LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK D DENGAN GANGGUAN SISTEM ELIMINASI (Dx Medis: Gastroenteritis Akut (GEA)

 

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK D DENGAN GANGGUAN SISTEM ELIMINASI (Dx Medis: Gastroenteritis Akut (GEA) )

 

BAB I

KONSEP DASAR GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

 

A.    Konsep Dasar Gastroenteritis Akut (GEA)

1.      Definisi

Gastroenteritis akut (GEA) atau diare akut merupakan diare yang berlangsung dalam waktu kurang dari 14 hari yang mana ditandai dengan peningkatan volume, frekuensi dan kandungan air pada feses yang paling sering menjadi penyebabnya adalah infeksi dari virus, bakteri dan parasit, yang mana disertai gejala seperti mual, muntah, nyeri abdomen, mulas dan tanda-tanda dehidrasi  (Suhesti, Janah, & Zakiudin, 2023). Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana feses hasil dari buang air besar (defekasi) yang berkonsistensi cair ataupun setengah cair dan kandungan air lebih banyak dari feses pada umumnya. Disertai dengan mual muntah dan frekuensi dari buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari (Kemenkes, 2022). Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia 2018 angka kematian diare di Indonesia sebesar 4,76%. Prevelensi diare tertinggi adalah pada anak umur 0-11 bulan (12%), umur 12-23 bulan (17,38%), umur 24-47 bulan (15,21%), umur 36-47 bulan (15,21%) dan umur 48-59 bulan (12,34%) karena anak mulai aktif bermain dan beresiko terkena infeksi  (Riskesdas, 2018).

 

 

2.      Etiologi

Menurut (Doris, 2019), beberapa yang menyebabkan gastroenteritis adalah sebagai berikut:

a. Faktor Prediposisi

1. Faktor umur

Sebagian besar GEA terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun disebabkan karena sistem imun yang rendah sehingga membuat anak – anak menjadi lebih rentan terkena penyakit ini.

b. Faktor Presipitasi

1. Faktor Infeksi (virus, bakteri, parasit)

Gastroenteritis Akut (GEA) disebabkan oleh berbagai macam virus, bakteri, parasit, dan enteropatogen, yang dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa. Virus yang dapat menyebabkan Gastroenteritis Akut (GEA) antara lain Rotavirus, Adenovirus, Danastrovirus, dari sekian banyaknya virus penyebab gastroenteritis, rotavirus merupakan penyebab yang paling sering terjadi pada anak-anak yang ada di negara maju maupun di negara berkembang virus tersebut dapat menyebabkan gejala diare pada gastroenteritis. 


2. Faktor makanan 

Kontak antara sumber dan host terjadi melalui air, terutama air minum yang tidak dimasak. Kontak kuman pada kotoran dapat berlangsung ditularkan pada orang lain apabila melekat pada tangan dan kemudian dimasukkan ke mulut dipakai untuk memegang makanan.

3.      Faktor terhadap laktosa

Tidak memberikan ASI secara penuh 0 – 6 bulan pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI beresiko untuk menderita GEA lebih besar daripada bayi yang diberi ASI 16 eksklusif penuh. Menggunakan botol susu memudahkan pencemaran oleh kuman sehingga menyebabkan GEA. Dalam ASI mengandung antibody yang dapat melindungi bayi terhadap berbagai macam kuman penyebab GEA.

3.      Patofisiologi

Menurut (Rista & Jepisah, 2020) secara umum kondisi peradangan pada gastroentinal disebabkan oleh infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi enteroksin dan atau memproduksi sitoksin. Mekanisme ini mengahasilkan sekresi cairan dan atau menurunkan absorpsi cairan sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit. Mekanisme dasar yang menyebabkan diare, meliputi hal-hal sebagai berikut (Hartati & Nurazila, 2018):

a)      Faktor infeksi virus, bakteri dan parasite. Organisme masuk pada mukosa epitel, berkembang biak pada usus dan menempel pada mukosa usus serta melepaskan enteroksin yang dapat menstimulus cairan dan elektrolit keluar dari sel mukosa. Infeksi virus ini menyebabkan destruksi pada mukosa sel dari vili usus halus yang dapat menyababkan penurunan kapasitas absorpsi cairan dan elektrolit.

b)      Gangguan osmotik, kondisi ini berhubungan dengan asupan makanan atau zat yang sukar diserap oleh mukosa intestinal dan akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus 17 meningkat sehingga terjadi pegesaran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

c)      Gangguan motilitas usus, terjadinya hiperperistaltik (kram abdomenal/perut sakit dan mules) akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.

d)      Gangguan sekresi akibat respon inflamasi mukosa (misalnya toksin). Usus sebagai tempat bakteri mengeluarkan toksin yang merangsang sekresi kripta villi usus dan menghambat penyerapan cairan tubuh. Akibat kondisi ini, jumlah cairan dalam rongga usus meningkat, dinding usus mengembang, dan menyebabkan kontraksi.

 

4.      Manifestasi klinis

Menurut (Labang, 2022)beberapa gejala klinis gastroenteritis adalah sebagai berikut:

a)      Sering buang besar dengan konsistensi fese cair, mungkin mengandung darah dan atau lendir, dan warna fesess berubah menjadi kehijau-hiijauan karena bercempur empedu.

b)      Bayi dan anak menjadi cengeng dan gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada.

c)      Anus dan area sekitarnya lecet karena seringnya defekasi, sementara tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.

d)      Dapat disertai muntah sebelum dan sesudah diare.

e)      Terdapat tanda dan gejala dehidrasi berat badan turun, ubunubun besar cekung, pada bayi, tonus otot dan turgor kulit berkurang, dan selaput lendir pada mulutdan bibir terlihat kering. 

f)       Demam merupakan suatu keadaan di mana individu mengalami peningkatan suhu tubuh di atas suhu tubuh normal (> 37ºC) yang ditandai dengan kulit terasa hangat, serta kemerahan. 

 

Tabel: Klasifikasi Dehidrasi Menurut MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) Sumber: (Kemenkes, 2019)

5.      Klasifikasi

Gastroenteritis dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu gastroenteritis akut dan gastroenteritis kronis. Gastroenteritis akut mengurangi kekakuan tinja atau peningkatan frekuensi feses (lebih dari 3 kali dalam sehari) ditandai dengan muntah atau tanpa muntah dan demam. Gastroenteritis akut berlangsung kurang dari 14 hari. Sedangkan gastroenteritis kronis mengurangi kekakuan tinja dan peningkatan buang air besar dengan atau tanpa demam atau muntah. Gastroenteritis kronis berlangsung 14 hari atau lebih (Elhaque, 2022).

 

6.      Pemeriksaan Penunjang

 

Menurut Anwar (2020) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:

1. Pemeriksaan Laboratorium

a.) Pemeriksaan Tinja

a) Makroskopis dan mikroskopis

b) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest

c) Bila diperlukan lakukan pemeriksaan biakal dan uji resistensi

b.) Pemeriksaan Darah

a) pH darah dan elektrolit (Natrium, kalium, dan fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asam dan basa

b) Kadar ureum dan kreatin untuk mengetahui faal ginjal

c.) Intubasi Doudenum (Doudenal Intubation) Untuk mengetahui jasad atau parasite secara kuantitatif dan kualitatif terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

 

7.      Penatalaksanaan

Cara Pencegahan Diare (Kemenkes, 2023):

1)      Pemberian asi eksklusif hingga 2 tahun.

2)      Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur.

3)      Minum air bersih dan matang.

4)      Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah BAB.

5)      Buang air besar di jamban.

6)      Membuang tinja bayi dengan benar.

7)      Imunisasi campak.

Lima Langkah Untuk Menuntaskan Diare (LINTAS DIARE):

1)      Oralit, berikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi.

2)      ZINC diberikan selama 10 hari berturut-turut, mengurangi lama dan beratnya diare, mencegah berulangnya diare selama 2-3 bulan. ZINC juga dapat mengembalikan nafsu makan anak.

3)      ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat, untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang hilang.

4)      Antibiotik hanya diberikan pada diare berdarah, kolera dan diare dengan masalah lain.

5)      Segera kembali ke petugas kesehatan jika ada demam, tinja berdarah, muntah berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus diare makin sering atau belum membaik dalam 3 hari.

Komplikasi

Menurut (Ida 2018) Bila tidak segera ditangani maka akan terjadi komplikasi seperti dehidrasi, kejang, malnutrisi, dan hipoglikemi.  Menurut (Titik Lestari,2016) komplikasi yang dapat terjadi dari diare akut maupun kronis, yaitu: 

 a) Dehidrasi (ringan,  sedang,berat,hipotonik, isotonik atau hipertonik)

 b) Renjatan hipovolemik 

c) Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elekto kardiagram) 

d) Hipoglikemia 

e) Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena kerusakan villi mukosa, usus halus 

f) Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik 

g) Malnutrisi energy, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan. 

B.     KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1)      Pengkajian

Pengkajian pada anak dengan GEA menurut Maulana, (2019) meliputi:

a.      Identitas pasien atau biodata

Pengkajian meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, asal suku bangsa, nama orang tua, pendidikan terkahir, dan pekerjaan orang tua.

b.      Keluhan Utama

Buang air besar (BAB) lebih dari tiga kali sehari, BAB kurang dari empat kali dengan konsistensi cair (diare tanpa dehidrasi). BAB 4 – 10 kali dengan konsistensi cair (diare dengan dehidrasi ringan/sedang). BAB lebih dari sepuluh kali (diare dengan dehidrasi berat). Bila dehidrasi berlangsung kurang dari 14 hari merupakan diare akut, sedangkan bila berlangsung 14 hari atau lebih diare persisten (Kemenkes, 2017).

c.       Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya pasien akan mengalami:

1)      Bayi atau anak akan menjadi cengeng, gelisah, serta suhu badan yang mungkin meningkat, nafsu makan akan berkurang atau tidak ada, dan kemungkinan timbul diare

2)      Tinja akan menjadi cair, mungkin disertai lendir atau bahkan darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur dengan empedu.

3)      Akan timbul lecet di anus dan daerah sekitarnya karena sering defeksi.

4)      Akan timbul gejala muntah yang dapat terjadi setelah atau sebelum diare.

5)      Gejala dehidrasi mulai tampak jika pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit

d.      Riwayat Kesehatan Dahulu

1)      Riwayat pemberian imunisasi pada bayi terutama yang belum imunisasi campak. Diare lebih sering terjadi pada anak – anak dengan campak atau yang baru menderita campak dalam empat minggu terakhir, akibat dari penurunan kekebalan tubuh pada pasien.

2)      Riwayat alergi terhadap makanan atau obat – obatan, makan makanan basi, karena faktor ini merupakan penyebab diare.

3)      Riwayat air minum yang tercemar, penggunaan botol susu, tidak mencuci tangan setelah buang air.

4)      Riwayat penyakit yang sering dialami anak berusia dibawah dua tahun biasanya batuk, panas, pilek, dan kejang yang dialami sebelum, selama atau setelah diare

e.       Riwayat Kesehatan Keluarga

Anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya, yang dapat menularkan ke anggota keluarga lainnya dan juga makanan yang disajikan kepada anak kebersihannya tidak dijamin.

 Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

a) Diare tanpa dehidrasi: baik, sadar

b) Diare de hidrasi ringan atau sedang: gelisah, rewel

c) Diare dehidrasi berat: lesu, lunglai, atau tidak sadar

Pemeriksaan Fisik Head to Toe

a)      Kepala Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubunu-bunnya biasanya cekung

b)      Mata Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan atau sedang kelopak matanya cekung (cowong). Sedangkan apabila mengalami dehidrasi berat, kelopak matanya sangat cekung.

c)      Hidung Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak sianosis, tidak ada pernapasan cuping hidung.

d)      Telinga Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.

e)      Mulut dan Lidah

(1) Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah

(2) Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering

(3) Diare dehidrasi kuat : Mulut dan lidah sangat kering

f)       Leher Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidak ada kelainan pada kelenjar tyroid.

g)      Thorak

Jantung

Inspeksi: pada anak biasanya iktus kordis tampak terlihat.

Auskultasi: pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal, diare dehidrasi ringan atau sedang denyut jantung pasien normal hingga meningkat, diare dengan dehidrasi berat biasanya pasien mengalami takikardi dan bradikardi.


 

Paru-paru

Inspeksi: diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan normal, diare dehidrasi ringan pernapasan normal hingga melemah, diare dengan dehidrasi berat pernapasannya dalam.

Abdomen

Inspeksi: anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram.

Palpasi: turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada pasien diare dehidrasi ringan kembali < 2 detik, pada pasien dehidrasi berat kembali > 2 detik.

Auskultasi: biasanya anak yang mengalami diare bising ususnya meningkat

 

Ektremitas

Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT) normal, akral teraba hangat. Anak dengan diare dehidrasi ringan CRT kembali < 2 detik, akral dingin. Pada anak dehidrasi berat CRT kembali > 2 detik, akral teraba dingin, sianosis.

Genitalia

Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di lakukan pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus.

Diagnosa

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Berdasarkan buku SDKI (2016) menuliskan bahwa diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus gastroenteritis adalah sebagai berikut:

Diagnosa Keperawatan

 

SKLI

SIKI

Diare (D.0020) 

Definisi: Frekuensi buang air besar yang meningkat (biasanya lebih dari tiga kali per hari) dengan konsistensi feses yang cair.

Penyebab:

Penyebab fisiologis

1)   Peradangan gastrointestinal

2)   Iritasi gastrointestinal

3)   Proses infeksi

4)   Malabsorpsi

Penyebab psikologis

1)      Kecemasan 

2)      Tingkat stres tinggi 

Penyebab Situasional

1)      Terpapar kontaminan 

2)      Terpapar toksin 

3)      Penyalahgunaan laksatif

4)      Penyalahgunaan zat

5)      Program pengobatan (agen tiroid, analgesik, pelunak feses, ferosulfat, antasida, cimetidine, dan antibiotik)

6)      Perubahan air dan makanan

7)      Bakteri pada air

DS:

Tidak ada

DO:

1)      Defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam

2)      Feses lembek atau cair

 

Eliminasi fekal membaik L.04033 

Eliminasi fekal membaik berarti proses pengeluaran feses yang mudah dengan konsistensi, frekuensi, dan bentuk feses yang normal.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa eliminasi fekal membaik adalah:

1.      Kontrol pengeluaran feses meningkat

2.      Keluhan defekasi lama dan sulit  menurun

3.      Mengejan saat defekasi menurun

4.      Konsistensi feses membaik

5.      Frekuensi BAB membaik

6.      Peristaltik usus membaik

 

 

 

 

Manajemen Diare (I.03101)

Manajemen diare adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk mengidentifikasi dan mengelola diare dan dampaknya.

Observasi

·         Identifikasi penyebab diare (mis: inflamasi gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses infeksi, malabsorpsi, ansietas, stres, obat-obatan, pemberian botol susu)

·         Identifikasi Riwayat pemberian makanan

·         Identifikasi gejala invaginasi (mis: tangisan keras, kepucatan pada bayi)

·         Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi feses

·         Monitor tanda dan gejala hypovolemia (mis: takikardia, nadi teraba lemah, tekanan darah turun, turgor kulit turun, mukosa kulit kering, CRT melambat, BB menurun)

·         Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah perianal

·         Monitor jumlah dan pengeluaran diare

·         Monitor keamanan penyiapan makanan

Terapeutik

·         Berikan asupan cairan oral (mis: larutan garam gula, oralit, Pedialyte, renalyte)

·         Pasang jalur intravena

·         Berikan cairan intravena (mis: ringer asetat, ringer laktat), jika perlu

·         Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit

·         Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu

Edukasi

·         Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap

·         Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan mengandung laktosa

·         Anjurkan melanjutkan pemberian ASI

Kolaborasi

·         Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis: loperamide, difenoksilat)

·         Kolaborasi pemberian antispasmodik/spasmolitik (mis: papaverine, ekstrak belladonna, mebeverine)

·         Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis: atapugit, smektit, kaolin-pektin)

 

 

Hipertermia (D.0077)

Definisi: Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal.

 

Penyebab (etiologi) untuk masalah hipertermia adalah:

1.      Dehidrasi

2.      Terpapar lingkungan panas

3.      Proses penyakit (mis: infeksi, kanker)

4.      Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan

5.      Peningkatan laju metabolisme

6.      Respon trauma

7.      Aktivitas berlebihan

8.      Penggunaan inkubator

 

 

Termoregulasi membaik (L.14134)

Termoregulasi membaik berarti membaiknya pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa termoregulasi membaik adalah:

1.      Menggigil menurun

2.      Suhu tubuh membaik

3.      Suhu kulit membaik

 

Manajemen Hipertermia (I.15506)

Observasi

·         Identifikasi penyebab hipertermia (mis: dehidrasi, terpapar lingkungan panas, penggunaan inkubator)

·         Monitor suhu tubuh

·         Monitor kadar elektrolit

·         Monitor haluaran urin

·         Monitor komplikasi akibat hipertermia

Terapeutik

·         Sediakan lingkungan yang dingin

·         Longgarkan atau lepaskan pakaian

·         Basahi dan kipasi permukaan tubuh

·         Berikan cairan oral

·         Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis (keringat berlebih)

·         Lakukan pendinginan eksternal (mis: selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)

·         Hindari pemberian antipiretik atau aspirin

·         Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

·         Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

·         Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

Hipovolemia [SDKI D.0023]

 

Penyebab (etiologi) dari masalah hipovolemia adalah:

1.      Kehilangan cairan aktif

2.      Kegagalan mekanisme regulasi

3.      Meningkatkan permeabilitas kaca

4.      Kekurangan intake cairan

5.      Penguapan

 

 

 Tanda dan gejala 

DS:

Tidak ada

DO:

1.      Frekuensi nadi meningkat

2.      Nadi teraba lemah

3.      Tekanan darah menurun

4.      Tekanan nadi menyempit

5.      Turgor kulit menurun

6.      Membran mukosa kering

7.      Volume urin menurun

8.      Hematokrit meningkat

 

Sumber:

(PPNI, 2016)

Status cairan membaik (L.03028)

Status cairan membaik adalah kondisi dimana volume cairan ruang intravascular, interstitial, dan/atau intraseluer membaik.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa status cairan membaik adalah:

1)      Kekuatan nadi meningkat

2)      Output urin meningkat

3)      Membran mukosa lembab meningkat

4)      Ortopnea menurun

5)      Dispnea menurun

6)      Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND) menurun

7)      Edema anasarka menurun

8)      Edema perifer menurun

9)      Frekuensi nadi membaik

10)  Tekanan darah membaik

11)  Turgor kulit membaik

12)  Jugular venous pressure membaik

13)  Hemoglobin membaik

14)  Hematokrit membaik

 

Sumber:

(PPNI, 2018)

 

Manajemen Hipovolemia (I.03116)

Observasi

·         Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis: frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)

·         Monitor intake dan output cairan

Terapeutik

·         Hitung kebutuhan cairan

·         Berikan posisi modified Trendelenburg

·         Berikan asupan cairan oral

Edukasi

·         Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

·         Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

Kolaborasi

·         Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis: NaCL, RL)

·         Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis: glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)

 

Sumber: (PPNI, 2018)

 

 

 

Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakankeperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik (Utami & Luthfiana, 2016).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Doris. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diagnosa Gastroenteritis . Jurnal Ilmiah Cerebral Medika , 1(1).

Hartati, & Nurazila. (2018). Faktor Yangg Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Pekanbaru . Jurnal Endurance 3(2), 400-407.

Kemenkes. (2019). Bagan Manajemen Terpau Balita Sakit (MTBS). Retrieved from https://eprints.triatmamulya.ac.id/586/1/25.%20Buku%20Bagan%20 Manajemen%20Terpadu%20Balita%20Sakit%20%28MTBS%29%20 2019. pdf

Kemenkes. (2022). Mengenal Gastroenteritis. Retrieved from https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1962/mengenalgastroenteritis

Kemenkes. (2023, Desember 19). Diare Pada Anak. Retrieved from https://keslan.kemkes.go.id/view_artikel/3028/diare-pada-anak

Labang. (2022). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan Diare Akut Pada By. A Di Ruang St Theresia Rumah Sakit Umum Gunung Maria Tomohon.

Riskesdas. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 20218. 53(9). Retrieved from Kementrian Kesehatan RI.

Rista, & Jepisah. (2020). Tinjauan Pelaksanaan Pengkodean Penyakit Gastroenteritis Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit PMC Pekanbaru. Jurna; Rekam Medis , 97-105.

Suhesti, E., Janah, E. N., & Zakiudin, A. (2023). Asuhan Keperawatan Pada An.G Dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Gastroenteritis Akut (GEA) Di Ruang Anggrek I RSUD dr. Soeselo Kabupaten Tegal . Jurnal Mahasiswa Ilmu Farmasi dan Kesehatan Vol.1, No.4, Oktober 2023, Hal 249-269.

 

 

 

 

 

 

 DOWNLOAD LP GEA

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DOWNLOAD CONTOH SURAT LAMARAN DAPUR MBG

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. M.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM (HIPERTERMIA)