflex patologi (-) seperti Babinski, tanda kerniq (-) dan Brunsinski I-II.

b.      Diagnosa Keperawatan

1.      Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah ditandai dengan penurunan turgor kulit

2.      Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan di tandai dengan penurunan berat badan.

3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan di tandai dengan frekuensi jantung meningkat.

c.       Intervensi keperawatan

Tabel 2.1 Rencana tindakan keperawatan pada kasus anemia dengan gangguan sirkulasi

 

Diagnosis Keperawatan (SDKI)

Luaran Keperawatan (SLKI)

(Intervensi Keperawatan) SIKI

Perfusi perifer tidak efektif

(D.0009)

Perfusi perifer (L.02011)

1. Kekuatan nadi meningkat

2. Warna kulit meningkat

3. Pengisian kapiler membaik

4. Turgor kulit membaik

Status sirkulasi :

1. Kekuatan nadi membaik

2. Tekanan sistolik membaik

3. Tekanan darah sistolik

membaik

4. Pengisian kapiler membaik

Perawatan sirkulasi (I.02079)

Obsevasi :

1. Periksa sirkulasi perifer

    (misalnya nadi perifer,  
    edeme,pengisian kapiler, 

    warna,  suhu, ankle-brachial  
    index)

2. Identifikasi factor resiko

    gangguan sirkulasi

3. Monitor panas, kemerahan

    nyeri, atau bengkak pada

    ekstremitas

Teraupetik :

1. Hindari pemasangan infus

    atau pengambilan darah

    diarea keterbatasaan perfusi

2. Hindari pengukuran tekanan

   darah pada ekstremitas

   dengan keterbatasan perfusi

3. Hindari penekanan dan

    pemasangan torniket pada

   area yang cedera

4.      Lakukan  pencegahan infeksi

5.      Lakukan perawatan kaki dan kuku

6.      Lakukan hidrasi

 Edukasi :

1. Anjurkan berhenti merokok

2. Anjurkan olahraga rutin

      3. Anjurkan mengecek air  
           mandi untuk
           menghindari kulit
           terbakar

4. Anjurkan menggunakan   
     obat penurun tekanan
     darah, antikoagulan dan
     penurun kolestrol jika
     perlu

5. Anjurkan minum obat

          pengontrol tekanan darah

         secara teratur

6. Anjurkan menghindari

    Penggunaan obat
    penyekat beta

7. Anjurkan perawatan kulit

          yang tepat

8. Anjurkan program
    rehabilitasi vaskuler

9. Ajarkan program diet
    untuk memperbaiki
    sirkulasi

10. Informasikan tanda dan
      gejala darurat yang
      harus dilaporkan

 

Defisit nutrisi B.D.kurangnya asupan makanan (D.0019)

:

 

Status meningkat nutrisi (L.03030)

1. Porsi makan yang dihabiskan

2. Pengetahuan tentang pilihan makan yang sehat meningkat

3. Pengetahuan tentang pilihan minuman yang sehat meningkat

4. Perasaan cepat kenyang menurun

5. Frekuensi makan membaik

 

 

Manajemen nutrisi (I.03119)

Observasi :

1. Identifikasi status nutrisi

2. Identifikasi alergi dan

    intoleransi makanan

3. Identifikasi makanan yang

    disukai

4. Identifikasi kebutuhan kalori

   dan jenis nutrien

5. Identifikasi perlunya

    Penggunaan selang nasogastric

6. Monitor asupan makanan

7. Monitor berat badan

8. Monitor hasil pemeriksaan

    laboratorium.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Intoleransi   aktifitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Toleransi aktifitas (L.05047) 1. Keluhan lelah menurun

2. Perasaan lemah menurun

3. Frekuensi nadi membaik

4. Warna kulit membaik

5. Tekanan darah membaik

6. Frekuensi napas membaik

 

 

Teraupetik :

1. Lakukan oral hygine sebelum
   
makan

 2. Fasilitasi menentukan   
    
pedoman diet

 3. Sajikan makanan secara
    
menarik dan suhu sesuai

4. Berikan makan tinggi serat
    
untuk mencegah konstipasi

5. Berikan makanan tinggi kalori
   
dan protein

 6. Berikan suplemen makanan

 7. Hentikan pemberian makanan
   
melalui

8. selang nasogastric jika asupan
   
oral dapat ditoleransi

Edukasi :

 1. Anjurkan posisi duduk

2. Ajarkan diet yang
   
diprogramkan Kolaborasi

3. Kolaborasi pemberian
   
medikasi sebelum makan

4. Kolaborasi dengan ahli gizi
    
untuk menentukan jumlah

     kalori dan jenis nutrient yang
    
dibutuhkan, jika perlu

 

Manajemen energy (I.05178) Observasi :

1. Identifikasi gangguan fungsi
    
tubuh yang mengakibatkan
    
kelelahan

   2. Monitor kelelahan fisik dan
      
emosional

   3. Monitor pola dan jam tidur  
  
4. Monitor lokasi dan ketidak
    
nyamanan  selama melakukan  
    
aktifitas.

Teraupetik :

1. Sediakan lingkungan nyaman
    
dan rendah stimulus

2. Lakukan latihan rentang gerak
    
pasif atau aktif

3. Berikan aktifitas distraksi
     
yang menenangkan.

4. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur

Edukasi :

1. Anjurkan tirah baring

2. Anjurkan melakukan aktifitas
   
secara bertahap

 3. Anjurkan menghubungi
    
perawat jika tanda dan gejala
    
tidak berkurang

4. Ajarkan strategi koping untuk
   
mengurangi kelelahan

 

 

 

d.      Implementasi keperawatan

Menurut (Suarni & Apriyani, 2017) implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data yang berkelanjutan mengobservasi respon klien sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan menilai data baru.

a. Tahap pelaksanaan

  1)  Berfokus pada klien

  2)  Berorientasi pada tujuan

  3)  Memperhatikan keamanan fisik dan fisiologis klien

   4) Kompeten

b. Pengisian format pelaksanaan tindakan keperawatan

1) Nomor diagnose keperawatan / masalah keperawatan

 2) Tanggal jam

 3) Tindakan

e.       Evaluasi

 Menurut (Suarni & Apriyani, 2017) evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan klien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibutuhkan pada tahap perencanaan untuk mempermudah perawat mengidentifikasi atau memantau perkembangan klien, digunakan komponen SOAP.

                    S : Data subjektif, didapatkan dari klien langsung

                    O : Data objektif, didapatkan dari hasil observasi perawat secara langsung

                     A : Analisa merupakan diagnose keperawatan yang masih terjadi atau juga   
                            
dituliskan masalah baru akibat perubahan status kesehatan lainnya

                      P :  Planning, perencanaan tindakan keperawatan yang akan di lanjutkan
                              
Selanjutnya.

 

 

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

Ainun, I. N. (2019). DASAR – DASAR PENENTUAN DIAGNOSA DALAM ASUHAN KEPERAWATAN. Amirudin Ali, M., Sugiyanto, Z., & Fakultas Kesehatan Univeritas Dian Nuswantoro, A. (2012). HUBUNGAN INVEKSI HELMINTHIASIS DENGAN KADAR HEMOGLOBIN (HB) PADA SISWA SD GEDONGBINA REMAJA KOTA SEMARANG 2011. In JURNAL VISIKES (Vol. 11, Issue 2). Anemia | Tanda dan Gejala, Penyebab, Cara Mengobati, Cara Mencegah. (n.d.). Retrieved April 10, 2021. ANEMIA DEFISIENSI BESI | Fitriany | AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh. (n.d.). Retrieved March 28, 2021. Banjarnahor, soyanti. (2019). pentingnya dokumentasi dalam pengkajian keperawatan. DeLoughery, T. G. (2014). Microcytic Anemia. New England Journal of Medicine, 371(14), 1324–1331. Hygeia, M. (2016). No Title. Asuhan Keperawatan Dengan Mementukan Diagnosis Keperawatan Hiraki Maslow, kertas karya diploma. KUSNIYAH, K. (2019). PERAWATAN LUKA UNTUK MENGATASI MASALAH RESIKO INFEKSI PADA PASIEN POST OP CA MAMAE DI RUANG BAITUS SALAM 2 RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG. Lingga, B. Y. S. U. (2019). PELAKSANAAN PERENCANAAN TERSTRUKTUR MELALUI IMPLEMENTASI KEPERAWATAN. Neli Agustin, B., & Maani, H. (2019). Gambaran Hematologi Pasien Myelodysplastic Syndrome di RSUP Dr. M. Djamil Padang. In Jurnal Kesehatan Andalas (Vol. 8, Issue 3). PERAWATAN LUKA UNTUK MENGATASI MASALAH RESIKO INFEKSI PADA PASIEN POST OP CA MAMAE DI RUANG BAITUS SALAM 2 RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG - Unissula Repository. (n.d.). Retrieved May 29, 2021 Safira, N. (2019). PENTINGNYA EVALUASI KEPERAWATAN BAGI PASIEN. Tim Pokja SDKI, DPP, P. (2017). No Title. Edisi 1 Cetakan Lll. Yamada, A., Arakaki, R., Saito, M., Kudo, Y., & Ishimaru, N. (2017). Dual rol


DOWNLOAD FILENYA

Comments

Popular posts from this blog

DOWNLOAD CONTOH SURAT LAMARAN DAPUR MBG

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. M.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM (HIPERTERMIA)

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE