DOWNLOAD LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN FORMAT FILE MS. WORD SIAP CETAK

 

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN DIAGNOSA PNEMONIA

Konsep Penyakit Pneumonia

A.    Definisi

Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari suatu infeksi saluran nafas bawah akut (INSBA) dan ditandai dengan gejala batuk disertai sesak nafas yang disebabkan oleh agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma, dan substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologi. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan (paru-paru) tepatnya di alveoli yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, maupun mikroorganisme lainnya Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai saluran pernapasan bawah dengan tanda dan gejala seperti batuk dan sesak napas. Hal ini diakibatkan oleh adanya agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing yang berupa eksudat (cairan) dan konsolidasi (bercak berawan) pada paru-paru (Abdjul & Herlina, 2020),

 

B.     KLASIFIKASI

Menurut Departemen Kesehatan RI. pneumonia diklasifikasikan sebagai berikut:

1.        Pneumonia berat Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bawah ke dalam pada waktu menarik nafas.

2.        Pneumonia ringan Bila disertai dengan adanya peningkatan frekuensi pola nafas

3.        Bukan pneumonia (penyakit paru lain) Tidak ditemukan adanya perubahan frekuensi pola nafas dan tidak ada tarikan dinding dada pada saat bernafas.

 

C.    ETIOLOGI

Menurut Nurarif (2021), etiologi pneumonia terdiri dari:

1.        Bacteria: pneumococcus, streptococcus hemolytikus, streptococcus aureus, haemophillus influenzae, mycobacterium tuberculosis.

2.        Virus: virus influenza, adenovirus

3.        Jamur. hitoplasma capsulatum, cryptococcus neuroformans, blastomyces dermatitides Aspirasi: makanan, kerosene (minyak tanah,bensin), cairan amnion, benda asing)

4.        Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit menahun, trauma pada paru, anestesia, aspirasi dan pengobatan dengan antubiotik yang tidak sempurna

 

D.    PATOFISIOLOGI

Pneumonia merupakan inflamasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiolus, saat saluran nafas bagian bawah terinfeksi, respon inflamasi normal terjadi, disertai dengan obstruksi jalan nafas. Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel inefektif seperti menghirup bibit penyakit di udara. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi dihidung atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler dan juga dengan mekanisme imun sistemik dan humoral. Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu mekanisme pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius terbawah melalui aspirasi maupun rute hematologi. Ketika patogen mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah besar. Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial debris. Sistem limpatik dapat mencapai bakteri sampai darah atau pleura viceral. Jaringan paru menjadi terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan aliran darah menjadi 13 terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis right-to-left shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia. Kerja jantung menjadi meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan hiperkapnia.

 

PATHWAY

 

E.     MANIFESTASI KLINIS

1. Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38,5 oC sampai 40,5 oC).

2. Nyeri dada pleuritik yang semakin ketika bernapas dan batuk.

3. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea (25 sampai 45 kali pemapasan/menit) dan dyspnea, prtopnea ketika disangga.

4 Nadi cepat dan memantul, dapat meningkat 10 kali/menit per satu derajat peningkatan suhu tubuh (Celcius).

5. Bradikardi relativ untuk tingginya demam menunjukkan infeksi virus, infeksi mikroplasma, atau infeksi organisme Legionella.

6. Tanda lain: infeksi saluran napas atas, sakit kepala, demam derajat rendah, nyeri pleuritik, myalgia, ruam faringitis, setelah beberapa hari, sputum mucoid atau mukopurulen dikeluarkan.

7. Pneumonia: pipi memerah, bibi dan bantalan kuku menunjukkan sianosis sentral.

8. Sputum purulent, bewarna seperti katar, bercampur darah, kental, atau hijau. bergantung pada agen penyebab

9. Nafsu makan buruk, dan pasien mengalami diaphoresis dan mudah lelah.

 

F.     PEMERIKSAAN PENUNJANG

 

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada orang dengan masalah pneumonia adalah:

1. Sinar X: Mengidentifikasikan distribusi struktural (misalnyanya: lobar, bronchial), dapat juga menyatakan abses.

2. Pemeriksaan gram/ kultur, sputum dan darah untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada.

3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.

4. Pemeriksaan fingsi paru untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaaan.

5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis.

6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.

7. Bronchoskopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing

 

 

G.    PENATALAKSAAN

 

Penatalaksanaan pneumonia antara lain:

1. Manajemen Umum

a. Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan berlebihan

b. Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2

c. Fisioterapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumonia, pasien harus didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam untuk memaksimalkan kemampuan ventilator. d. Hidrasi: pemantauan asupan dan keluaran, cairan tambahan untuk mempertahanakan hidrasi dan mencairkan sekresi

2. Operasi Thoracentesis dengan tabung penyisipan dada mungkin diperlukan jika masalah sekunder seperti emfisema terjadi.

3. Terapi Obat Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi uji resistensi tapi karena hal itu perlu waktu dan pasien pneumonia perlu diberikan terapi secepatnya maka biasanya diberikan oantibiotik golongan Penicillin G untuk infeksi pneumonia virus, Eritromicin. Tetrasiklin, derivat tetrasiklin untuk infeksi pneumonia.

 

H.    KOMPLIKASI

 

Komplikasi yang dapat terjadi antara lain:

1. Pleuritis: Peradangan pada selaput pembungkusau paru-paru atau pleura

2. Atelektasis: Keadaan dimana paru-paru tidak dapat mengembang dengan sempuma akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang

3. Empiema: Adanya pus pada rongga pleura

4. Abses paru: Penyakit yang menyerang organ paru-paru karena infeksi bakteri yang menyebabkan jaringan paru-paru menjadi bernanah

5. Edema pulmonary: Suatu keadaan dimana cairan merembes keluar dari pembuluh darah kecil paru ke dalam kantong udara dan daerah disekitarny

6. Infeksi super perikarditis: Peradangan yang terjadi pada selaput pembungkus jantung (perikardium)

7. Meningitis: Infeksi yang menyerang selaput otak

8. Arthritis: Suatu penyakit dimana persendian mengalami peradangan (biasanya terjadi pada kaki dan tangan)

 

 

I.       PROGNOSIS

 

 1. Pneumonia Ringan (Community-Acquired Pneumonia, CAP): Prognosis baik bila pasien sehat sebelumnya dan segera mendapatkan pengobatan yang tepat. Mayoritas pasien sembuh total dalam 1-3 minggu.

2. Pneumonia Berat (Severe Pneumonia atau Hospital-Acquired Pneumonia): Prognosis lebih buruk, terutama bila terlambat ditangani atau terjadi komplikasi (seperti sepsis, abses paru). Pasien dengan pneumonia berat mungkin memerlukan perawatan di ICU dan ventilator.

3. Pneumonia pada Populasi Rentan: Pada anak-anak, lansia, atau penderita komorbid (misalnya diabetes, gagal jantung, PPOK), risiko kematian dan komplikasi meningkat. Prognosis bisa buruk jika tidak ditangani cepat dan tepat.

 

K. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

PENGKAJIAN meliputi:

1.      Identitas pasien Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama. suku/bangsa, status pernikahan

2. Identitas Pennggung Jawab Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama, suku/bangsa, status pernikahan, hubungan dengan pasien

3. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama Keluhan utama pada pasien sesak napas

b. Riwayat Keluhan Utama Keluhan utama disertai Keluhan lain yang dirasakan klien seperti lemah, sianosis, sesak napas, adanya suara napas tambahan (ronchi dan wheezing), batuk, demam, sianosis daerah mulut dan hidung, muntah, diare)

c. Riwayat Kesehatan Masa lalu Dikaji apakah klien pernah menderita penyakit seperti ISPA, TBC Paru, trauma. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.

d. Riwayat kesehatan keluarga Dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab pneumonia seperti Ca Paru, asma, TBC Paru dan lain sebagainya.

4. Pola Fungsi Kesehatan

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan, riwayat perokok.

b. Pola nutrisi Biasanya muncul anoreksia, mual dan muntah Karena peningkatan rangsangan gaster sebagai dampak peningkatan toksik mikrorganisme.

c. Pola eliminasi Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan cairan evaporasi karena demam

d. Pola istirahat tidur Penderita sering mengalami gangguan istirahat dan tidur karena adanya sesak nafas.

e. Pola aktfitas dan latihan Aktifitas dan latihan klien akan menurun karena adanya kelemahan fisik

5. Pemeriksaan Fisik

a. Head to toe

b. Data Fokus

6. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus pneumonia menurut PPNI (2017) sebagai berikut

 

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)

2. Pola nafas tidak efektif (D.0005)

 

 

J .INTERFENSI KEPERAWATAN

 

NO

Diagnosa Keperwatan

(SDKI)

SLKI

SIKI

1

Bersihan jalan nafas tidak efektif  b/d sekret yang tertahan (D.0001)

 

Gejala dan tanda mayor

 

Subjektif

-

 

Objektif

1. batuk tidak efektif

2. tidak mampu batuk

3. sputum berlebihan

4 .mengi,wheezing dan ronkhi kering

 

Gejala  dan tanda minor

 

Subjektif

1. Dispnea

2. sulit bicara

3. Ortopnea

Objektif

1. Gelisa

2. sianosis

3. Bunyi napas menurun

4. Frekuensi napas berubah

5. Pola napas berubah

bersihan dalan nafas (L.01001)

 

Setelaha di lakukan intervensi keperawatan. Dengan kriteria

 

Hasil:

 

1.      Batuk efektif (Meningkat)

2.      Produksi sputum

(menurun)

3.      Mengi ( menurun )

4.      Wheezing (menurun )

5.      Gelisa ( menurun )

6.      Sianosis ( menurun )

7.      Frekuensi napas (membaik)

8.      Pola napas (membaik )

Manajemen jalan napas

(l.01011)

Observasi

1.      monitor pola napas (frekuensi ,kedalaman ,usaha napas

2.      monitor bunyi napas tambahan (wheezing ,mengi ,rongki kering)

3.      monitor sputum

( jumlah,warna ,aroma )

Tarapeutik

1.      Pertahankan kapatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-if-jacunga trauma servikal)

2.      Posisikan semi-Fowler atau Fowler

3.      Berikan minum hangat

4.      Lakukan fisioterapi dada jaka perlu

5.      Lakukan penghisapan lendir kurang dan 15 detik

6.      Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal

7.      Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill

8.      Berikan oksigen, jika perdu

 

Edukasi

1.      Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak kontraindikasi

2.      Ajarkan teknik batuk efektif

 

Kolaborasi

1.      Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukoittik, jika pertu

 

2

Pola nafas tidak efektif

(D.0005)

 

Penyebab

 

1. Depresi pusat pernapasan 2. Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan) 3. Deformitas dinding dada

4. Deformitas tulang dada

5. Gangguan neuromuskular

6. Gangguan neurologis (mis. elektroensefalogram [EEG] positif, cedera kepala, ganguan kejang)

7. Imaturitas neurologis

8. Penurunan energi

9. Obesitas

10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru 11. Sindrom hipoventilasi.

12. Kerusakan Inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)

13. Cedera pada medula spinalis

14. Efek agen farmakologis

15. Kecemasan

 

Gejala dan Tanda Mayor Subjektif

1. Dispnea Objektif

1. Penggunaan otot bantu pernapasan

2. Fase ekspirasi memanjang 3. Pola napas abnormal (mis. takipnea, bradipnea, hiperventilasi. kussmaul, cheyne-stokes)

 

Gejala dan Tanda Minor Subjektif

1. Ortopnea Objektif

1. Pernapasan pursed-lip

2. Pernapasan cuping hidung 3. Diameter thoraks anterior-posterior meningkat

4.Ventilasi semenit menurun

5. Kapasitas vital menurun

6.Tekananekspirasi menurun 7. Tekanan inspirasi menurun 8. Ekskursi dada berubah

Pola napas (L.01004)

 

-          Dispnea ( Menurun )

-          Ortopnea (menurun )

-          Pernafasan pursed-lip

-          Frekuensi nafas (membaik)

-          Kedalaman nafas (membaik)

-          Kapasitas vital (membaik )

-          Tekanan ekspirasi (membaik)

-          Tekanan inspirasi (membaik)

Pemantauan Respirasi (l.01014)

 

Tindakan

 

Observasi

-          Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas

-          Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot, ataksik)

-          Monitor kemampuan batuk efektif Monitor adanya produksi sputum

-          Monitor adanya sumbatan jalan napas Palpasi kesimetrisan ekspansi paru Auskultasi bunyi napas

-          Monitor saturasi oksigen

-          Monitor nilai AGD

- Monitor hasil x-ray toraks

 

Terapeutik

 

Atur Interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien - Dokumentasikan hasil pemantauan

 

Edukasi

 

Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

 

K. IMPLEMENTASI

Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan yang dilakukan. secara mandiri maupun dengan kolaborasi dengan multidisiplin yang lain. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dimana tindakan dilakukan dan diselesaikan, sebagaimana di gambarkan dalam rencana yang sudah dibuat (Patrisia et al., 2020)


 

L. EVALUASI

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara membandingkan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap hasil yang diharapkan. Evaluasi juga dilakukan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi, perawat seharusnya. memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang ingin dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan dalam kriteria hasil (Patrisia et al., 2020)

 

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Abdjul, R. L., & Herlina, S. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Dengan Pneumonia: Study Kasus Indonesian Jurnal of Health Development. Indonesian Jurnal of Health Development, 2(2), 102-107. https://ijhd.upnvj.ac.id/index.php/ijhd/article/view/40 Kemenkes RL. (2020). Profil Kesehatan Indonesia 2019 [Indonesia Health Profile 2020 ]. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan dan-Informasi Profil-Kesehatan-Indonesia-2019.pdf indonesia/Data- Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2021). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jogjakarta: Mediaction Patrisia, I., Juhdeliena, J., Kartika, L., Pakpahan, M., Siregar, D., Biantoro, B., Hutapea, A. D.. Khusniyah, Z., & Sihombing, R. M. (2020). Asuhan Keperawatan Dasar Pada Kebutuhan Manusia (Edisi 1), Yayasan Kita Menulis. (diakes tanggal 15 juni 2021, jam 15.00) Rohmah. N., & Walid, S. (2019). Proses Keperawatan Berbasis

DOWNLOAD FILENYA

Comments

Popular posts from this blog

DOWNLOAD CONTOH SURAT LAMARAN DAPUR MBG

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. M.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM (HIPERTERMIA)

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE