LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK D DENGAN GANGGUAN SISTEM ELIMINASI (Dx Medis: Gastroenteritis Akut (GEA)
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA ANAK D DENGAN GANGGUAN SISTEM
ELIMINASI (Dx Medis: Gastroenteritis
Akut (GEA) )
BAB
I
KONSEP
DASAR GASTROENTERITIS AKUT (GEA)
A. Konsep
Dasar Gastroenteritis Akut (GEA)
1. Definisi
Gastroenteritis
akut (GEA) atau diare akut merupakan diare yang berlangsung dalam waktu kurang
dari 14 hari yang mana ditandai dengan peningkatan volume, frekuensi dan
kandungan air pada feses yang paling sering menjadi penyebabnya adalah infeksi
dari virus, bakteri dan parasit, yang mana disertai gejala seperti mual,
muntah, nyeri abdomen, mulas dan tanda-tanda dehidrasi
2. Etiologi
Menurut
a. Faktor Prediposisi
1. Faktor umur
Sebagian
besar GEA terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun disebabkan karena sistem imun
yang rendah sehingga membuat anak – anak menjadi lebih rentan terkena penyakit
ini.
b. Faktor Presipitasi
1. Faktor Infeksi (virus,
bakteri, parasit)
Gastroenteritis
Akut (GEA) disebabkan oleh berbagai macam virus, bakteri, parasit, dan
enteropatogen, yang dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Virus
yang dapat menyebabkan Gastroenteritis Akut (GEA) antara lain Rotavirus,
Adenovirus, Danastrovirus, dari sekian banyaknya virus penyebab
gastroenteritis, rotavirus merupakan penyebab yang paling sering terjadi pada
anak-anak yang ada di negara maju maupun di negara berkembang virus tersebut
dapat menyebabkan gejala diare pada gastroenteritis.
2.
Faktor makanan
Kontak
antara sumber dan host terjadi melalui air, terutama air minum yang tidak
dimasak. Kontak kuman pada kotoran dapat berlangsung ditularkan pada orang lain
apabila melekat pada tangan dan kemudian dimasukkan ke mulut dipakai untuk
memegang makanan.
3. Faktor
terhadap laktosa
Tidak
memberikan ASI secara penuh 0 – 6 bulan pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak
diberi ASI beresiko untuk menderita GEA lebih besar daripada bayi yang diberi
ASI 16 eksklusif penuh. Menggunakan botol susu memudahkan pencemaran oleh kuman
sehingga menyebabkan GEA. Dalam ASI mengandung antibody yang dapat melindungi
bayi terhadap berbagai macam kuman penyebab GEA.
3. Patofisiologi
Menurut
a)
Faktor infeksi virus, bakteri dan
parasite. Organisme masuk pada mukosa epitel, berkembang biak pada usus dan
menempel pada mukosa usus serta melepaskan enteroksin yang dapat menstimulus
cairan dan elektrolit keluar dari sel mukosa. Infeksi virus ini menyebabkan
destruksi pada mukosa sel dari vili usus halus yang dapat menyababkan penurunan
kapasitas absorpsi cairan dan elektrolit.
b)
Gangguan osmotik, kondisi ini berhubungan
dengan asupan makanan atau zat yang sukar diserap oleh mukosa intestinal dan
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus 17 meningkat sehingga terjadi
pegesaran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
c)
Gangguan motilitas usus, terjadinya
hiperperistaltik (kram abdomenal/perut sakit dan mules) akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare,
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul
berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
d)
Gangguan sekresi akibat respon inflamasi
mukosa (misalnya toksin). Usus sebagai tempat bakteri mengeluarkan toksin yang
merangsang sekresi kripta villi usus dan menghambat penyerapan cairan tubuh.
Akibat kondisi ini, jumlah cairan dalam rongga usus meningkat, dinding usus
mengembang, dan menyebabkan kontraksi.
4. Manifestasi
klinis
Menurut
a) Sering
buang besar dengan konsistensi fese cair, mungkin mengandung darah dan atau
lendir, dan warna fesess berubah menjadi kehijau-hiijauan karena bercempur
empedu.
b) Bayi
dan anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada.
c) Anus
dan area sekitarnya lecet karena seringnya defekasi, sementara tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
d) Dapat
disertai muntah sebelum dan sesudah diare.
e) Terdapat
tanda dan gejala dehidrasi berat badan turun, ubunubun besar cekung, pada bayi,
tonus otot dan turgor kulit berkurang, dan selaput lendir pada mulutdan bibir
terlihat kering.
f) Demam
merupakan suatu keadaan di mana individu mengalami peningkatan suhu tubuh di
atas suhu tubuh normal (> 37ºC) yang ditandai dengan kulit terasa hangat,
serta kemerahan.
Tabel: Klasifikasi Dehidrasi Menurut
MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) Sumber:
5. Klasifikasi
Gastroenteritis
dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu gastroenteritis akut dan
gastroenteritis kronis. Gastroenteritis akut mengurangi kekakuan tinja
atau peningkatan frekuensi feses (lebih dari 3 kali dalam sehari) ditandai
dengan muntah atau tanpa muntah dan demam. Gastroenteritis akut berlangsung
kurang dari 14 hari. Sedangkan gastroenteritis kronis mengurangi
kekakuan tinja dan peningkatan buang air besar dengan atau tanpa demam atau
muntah. Gastroenteritis kronis berlangsung 14 hari atau lebih (Elhaque, 2022).
6. Pemeriksaan
Penunjang
Menurut Anwar (2020) Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a.) Pemeriksaan Tinja
a)
Makroskopis dan mikroskopis
b)
pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest
c)
Bila diperlukan lakukan pemeriksaan biakal dan uji resistensi
b.) Pemeriksaan Darah
a) pH darah dan elektrolit (Natrium,
kalium, dan fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asam dan basa
b) Kadar ureum dan kreatin untuk
mengetahui faal ginjal
c.) Intubasi Doudenum (Doudenal
Intubation) Untuk mengetahui jasad atau parasite secara kuantitatif dan
kualitatif terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
7. Penatalaksanaan
Cara Pencegahan Diare
1) Pemberian
asi eksklusif hingga 2 tahun.
2) Memberikan
makanan pendamping ASI sesuai umur.
3) Minum
air bersih dan matang.
4) Mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan, setelah BAB.
5) Buang
air besar di jamban.
6) Membuang
tinja bayi dengan benar.
7) Imunisasi
campak.
Lima Langkah Untuk
Menuntaskan Diare (LINTAS DIARE):
1)
Oralit, berikan segera bila anak diare,
untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi.
2)
ZINC diberikan selama 10 hari
berturut-turut, mengurangi lama dan beratnya diare, mencegah berulangnya diare
selama 2-3 bulan. ZINC juga dapat mengembalikan nafsu makan anak.
3)
ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai
umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat, untuk mencegah
kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang hilang.
4)
Antibiotik hanya diberikan pada diare berdarah,
kolera dan diare dengan masalah lain.
5)
Segera kembali ke petugas kesehatan jika
ada demam, tinja berdarah, muntah berulang, makan atau minum sedikit, sangat
haus diare makin sering atau belum membaik dalam 3 hari.
Komplikasi
Menurut (Ida 2018) Bila
tidak segera ditangani maka akan terjadi komplikasi seperti dehidrasi, kejang,
malnutrisi, dan hipoglikemi. Menurut
(Titik Lestari,2016) komplikasi yang dapat terjadi dari diare akut maupun kronis,
yaitu:
a) Dehidrasi (ringan, sedang,berat,hipotonik, isotonik atau
hipertonik)
b) Renjatan hipovolemik
c) Hipokalemia (dengan
gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elekto
kardiagram)
d) Hipoglikemia
e) Introleransi laktosa
sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena kerusakan villi
mukosa, usus halus
f) Kejang terutama pada
dehidrasi hipertonik
g) Malnutrisi energy,
protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.
B. KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian
Pengkajian
pada anak dengan GEA menurut Maulana, (2019) meliputi:
a. Identitas
pasien atau biodata
Pengkajian meliputi nama
lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, asal suku bangsa,
nama orang tua, pendidikan terkahir, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan
Utama
Buang air besar (BAB)
lebih dari tiga kali sehari, BAB kurang dari empat kali dengan konsistensi cair
(diare tanpa dehidrasi). BAB 4 – 10 kali dengan konsistensi cair (diare dengan
dehidrasi ringan/sedang). BAB lebih dari sepuluh kali (diare dengan dehidrasi
berat). Bila dehidrasi berlangsung kurang dari 14 hari merupakan diare akut,
sedangkan bila berlangsung 14 hari atau lebih diare persisten (Kemenkes, 2017).
c. Riwayat
Penyakit Sekarang
Biasanya pasien akan mengalami:
1) Bayi
atau anak akan menjadi cengeng, gelisah, serta suhu badan yang mungkin
meningkat, nafsu makan akan berkurang atau tidak ada, dan kemungkinan timbul
diare
2) Tinja
akan menjadi cair, mungkin disertai lendir atau bahkan darah. Warna tinja
berubah menjadi kehijauan karena bercampur dengan empedu.
3) Akan
timbul lecet di anus dan daerah sekitarnya karena sering defeksi.
4) Akan
timbul gejala muntah yang dapat terjadi setelah atau sebelum diare.
5) Gejala
dehidrasi mulai tampak jika pasien telah banyak kehilangan cairan dan
elektrolit
d. Riwayat
Kesehatan Dahulu
1) Riwayat
pemberian imunisasi pada bayi terutama yang belum imunisasi campak. Diare lebih
sering terjadi pada anak – anak dengan campak atau yang baru menderita campak
dalam empat minggu terakhir, akibat dari penurunan kekebalan tubuh pada pasien.
2) Riwayat
alergi terhadap makanan atau obat – obatan, makan makanan basi, karena faktor
ini merupakan penyebab diare.
3) Riwayat
air minum yang tercemar, penggunaan botol susu, tidak mencuci tangan setelah
buang air.
4) Riwayat
penyakit yang sering dialami anak berusia dibawah dua tahun biasanya batuk, panas,
pilek, dan kejang yang dialami sebelum, selama atau setelah diare
e. Riwayat
Kesehatan Keluarga
Anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya, yang
dapat menularkan ke anggota keluarga lainnya dan juga makanan yang disajikan
kepada anak kebersihannya tidak dijamin.
Pemeriksaan
Fisik
1) Keadaan umum
a) Diare tanpa dehidrasi:
baik, sadar
b) Diare de hidrasi
ringan atau sedang: gelisah, rewel
c) Diare dehidrasi berat:
lesu, lunglai, atau tidak sadar
Pemeriksaan Fisik Head to Toe
a) Kepala
Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubunu-bunnya biasanya
cekung
b) Mata
Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya normal.
Apabila mengalami dehidrasi ringan atau sedang kelopak matanya cekung (cowong).
Sedangkan apabila mengalami dehidrasi berat, kelopak matanya sangat cekung.
c) Hidung
Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak sianosis, tidak ada
pernapasan cuping hidung.
d) Telinga
Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
e) Mulut
dan Lidah
(1) Diare tanpa
dehidrasi: Mulut dan lidah basah
(2) Diare dehidrasi
ringan: Mulut dan lidah kering
(3) Diare dehidrasi kuat
: Mulut dan lidah sangat kering
f) Leher
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidak ada kelainan pada
kelenjar tyroid.
g) Thorak
Jantung
Inspeksi: pada anak biasanya iktus kordis
tampak terlihat.
Auskultasi: pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung
normal, diare dehidrasi ringan atau sedang denyut jantung pasien normal hingga
meningkat, diare dengan dehidrasi berat biasanya pasien mengalami takikardi dan
bradikardi.
Paru-paru
Inspeksi: diare tanpa
dehidrasi biasanya pernapasan normal, diare dehidrasi ringan pernapasan normal
hingga melemah, diare dengan dehidrasi berat pernapasannya dalam.
Abdomen
Inspeksi: anak akan
mengalami distensi abdomen, dan kram.
Palpasi: turgor kulit
pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada pasien diare dehidrasi ringan
kembali < 2 detik, pada pasien dehidrasi berat kembali > 2 detik.
Auskultasi: biasanya anak
yang mengalami diare bising ususnya meningkat
Ektremitas
Anak
dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT) normal, akral teraba
hangat. Anak dengan diare dehidrasi ringan CRT kembali < 2 detik, akral
dingin. Pada anak dehidrasi berat CRT kembali > 2 detik, akral teraba
dingin, sianosis.
Genitalia
Anak
dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di lakukan pemeriksaan yaitu
apakah ada iritasi pada anus.
Diagnosa
Diagnosa
keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung aktual
maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons
klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan. Berdasarkan buku SDKI (2016) menuliskan bahwa diagnosa keperawatan
yang sering muncul pada kasus gastroenteritis adalah sebagai berikut:
|
Diagnosa Keperawatan |
SKLI |
SIKI |
|
Diare (D.0020) Definisi: Frekuensi
buang air besar yang meningkat (biasanya lebih dari tiga kali per hari)
dengan konsistensi feses yang cair. Penyebab: Penyebab fisiologis 1) Peradangan
gastrointestinal 2) Iritasi
gastrointestinal 3) Proses
infeksi 4) Malabsorpsi Penyebab psikologis 1) Kecemasan 2) Tingkat
stres tinggi Penyebab Situasional 1) Terpapar
kontaminan 2) Terpapar
toksin 3) Penyalahgunaan
laksatif 4) Penyalahgunaan
zat 5) Program
pengobatan (agen tiroid, analgesik, pelunak feses, ferosulfat, antasida, cimetidine,
dan antibiotik) 6) Perubahan
air dan makanan 7) Bakteri
pada air DS: Tidak ada DO: 1) Defekasi
lebih dari tiga kali dalam 24 jam 2) Feses
lembek atau cair |
Eliminasi fekal membaik L.04033 Eliminasi fekal membaik
berarti proses pengeluaran feses yang mudah dengan konsistensi, frekuensi,
dan bentuk feses yang normal. Kriteria hasil untuk
membuktikan bahwa eliminasi fekal membaik adalah: 1.
Kontrol pengeluaran feses meningkat 2.
Keluhan defekasi lama dan sulit menurun 3.
Mengejan saat defekasi menurun 4.
Konsistensi feses membaik 5.
Frekuensi BAB membaik 6.
Peristaltik usus membaik |
Manajemen Diare
(I.03101) Manajemen
diare adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengidentifikasi
dan mengelola diare dan dampaknya. Observasi ·
Identifikasi penyebab diare (mis: inflamasi gastrointestinal, iritasi
gastrointestinal, proses infeksi, malabsorpsi, ansietas, stres, obat-obatan,
pemberian botol susu) ·
Identifikasi Riwayat pemberian makanan ·
Identifikasi gejala invaginasi (mis: tangisan keras, kepucatan pada
bayi) ·
Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi feses ·
Monitor tanda dan gejala hypovolemia (mis: takikardia, nadi teraba
lemah, tekanan darah turun, turgor kulit turun, mukosa kulit kering, CRT
melambat, BB menurun) ·
Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah perianal ·
Monitor jumlah dan pengeluaran diare ·
Monitor keamanan penyiapan makanan Terapeutik ·
Berikan asupan cairan oral (mis: larutan garam gula, oralit,
Pedialyte, renalyte) ·
Pasang jalur intravena ·
Berikan cairan intravena (mis: ringer asetat, ringer laktat), jika
perlu ·
Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit ·
Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu Edukasi ·
Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap ·
Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan mengandung
laktosa ·
Anjurkan melanjutkan pemberian ASI Kolaborasi ·
Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis: loperamide,
difenoksilat) ·
Kolaborasi pemberian antispasmodik/spasmolitik (mis: papaverine,
ekstrak belladonna, mebeverine) ·
Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis: atapugit, smektit,
kaolin-pektin) |
|
Hipertermia (D.0077) Definisi: Suhu
tubuh meningkat di atas rentang normal. Penyebab (etiologi) untuk
masalah hipertermia adalah: 1.
Dehidrasi 2.
Terpapar lingkungan panas 3.
Proses penyakit (mis: infeksi, kanker) 4.
Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan 5.
Peningkatan laju metabolisme 6.
Respon trauma 7.
Aktivitas berlebihan 8.
Penggunaan inkubator |
Termoregulasi membaik (L.14134) Termoregulasi membaik
berarti membaiknya pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang
normal. Kriteria hasil untuk
membuktikan bahwa termoregulasi membaik adalah: 1.
Menggigil menurun 2.
Suhu tubuh membaik 3.
Suhu kulit membaik |
Manajemen Hipertermia
(I.15506) Observasi ·
Identifikasi penyebab hipertermia (mis: dehidrasi, terpapar lingkungan
panas, penggunaan inkubator) ·
Monitor suhu tubuh ·
Monitor kadar elektrolit ·
Monitor haluaran urin ·
Monitor komplikasi akibat hipertermia Terapeutik ·
Sediakan lingkungan yang dingin ·
Longgarkan atau lepaskan pakaian ·
Basahi dan kipasi permukaan tubuh ·
Berikan cairan oral ·
Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis
(keringat berlebih) ·
Lakukan pendinginan eksternal (mis: selimut hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila) ·
Hindari pemberian antipiretik atau aspirin ·
Berikan oksigen, jika perlu Edukasi ·
Anjurkan tirah baring Kolaborasi ·
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu |
Hipovolemia
[SDKI D.0023]
Penyebab (etiologi) dari masalah
hipovolemia adalah: 1.
Kehilangan cairan aktif 2.
Kegagalan mekanisme regulasi 3.
Meningkatkan permeabilitas kaca 4.
Kekurangan intake cairan 5.
Penguapan Tanda dan gejala DS: Tidak ada DO: 1.
Frekuensi nadi meningkat 2.
Nadi teraba lemah 3.
Tekanan darah menurun 4.
Tekanan nadi menyempit 5.
Turgor kulit menurun 6.
Membran mukosa kering 7.
Volume urin menurun 8.
Hematokrit meningkat Sumber: |
Status cairan membaik (L.03028) Status cairan membaik
adalah kondisi dimana volume cairan ruang intravascular, interstitial,
dan/atau intraseluer membaik. Kriteria hasil untuk
membuktikan bahwa status cairan membaik adalah: 1)
Kekuatan nadi meningkat 2)
Output urin meningkat 3)
Membran mukosa lembab meningkat 4)
Ortopnea menurun 5)
Dispnea menurun 6)
Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND) menurun 7)
Edema anasarka menurun 8)
Edema perifer menurun 9)
Frekuensi nadi membaik 10)
Tekanan darah membaik 11)
Turgor kulit membaik 12)
Jugular venous pressure membaik 13)
Hemoglobin membaik 14)
Hematokrit membaik Sumber: |
Manajemen Hipovolemia (I.03116) Observasi ·
Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis: frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor
kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit
meningkat, haus, lemah) ·
Monitor intake dan output cairan Terapeutik ·
Hitung kebutuhan cairan ·
Berikan posisi modified Trendelenburg ·
Berikan asupan cairan oral Edukasi ·
Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral ·
Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak Kolaborasi ·
Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis: NaCL, RL) ·
Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis: glukosa 2,5%, NaCl
0,4%) Sumber:
|
Evaluasi
Evaluasi
keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang
berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai
atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari
rencana dan pelaksanaan tindakankeperawatan yang dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.
Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif,
psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik (Utami &
Luthfiana, 2016).
DAFTAR
PUSTAKA
Doris. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan
Diagnosa Gastroenteritis . Jurnal Ilmiah Cerebral Medika , 1(1).
Hartati, &
Nurazila. (2018). Faktor Yangg Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Pekanbaru . Jurnal Endurance 3(2),
400-407.
Kemenkes. (2019). Bagan
Manajemen Terpau Balita Sakit (MTBS). Retrieved from
https://eprints.triatmamulya.ac.id/586/1/25.%20Buku%20Bagan%20
Manajemen%20Terpadu%20Balita%20Sakit%20%28MTBS%29%20 2019. pdf
Kemenkes. (2022). Mengenal
Gastroenteritis. Retrieved from
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1962/mengenalgastroenteritis
Kemenkes. (2023,
Desember 19). Diare Pada Anak. Retrieved from
https://keslan.kemkes.go.id/view_artikel/3028/diare-pada-anak
Labang. (2022). Studi
Kasus Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan Diare Akut Pada By. A Di Ruang St
Theresia Rumah Sakit Umum Gunung Maria Tomohon.
Riskesdas. (2018).
Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 20218. 53(9). Retrieved from Kementrian
Kesehatan RI.
Rista, & Jepisah.
(2020). Tinjauan Pelaksanaan Pengkodean Penyakit Gastroenteritis Pasien Rawat
Inap di Rumah Sakit PMC Pekanbaru. Jurna; Rekam Medis , 97-105.
Suhesti, E., Janah, E.
N., & Zakiudin, A. (2023). Asuhan Keperawatan Pada An.G Dengan Gangguan
Sistem Pencernaan: Gastroenteritis Akut (GEA) Di Ruang Anggrek I RSUD dr.
Soeselo Kabupaten Tegal . Jurnal Mahasiswa Ilmu Farmasi dan Kesehatan
Vol.1, No.4, Oktober 2023, Hal 249-269.
Komentar
Posting Komentar