DOWNLOAD LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA PASIEN ANTENATAL CARE

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS  PADA PASIEN ANTENATAL CARE

BAB 1

PENDAHULUAN

A.    Konsep Dasar Antenatal Care (ANC)

1.      Definisi

Antenatal Care (ANC)  adalah perawatan selama masa  kehamilan sebagai suatu manajemen kehamilan di mana ibu dan anaknya diharapkan sehat dan baik (Wiknjosastro, 2013 dikutip dari Ningsih, 2017). 

Antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama di tujukan pada pertumbuhan  dan  perkembangan  janin  dalam  rahim.  Sedangkan  pengawasan  sebelum persalinan  terutama  di  tujukan  pada    ibunya  disebut  antenatal  care  (Yulifah,  2018). Pelayanan antenatal adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditunjukkan pada pertumbuhan  dan  perkembangan  janin  dalam  rahim.Pemeriksaan  antenatal  adalah pemeriksaan  kehamilan  untuk  mengoptimalkan  kesehatan  mental  dan  fisik  ibu  hamil, sehingga  mampu  menghadapi  persalinan,  kala  nifas,  persiapan  memberikan  ASI  dan kembalinya kesehatan produksi secara wajar (manuaba, 2018).   Kehamilan normal adalah dari konsepsi sampai lahirnya janin dengan kehamilan 280 hari (40 minggu) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Sarwono, 2017).

2.      Etiologi

a.       Amenore (tidak dapat haid)

b.      Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama  haid terakhir (HPHT) supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan.

c.       Mual dan Muntah (Nausea and vomiting)

d.      Mual dan muntah biasa terjadi mulai kehamilan 2-8 minggu. Penyebab mual muntah ini  masih  belum  diketahui  tetapi  mungkin  karena  perubahan  hormonal  HCG, perubahan emosi ambivalen, penolakan kehamilan.

e.       mengidam (ingin makanan khusus)

f.        tidak tahan bau-bauan

g.      pingsan

h.      tidak ada selera makan (anoreksia)

i.         lelah (fatigue)

j.        payudara membesar,tegang,dan sedikit nyeri.

k.       Sering miksi

l.        Konstipasi/obstipasi

m.    Pigmentasi kulit

n.      Epulish

o.       Pemekaran vena-vena (varises)

3.      Klasifikasi

Kehamilan diklasifikasikan dalam 3 trimester menurut Sarwono Prawirohardjo :

a.       trimester pertama,dimulai dari konsepsi sampai 3bulan (0-12 minggu).

b.      trimester kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan (13-27 mingu).

c.       trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (28-40 minggu).

4.      Patofisiologi 

 Setiap  bulan  wanita  melepaskan  1  atau  2  sel  telur  (ovum)  dari  indung  telur (ovulasi), yang ditangkap oleh umbai-umbai  (fimbriac) dan  masuk  ke  dalam  sel  telur, cairan semen tumpah ke dalam vagina dan berjuta-juta sel sperma bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke saluran telur. Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi di bagian yang mengembang oleh tuba falopi.

 Disekitar  sel  telur  banyak  berkumpul  sperma  yang  mengeluarkan  ragi  untuk  mencairkan zat-zat yang melindungi ovum. Kemduian pada tempat yang paling mudah  dimasuki, masuklah salah satu sel sperma dan kemudian bersatu dengan sel telur. Peristiwa  ini disebut pembuahan (konsepsi/fertilitas).

 Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sambil bergerak (oleh rambut  getar tuba), menuju ruang rahim, peristiwa ini disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan  sampai nidasi diperlukan waktu 6-7 hari. Untuk menyuplai darah ke sel-sel makanan bagi  ibu  dan  janin,dipersiapkan  uri  (plasenta)  jadi  dapat  dikatakan  bahwa  unutuk  setiap  kehamilan  harus  ada  ovum  (sel  telur),  spermatozoa  (sel  sperma),  pembuahan  (konsepsi/fertilitas),nidasi dan plasenta.

a)      sel telur (Ovum) 

pertumbuhan embrio oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di geneta-bridge.

b)      sel mani (spermatozoa)

sperma bentuknya seperti kecebong, terdiri atas kepala,berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti (nukleus), leher yang menghubunkan kepala dengan bagian tengah, dan ekor yang dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat.

c)      pembuahan (konsepsi/fertilitas)

pembuahan adalah suatu peristiwa penyatu antara sel mani dengan sel telur di tuba falopi.

d)      nidasi (implantasi)

 nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium.

5.      Manisfestasi Klinis

Tanda-tanda kehamilan secara garis besar,tanda-tanda kehamilan bisa terbagi menjadi tiga tanda diduga hamil, tanda tidak pasti hamil dan tanda pasti hamil. Adapun penjelasan dari berbagai jenis tanda-tanda kehamilan tersebut adalah sebagai berikut:

1.      tanda diduga hamil

a.       amenorae

b.       mual,muntah

c.        perasaan geli pada payudara,mastalgia

d.       sering kencing (urinary frequency) danurgensi

e.        gerakan-gerakan dalam perut(quickening)

f.         konstipasi

g.       kelelahan

h.       peningkatan berat badan

2.      tanda tidak pasti hamil

a.       perut membesar

b.       uterus membesar

c.        tanda hegar

d.       tanda piscaseck

e.        kontraksi-kontraksi kecil uterus bila dirangsang (BraxtonHicks)

f.        teraba Ballotment

3.      tanda pasti hamil

a.        terasa adanya gerakan janin dalam rahim

b.       teraba adanya bagian-bagian janin

c.       terdengar adanya denyut jantung janin

d.       terlihat adanya gambaran janin melalui USG (Ultrasonografi)

4.      perubahan dan adaptasi psikologis

 kehamilan menurut Armyati 2018, terdapat pemahaman dan reaksi emosi ibu terhadap kehamilan meliputi trimester I,trimester II, dan juga trimester III yaitu:

1)      trimester I

a.       ambivalence

b.       ragu tentang ketepatan waktu hamil

c.       gangguan rasa nyaman (frekuensi kencing lebih sering,mual-muntah,lelah,tidak dapat berisitirahat dengan baik)

d.      keraguan tentang diri dan pasangannya terhadap peran menjadi orang tua.

e.       Keraguan tentang kemampuan ekonomi.

2)      Trimester II

a.       Feling ofwell-being

b.      Menurunnya rasa tidak enak dan gejala fisik lainnya.

c.       Melupakan rasa takut dan cemas dengan adanya gerakan janin (pada kehamilan normal)

d.      Introversion, self-egrossmentintrospection

e.       Konsentrasi ibu pada kebutuhan dirinya sendiri dan janin.

f.        Latihan peran

g.      Mengisolasikan kehamilan yang akan dijalankan

h.      Tertarik pada kehamilan dan proses kehamilan dan perilaku bayinya

i.         Tampak egosentris dan sering melamun

j.        Mulai menunjukkan perilaku bersatunya dengan bayi baru.

3)      Trimester III

a.       Physical discomfortretrun

b.      Kelelahan,terasa  berat,frekuensi  kencing  meningkat  kembali,merasa  kurang tidur,dan bila tidur merasa janggal.

c.       Physico social dimensionexpand.

d.      Perubahan harga diri

e.       Perasaan janggal dan kaku

f.        Heightened introversiondan heightenedconcern.

g.       Kekhawatiran terhadap kesehatan diri selama melahirkan.

h.      Kekhawatiran terhadap kesehatan janinnya.

i.        Perenungan terhadap penerimaan peran sebagai ibu.

j.         Khayalan terhadap situasi sebagai orang tua

k.       Plateaustage

l.        Masa puncak stabil (terlindungi dimana peran sudah terlatih)

6.      Komplikasi

1.      Hipertensi

Hipertensi karena kehamilan yaitu : tekanan darah yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg yang disebabkan karena kehamilan itu sendiri,memiliki potensi yang menyebabkan gangguan serius pada kehamilan. Biasanya terjadi pada usia kehamilan memasuki 20 minggu.

2.      Pre eklamsia

Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria, dan oedema yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa.

3.       Perdarahan

Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya dari pada perdarahan kehamilan sebelum 28  minggu.  Jika  perdarahan  terjadi  di  tempat  yang  jauh  dari  fasilitas  pelayanan kesehatan atau fasilitas  pelayanan  kesehatan  tersebut  tidak  mampu  melakukan  tindakan  yang diperlukan, maka umumnya kematian maternal akan terjadi.

4.      Kelainan letak (lintang dan sungsang)

a.       Letak lintang

 Letak lintang adalah keadaan sumbu memanjang janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu memanjang tubuh ibu. Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi dari pada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul.

b.       Letak sungsang

Letak sungsang merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua  (hamil 8-9 bulan), dengan kepala di atas dan bokong atau kaki di bawah. Bayi letak  sungsang lebih sukar lahir, karena kepala lahir terakhir.

5.       Hidramnion

Yaitu kehamilan dengan jumlah air ketuban lebih dari 2 liter. Keadaan ini mulai tampak  pada  trimester  III,  dapat  terjadi  secara  perlahan-lahan  atau  sangat  cepat.  Pada  kehamilan normal, jumlah air ketuban ½ sampai 1 liter. Karena rahim sangat besar akan  menekan pada organ tubuh sekitarnya.

6.      Ketuban pecah dini

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila  ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu maka disebut ketuban  pecah dini pada kehamilan prematur.

7.         Pemeriksaan Penunjang

1.      Tes urine kehamilan ( Tes HCG)

2.      Dilaksanakan seawal mungkin begitu diketahui amenore;

3.       Upaya urine yang digunakan adalah urine pagi.

4.      Laboratorium 

5.      Darah (Hb,Golongan Darah,Glukosa,VDRL).

6.      Tafsiran kelahiran,TBJ,jumlah cairan amnion

8.      Penatalaksanaan Medis

Pentalaksanaan  ibu  hamil  secara  keseluruhan  meliputi  komponen-komponen  sebagai berikut:

1.      mengupayakan kehamilan sehat.

2.      Menjadwalkan pemberian vaksinasi.

3.      Memberikan preparat penunjang kesehatan : vitamin dan tambahan preparat Fe.

4.      Melakukan deteksi dini komplikasi penatalaksanaan awal serta rujukan.

5.      Persiapan persalinan yang bersih dan aman.

6.      Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk rujukan jika terjadi komplikasi.

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan:

a.        satu kali pada trimester I

b.      satu kali pada trimester II

c.        dua kali pada trimester III Oleh sebab itu setiap kunjungan antenatal dilakukan:

1.      Anamnesa

2.      pemeriksaan umum dan pemeriksaan obstetric,dibagi atas:

a.       inpeksi

b.      palpasi tujuan untuk menentukan tuanya kehamilan, letak anak dalam rahim dan untuk membedakan  denan  tumor  lain  dalam  rahim.  Menurut  leopold  ada  4  macam palpasi:

·         leopold I : menentukan tinggi fundus uteri dan bagian yang terdapat difundus

·         leopold II: menentukan punggung anak dan bagian kecil janin.

·         Leopold III: menentukan baian bawah janin Leopold IV: menentukan apakah bagian bawah sudah masuk PAP atau belum.

c.       auskultasi : menentukan letak dan irama DJJ.

d.      Perkusi : untuk menentukan reflek patella kanan dan kiri.

B.     Konsep Asuhan Keperawatan

1.       Pengkajian Keperawatan

a.       Identitas 

·         Nama suami dan istri

·           Usia

·          Alamat

·         Pekerjaan

·          Agama

·         Pendidikan

·         Studi perkawinan

·         Lama perkawinan

v  Riwayat obstetri :

a.       Menarche : untuk menanyakan kapan terjadinya haid pertama kali

b.      Siklus : apakah sikulus menstruasinya teratur atau tidak

c.       Banyakanya : untuk mengetahui banyaknya pengeluaran darah

d.      Lamanya : untuk mengetahui berapa lamanya menstruasi

e.       HPHT : untuk mengetahui tafsiran persalinan

f.        TP : untuk mengetahui tafsiran persalinan

v  Riwayat  kehamilan,  persalinan  dan  nifas  yang  lalu,  untuk  mengetahui  bagaimana kehamilan persalinan dan nifas yang terdahulu apakah pernah ada  komplikasi atau penyulit sehingga dapat memperkirakan adanya kelainan atau  keabnormalan yang dapat mempengaruhi kehamilan selanjutnya.

v  Kehamilan sekarang : berapa kali periksa dan dimana pemeriksaan sebaiknya  dilakukan tiap 4 mminggu jika segala sesuatu normal sampai kehamilan 28  minggu,  sesudah  itu  pemeriksaan  dilakukan  tiap  2  minggu  dan  sesudah  36 minggu tiap minggu.

v  Riwayat  KB,  ditanyakan  pernahkan  ibu  mengikuti  KB/tidak,  apa  macamnya,ada keluhan/tidak,setelah persalinan rencananya ibu menggunakan  KB apa

v  Riwayat  kesehatan  yang  lalu,ditanyakan  untuk  mengetahui  penyakit  yang  pernah diderita ibu sebelumnya apakah ibu pernah menderita penyakit menular  seperti  TBC,hepatitis,malaria  ataupun  penyakit  keturunan  seperti:  jantung,darah tinggi,ginjal,kencing manis,juga pernahkan ibu menderita kanker  ataupun tumor,serta untuk mengetahui apakah ibu pernah dirawat dirumah sakit  atau tidak

v  Riwayat kesehatan sekarang ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu sedang menderita  penyakit  menular  seperti  TBC,hepatitis,malaria  ataupun  penyakit keturunan  seperti  jantung,darah  tinggi,ginjal,kencing  manis,juga  apakah  ibu  sedang menderita kanker ataupun tumor.

v  Riwayat  kesehatan  keluarga,ditanyakan  mengenai  latar  belakang  keluarga  terutama  anggota  keluarga  yang  mempunyai  penyakit  tertentu  terutama  penyakit  menular  seperti  TBC,hepatitis,penyakit  keluarga  yang  diturunkan  seperti kencing manis,kelainan pembekuan darah, jiwa,asma.

v  Pola  aktivitas,wanita  yang  sednag  hamil  boleh  bekerja  tapi  sifatnya  tidak  melelahkan  dan  tidak  mengganggu  kehamilan.  Misalnya,  pekerjaan  rumah  tangga yang ringan,masak,menyapu,tetapi jangan menimba,mengangkat air,dll. Pekerjaan dinas misal guru,pegawai kantor,dll. Pekerjaan yang sifatnya dapat  mengganggu kehamilan lebih baik dihindarkan misalnya pekerjaan di pabrik  rokok, percetakan, yang mengeluarkan zat yang dapat mengganggu janin dalam  kandungannya.

b.      Pemeriksaan fisik:

Gambaran umum

·         Keadaan umum : baik,kesadaran : composmentis

·         Tinggi Badan (TB)

·          Berat Badan (BB)

·         LILA (lingkar lengan atas) pada tangan nondominan

·         Tekanan Darah

·          Nadi

·         Pernafasan 

·         Suhu

·         Kepala dan wajah

·         Dada dan payudara

·         Abdomen 

·         Ekstermitas atas dan bawah

c.        Pemeriksaan leopold

§  Leopold I bertujuan untuk mengetahui tinggi fundus uterus

§  Leopold II bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang terdapat pada bagian kanan dan kiri ibu hamil.

§   Leopold 3  bertujuan untuk  mengetahui bagian  janin yang terdapat pada  bagian  presentasi atau bawah uterus ibu hamil.

§   Bertujuan  untuk  mengetahui  sejauh  mana  kepala  masuk  kedalam  pintu  atas panggul.


§   

2.      Diagnosa Keperawatan

 Nausea (D.0076) 

Diagnosa keperawatan

Tujuan dan kriteria hasil

Intervensi

Neusea berhubungan dengan kehamilan ditandain dengan mengeluh mual (SDKI D.0076)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x1 jam diharapkan tingkat mual menurun. Dengan kriteria hasil (SLKI L.06050)

1.      Kemampuan mengenali gejala meningkat (5)

2.       Kemampuan mengenali penyebab/pemicu meningkat (5)

3.      Kemempuan untuk mengontrol mual meningkat (5)

4.       Melaporkan mual dan muntah terkontrol  meningkat (5)

5.       Menghindari faktor peyebab/pemicu

6.       Mencatat pemantauwan gejala meningkat (5)

7.      Menghindari  bau  tidak  enak meningkat (5)

Observasi

·         Identifikas/ dampak mual terhadap kualitas hidup (mis. naísu makan, aktivitas, kinerja. tanggung jawab peran, dan tidur)

·          Identifikasi faktor penyebab mual (mis. pengobatan dan prosedur)

·         Monitor mual (mis. frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan)

Terapeutik

·          Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual (mis. bau tak sedap, suara, dan rangsangan visual yang tidak meyenangkan).

·          Kurangi atau hilangkan  keadaan peyebab mual (mis. kecemasan, ketakutan, kelelahan) 

  Edukasi

·         Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup

·         Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak

·          Ajarkan penggunaanteknik nonfarmakologis  untuk mengatasi mual (mis. biofeedback, hipnosis, relaksasi, terapi musik, akupresur)

Kolaborasi

·         Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu

 

3.      Intervensi

§  Anjurkan makanan tinggi  karbohidrat dan rendah  lemak

§   Ajarkan penggunaanteknik nonfarmakologis  untuk  mengatasi mual (mis.  biofeedback, hipnosis, relaksasi, terapi musik, akupresur)

Kolaborasi

§  Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu

4.      Implementasi

Implementasi atau tindakan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dan rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini,perawat sebaiknya  tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan (Setiadi,2018)

5.       Evaluasi

Tahap  dari  proses  keperawatan  adalah  evaluasi.  Tahap  penilaian  atau  evaluasi  adala perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya.

 

 

 

 

 

 

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

Dongoes, M.E., 2021. Rencana Keperawatan Maternal Bayi : Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Klien (terjemahan). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC

Prawirohardjo,  Sarwono.  2015.  Buku  Acuan  nasional  Pelayanan  Kesehatan  Maternal  dan Neonatal. Jakarta: EGC

Rohani, Saswita, R. Marisah. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika

Saifuddin, Abdul Bari. 2016. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

SDKI. 2018. Derfinisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta. SDKI. 2018. Definisi dan Indikator  Diagnostik. Jakarta.

SLKI. 2018. Definisi dan Kriteria Hasil Keperawtan. Jakarta.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 LAPORAN PENDAHULUAN GINEKOLOGI

DENGAN KASUS KISTA OVARIUM DI POLI KANDUNGAN

 

BAB 1

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kista ovarium merupakan salah satu kelainan ginekologis yang sering ditemukan pada wanita usia reproduktif. Kista ini berupa kantung berisi cairan yang tumbuh pada atau di dalam ovarium. Sebagian besar kista bersifat jinak, namun beberapa jenis dapat menimbulkan gejala seperti nyeri perut, gangguan menstruasi, atau komplikasi berat seperti torsi ovarium dan ruptur kista (Prawirohardjo, 2016).

Meskipun beberapa kista dapat hilang secara spontan, jenis tertentu seperti kista endometrioma, kista dermoid, atau kista neoplastik membutuhkan pemantauan yang lebih ketat dan penanganan medis khusus. Perkembangan teknologi ultrasonografi juga meningkatkan angka deteksi kista ovarium sehingga tenaga kesehatan harus memahami karakteristik, faktor risiko, serta indikasi penatalaksanaannya (Manuaba, 2012).

Dalam praktik keperawatan, pemahaman mengenai kista ovarium sangat penting untuk melakukan pengkajian komprehensif, mengenali tanda bahaya, memberikan intervensi keperawatan yang tepat, serta memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga. Oleh karena itu, laporan pendahuluan ini disusun untuk memberikan dasar teori dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kista ovarium.

B.     Tujuan

Untuk mengetahui dan memahami gambaran umum mengenai penyakit kista ovarium termasuk penyebab, gejala, faktor risiko, penatalaksanaannya, serta konsep asuhan keperawatan.


 

BAB 2

TINJAUAN TEORI

 

A.    Konsep Dasar Kista Ovarium

1.      Definisi

Kista ovarium adalah tumor jinak yang paling sering ditemui bentuknya kistik, berisi cairan kental, dan ada pula yang berbentuk anggur. Kista juga ada yang berisi udara, cairan, nanah, ataupun bahan-bahan lainnya (Nugroho, 2012).

2.      Klasifikasi

Menurut Ricci & Kyle (2020), Kista ovarium merupakan gangguan indung telur yang bersifat fisiologis atau patologis. Berdasar tingkat keganasan kista dibagi menjadi dua yaitu nonneoplastik dan neoplastik. Kista ovarium noneoplastik jinak yaitu:

a.       Follicular Cyst (Kista Folikel)

Kista follikel disebabkan oleh kegagalan follikel ovarium yang pecah pada saat ovulasi. Ukuran diameter kista folikel pada umumnya tidak lebih dari 5 cm. Kista folikel bersifat fisiologis dan tidak memerlukan perawatan. Kista folikel dapat terjadi pada segala usia tetapi lebih sering terjadi pada wanita usia produktif dan menopause.

b.      Corpus Luteum Cyst (Kista Korpus Luteum)

Dalam keadaan normal korpus luteum akan mengecil dan menjadi korpus albikans. Terkadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum persistens), perdarahaan yang terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista.  Kista korpus luteum berukuran > 3 cm, diameter kista sebesar 10 cm dan cairan berwarna merah coklat karena darah tua (Belakang & Sectional, 2019).      Kista korpus luteum merupakan perdarahan yang terjadi pada korpus luteum dan tidak dapat bergenerasi di 14 hari setelah periode menstruasi terakhir keluhan yang dirasakan yaitu nyeri pada panggul, amenorea diikuti oleh perdarahan tidak teratur dan gangguan haid.

c.       Lutein Cyst (Kista Lutein)

Kista lutein biasanya bilateral, kecuali dan jarang terjadi dibandingkan kista folikel atau korpus luteum. Kista lutein berisi cairan berwarna kekuning-kuningan. Kista lutein merupakan kista yang tumbuh akibat pengaruh hormon human corionigonadotropin (HCG). Meskipun jarang ditemui, kista ini berhubungan dengan mola hidatidosa, koriokarsinoma dan sindrom ovarium polikistik. Kista ini biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar ukuran tinja. Kista lutein dapat terjadi pada kehamilan, umumnya berasal dari korpus luteum hematoma. Gejala yang timbul biasanya rasa penuh atau menekan pada pelvis (Sutjahjo, 2015).

d.      Polycystic ovarian syndrome (sindrom ovarium polikistik)

Sindrom ovarium polikistik biasanya disebut dengan kista stein-laventhal. Keadaan ini menunjukkan adanya beberapa kista folikelinaktif pada ovarium yang mengganggu fungsi ovarium. Kista ini disebabkan oleh ketidakseimbangan hormonal. Ditandai dengan kedua ovarium membesar 2-3 kali, bersifat  polikistik, ovarium berawal pucat, permukaan rata dan licin, dan berdinding tebal. Pemeriksaan untuk stein-laventhal yaitu laparoskopi (Soebroto, 2015).

Kista ovarium neoplastik jinak yaitu :

1.      Kista Ovarii Simpleks

Merupakan kista yang permukaanya rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral dan menjadi besar, dinding tipis dan cair didalam kista jernih. Dinding kista tampak lapisan epitel pubik. Pengangkatan kista ini dengan reseksi ovarium, namun jaringan yang dikeluarkan untuk segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui adanya keganasan.

2.      Kista Denoma Ovari Musinosum, kista ini berbentuk multilokuler dan biasanya unilateral, dapat tumbuh menjadi ukuran sangat besar. Pada kista yang ukurannya besar tidak lagi dapat ditemukan ovarium yang normal. Gambaran klinik terjadi perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif, ynag menimbulkan perletakan kista dengan omentum, usus-usus dan peritoneum parietale. Dinding kista agak tebal. Berwarna putih ke abu-abuan. Pada pembukaan terdapat cairan lendir, kental, melekat dan berwarna kuning hingga coklat. Penatalaksanaan dengan pengangkatan in toto terlebih dahulu tanpa fungsi terlebih dahulu dengan atau tanpa salpingo-ooforektomi tergantung besarnya kista

3.      Kista Denoma Ovari Serosum, kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal epithelium). Pada umumnya kista ini tidak mencapai ukuran yang sangat besar dibandingkan kista denoma ovari musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, berongga satu, berwarna keabu-abuan. Ukuran kista yang kecil, tetapi permukaanya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papilloma). Penatalaksanaan pada kista ini umumnya sama seperti pada kista denoma ovari musinosum. Namun karena kemungkinan keganasan lebih besar, maka diperlukan pemeriksaan teliti terhadap tumor yang dikeluarkan. Bhkan kadang-kadang perlu diperiksa sediaan yang dibekukan untuk menentukan tindakan selanjutnya saat operasi.

4.      Kista Endometeroid, kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin, terdapat satu lapisan sel-sel pada dinding menyerupai lapisan epitel endometrium. Terjadinya akibat adanya bagian endometrium yang berada diluar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulannya yang mengakibatkan nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas.

5.      Kista Dermoid merupakan teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal diferensiasi sempurna dan lebih menonjol dari pada entoderm dan mesoderm. Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui proses partenogenesis dan bisa menjadi ganas seperti karsinoma epidermoid. Dinding kista terlihat putih keabu-abuan, agak tipis, konsistensi sebagai kistik kenyal sebagian padat. Kandungan tidak hanya cairan melainkan elemen ektodermal, mesodermal dan entoderm. Dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi (ektodermal), tulang rawan, serat otot jaringan ikat (mesodermal), mukosa traktus gastrointestinal, epitel saluran pernapasan, dan jaringan tiroid (endotermal). Gejala klinik kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dnegan nyeri mendadak pada lower abdomen. Terjadi sobekan dinding kista sehingga isi kista keluar dalam rongga peritoneum. Terapi pada kista dermoid dengan pengangkatan seluruh ovarium (Andang, 2013).

3.      Etiologi

Menurut Nugroho tahun 2010, timbulnya kista ovarium disebabkan oelh gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium. Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang tepat (Nugroho, 2012).

4.      Manifestasi Klinis

Kista ovarium sebagian besarnya tidak menimbulkan gejala, terkadang hanya merasakan sedikit nyeri yang tidak berbahaya, namunkista yang berkembang besar akan menyebabkan nyeri yang hebat atautajam. Dengan itu, sangat penting untuk memperhatikan setiap gejaladan perubahan untuk mengetahui gejala yang serius (Sasmita, 2020 dalam Styowati & Prastia LD, 2022). Gejala tersebut antara lain :

a.       Rasa nyeri yang menetap di rongga panggul bawah dan paha

b.      Rasa nyeri sewaktu berhubungan

c.       Perut terasa besar, penuh dan berat

d.      Haid tidak teratur

e.       Mual dan ingin muntah

f.        Nyeri saat buang air kecil dan konstipasi

Gejala berikut yang harus mendapatkan penanganan segera :

a.       Nyeri perut yang tajam dan hebat secara tiba-tiba

b.      Sering dan atau tidak kencing sama sekali

c.       Rasa ingin muntah

d.      Nyeri besamaan dengan demam

5.      Patofisiologi

Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut folikel Graff. Di pertengahan siklus, folikel dominandengan diameter lebih dari 2,8 cm akan melepaskan oosit yang matang. Folikel yang pecah menjadi korpus luteum, yang ketika matang memiliki struktur 1,5-2 cm dengan kista di tengahnya. Jika fertilisasi tidak terjadi pada oosit, maka korpus luteum akan mengalami fibrosis dan penyusutanprogresif. Namun, jika pembuahan benar-benar terjadi, korpus luteumawalnya akan membesar dan kemudian secara bertahap menyusut selamakehamilan (Sasmita, 2020 dalam Styowati & Prastia LD, 2022).

Kista ovarium yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa kista folikular danluteal yang kadang-kadang disebut kista teka lutein. Kista ini dapat dirangsang oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multipel dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitasyang berlebihan terhadap gonadotropin. Pada neoplasia tropoblastikgestasional (hydatidiform mole dan choriocacinoma) dan terkadangpadakehamilan multiple dengan diabetes, HCG menyebabkan kondisi hiperreaktf lutein. Pasien yang menjalani terapi infertilitas, induksi ovulasi, penggunaan gonadotropin (FSH dan LH) atau, kadang-kadang, klomifen sitrat, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama jika disertai dengan pemberian HCG (Sasmita, 2020 dalamStyowati & Prastia LD, 2022). Kista neoplastik dapat timbul dari proliferasi sel yang berlebihandan tidak terkendali di ovarium dan dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasma ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringanyangbervariasi. Sejauh ini tumor ganas yang paling umummuncul dari epitel superfisial (mesothelium), dan sebagian besar lesi bersifat kistik parsial. Jenis kista jinak yang mirip dengan neoplasma ganas ini ialahkistadenoma serosa dan musinosa. Tumor ganas ovariumlainnya dapat terdiri dari daerah kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosadari sex cord. Sel tumor dan sel germinal dari sel germinal primordial.

6.      Pemeriksaan Penunjang

Apabila tumor sudah diketahui maka perlu diketahui apakah tumor bersifat neoplastik atau nonneoplastik. Kista nonneoplastik umumnya tidak besar, mengecil secara spontan, dan dapat menghilangkan sendiri. Dalam hal ini hendaknya menunggu selama 2-3 bulan dengan melakukan pemeriksaan ginekologi berulang. Jika selama waktu observasi terdapat peningkatan pertumbuhan tumor dapat diambil kesimpulan kemungkinan tumor tersebut bersifat neoplastik dan dapat dipertimbangkan pengobatan operatif (Andang, 2013).

Jika kista ovarium bersifat neoplastik timbul persoalan tumor tersebut jinak atau ganas. Dapat dipastikan dengan pemeriksaan cermat dan menganalisa gejala yang ditemukan untuk membantu menegakkan diagnose. Metode yang dapat dilakukan  untuk menegakkan diagnosa antara lain:

a.       Laparoskopi adalah sebuah teknik melihat kedalam perut tanpa melakukan pembedahan mayor. Pemeriksaan ini untuk mengetahui tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan menetukan sifat tumor tersebut.

b.      Ultrasonografi (USG) adalah alat pemeriksaan dengan menggunakan ultrasound (gelombang suara) yang dipancarkan oleh transduser. Pemeriksaan ini untuk mengetahui letak dan batas tumor, sifat tumor, dan cairan dalam rongga perut yang bebas yang tidak.

c.       Foto rontgen merupakan prosedur pemeriksaan dengan menggunakan radiasi gelombang elektromagnetik guna menampilkan gambaran bagian dalam tubuh. Pemeriksaan ini untuk menentukan adanya hidrotoraks. Pada kista dermoid dapat dilihat  adanya gigi pada tumor.

d.      Pemeriksaan CA-125 memriksa kadar protein di dalam darah. Kadar CA-125 pada pasien kista ovarium dapat meningkatkan pada fase subur, meskipun tidak ada proses keganasan. Namun secara umum tahap pemeriksaan CA-125 dilakukan pada perempuan yang beresiko terjadi proses keganasan, kadar normal CA-125 yaitu 0-35 u/ml (Sutjahjo, 2015).

7.      Komplikasi

Komplikasi kista ovarium diantaranya :

a.       Torsi kista ovarium biasanay terjadi saat hamil/pasca partum. Keluhannya nyeri perut mendadak, mual dan muntah, torsi menahan tidak dirasakan karena perlahan-lahan sehingga tidak banyak menimbulkan rasa nyeri abdomen, timbulnya torsi karena ada tumor dalam perut. Terapi yang dilakukan adalah tindakan laparotomy.

b.      Perdarahan dapat terjadi traumaabdomen, langsung pada kistanya. Keluhan seperti trauma diikuti rasa nyeri mendadak. Perdarahan menimbulkan pembesaran kista dan memerlukan tindakan laparotomi. Tidak ada patokan mengenai ukuran besar kista yang berpotensi pecah. Ada kista yang berukuran 5 cm sudah pecah, namun ada pula yang sampai berukuran 20 cm belum pecah. Pecahnya kista menyebabkan pembuluh darah robek dan menimbulkan terjadinya perdarahan.

c.       Infeksi kista ovarium infeksi pada kista terjadi akibat infeksi asenden dari serviks, tuba dan menuju lokus ovulasi, sampai abses. Keluhan infeksi kista ovari yaitu badan panas, nyeri pada abdomen, perut terasa tegang, diperlukan pemeriksaan laparotomi dan laboratorium untuk mengetehui adanya infeksi pada kista

d.      Ruptura kapsul kita terjadi karena akibat dari perdarahan mendadak, infeksi kista dengan pembentukan abses membesar ruptura. Diperlukan tindakan laparotomi untuk mengetahui terjadinya ruptura kapsul kista.

e.       Degenerasi ganas berlangsung pelan “silent killer”. Terdiagnosa setelah stadium lanjut, diagnosa gini karsinoma ovarium menggunakan pemeriksaan tumor marker CA 125 untuk mengetahui terjadinya degenerasi ganas (Sutjahjo, 2015).

8.      Penatalaksanaan

Pengobatan dengan tindakan operasi kista ovarium perlu mempertimbangkan beberapa kondisi antara lain, usia penderita dan ukuran kista. Apabila kista kecil atau besarnya kurang dari 5 cm pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan, pada kista ini biasa dilakukan operasi dengan laporoskomi dengan cara, alat laparoskopi dimasukkan ke dalam rongga panggul dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut. Apabila kista ukurannya besar, biasanya dilakukan pengangkatan kista dengan laparotomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total. Pada teknik ini kista dapat diperiksa atau uji patologi apakah mengalami proses keganasan (Nugroho, 2012). Pada operasi kista ovarium yang diangkat harus segera dibuka untuk mengetahui apakah tumor ganas atau tidak. Jika keadaan  meragukan perlu dilakukan pemeriksaan sediaanya yang dibekukkan (frozen section) oelh ahli patologi. Apabila kista mengalami proses keganasan maka dilakukan pembedahan dengan cara histerektomi atau salpingo-ooforetomi bilateral (Belakang & Sectional, 2019).

 

 


 

9.      Pathway

Defisit Nutrisi

Defisit Nutrisi

 

 


 

B.     Konsep Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian

a)      Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pengkajian dengan mengumpulkan informasi tentang suatu kesehatan klien secara sistematis dan terus menerus.

b)      Identitas

Angka kejadian kista ovarium menurut usia tertinggi terjadi pada usia antara 20-40 tahun dan jarang terjadi pada masa pubertas atau kurang dari dua puluh tahun.

c)      Keluhan utama

Keluhan utama adalah keluhan yang disarankan oleh pasien pada saat pengkajian. Gejala awal yang dirasakan oleh penderita kista ovarium, yaitu :

1.      Rasa nyeri abdomen bagian bawah

2.      Rasa nyeri ketika haid

3.      Terjadi pendarahan

4.      Perut membesar (Buncit)

d)      Riwayat penyakit sekarang

Data yang diperlakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan klien saat ini. Keluhan yang dirasakan klien biasanya sering ditemukan rasa nyeri pada perut bagian bawah, rasa nyeri ketika haid dan perut membesar.

e)      Riwayat penyakit dahulu

Data yang diperlakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan klien sebelum menderita penyakit sekarang, seperti pernah mengalami kista, kanker atau tumor pada orang lain dalam lingkup keluarga.

f)       Riwayat penyakit keluarga

Apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit seperti di derita klien, dan untuk menentukan apakah ada penyebab hederiter atau tidak.

g)      Riwayat perkawinan

Jumlah perkawinan dan lama perkawinan merupakan salah satu faktor predosposisi terjadinya kista ovarium.

 

 

h)      Riwayat kehamilan dan persalinan

Dengan kehamilan dan persalinan atau tidak, hal ini mempengaruhi untuk tumbuh atau tidaknya suatu kista ovarium.

i)       Riwayat menstruasi

Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan bahkan sampai amenorhea.

j)       Pemeriksaan fisik

Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.

1.      Kepala

Hygiene rambut, keadaan rambut

2.      Mata

Sklera            : Ikterik atau tidak

Konjungtiva  : Anemia atau tidak

Mata              : Simetris atau tidak

3.      Leher

Ada tidak pembengkakan kelenjar tyroid

Ada atau tidaknya tekanan vena jugularis

4.      Dada

Pernafasan : jenis pernafasan, bunyi nafas, penarikan sela iga.

5.      Abdomen

Nyeri tekan pada area abdomen

6.      Ekstremitas

Nyeri pada saat beraktivitas, tidak ada kelemahan

7.      Eleminasi

BAK : Warna, jumlah, bau

BAB  :

k)      Data sosial ekonomi

Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.

l)       Data spiritual

Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan kepercayaanya.

m)   Data psikologis

Klien mengalami cemas terhadap segala hal yang terjadi mengenai penyakitnya karena kurang pengetahuan klien.

n)      Pola kebiasaan sehari-hari

Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam aktivitas, dan tidur karena merasakan nyeri

2.      Diagnosa Keperawatan

a.       Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit

b.      Nausea berhubungan dengan efek agen farmakologis

c.       Defisit Nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual muntah.

d.      Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi (SDKI DPP PPNI Tim Pokja, 2016).

3.      Luaran dan Intervensi Keperawatan

Dx Keperawatan

Luaran

Keperawatan

Intervensi

Keperawatan

D.0074

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, maka diharapkan Status Kenyamanan (L.08064) Meningkat dengan kriteria hasil :

1)      Keluhan tidak nyaman menurun

2)      Gelisah menurun

 

Terapi Relaksasi (I.09326)

Observasi

·         Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan kognitif

·         Identifikasi Teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan

·         Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan Teknik sebelumnya

·         Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah Latihan

·         Monitor respons terhadap terapi relaksasi

Terapeutik

·         Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan

·         Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi

·         Gunakan pakaian longgar

·         Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama

·         Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau Tindakan medis lain, jika sesuai

Edukasi

·         Jelaskan tujuan, manfaat, Batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia (mis: musik, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)

·         Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih

·         Anjurkan mengambil posisi nyaman

·         Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi

·         Anjurkan sering mengulangi atau melatih Teknik yang dipilih

·         Demonstrasikan dan latih Teknik relaksasi (mis: napas dalam, peregangan, atau imajinasi terbimbing)

D.0076

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan Tingkat Nausea (L.08065) Menurunt dengan kriteria hasil :

1)      Keluhan Mual menurun

2)      Perasaan ingin muntah menurun

Manajemen Mual (1.03117)

Observasi

·         Identifikasi pengalaman mual

·         Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan (mis: bayi, anak-anak, dan mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif)

·         Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup (mis: nafsu makan, aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur)

·         Identifikasi faktor penyebab mual (mis: pengobatan dan prosedur)

·         Identifikasi antiemetik untuk mencegah mual (kecuali mual pada kehamilan)

·         Monitor mual (mis: frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan)

Terapeutik

·         Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual (mis: bau tidak sedap, suara, dan rangsangan visual yang tidak menyenangkan)

·         Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual (mis: kecemasan, ketakutan, kelelahan)

·         Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik

·         Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau, dan tidak berwarna, jika perlu

Edukasi

·         Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup

·         Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual

·         Anjurkan makanan tinggi karbohidrat, dan rendah lemak

·         Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis untuk mengatasi mual (mis: biofeedback, hipnosis, relaksasi, terapi musik, akupresur)

Kolaborasi

·         Kolaborasi pemberian obat antiemetik, jika perlu

D.0019

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan Status Nutrisi (L.03030) Membaik dengan kriteria hasil :

1)      Porsi makan yang dihabiskan meningkat

2)      Berat badan membaik

3)      Indeks massa tubuh (IMT) membaik

 

Manajemen Nutrisi (I.03119)

Observasi

·         Identifikasi status nutrisi

·         Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

·         Identifikasi makanan yang disukai

·         Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien

·         Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik

·         Monitor asupan makanan

·         Monitor berat badan

·         Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik

·         Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu

·         Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis: piramida makanan)

·         Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

·         Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

·         Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

·         Berikan suplemen makanan, jika perlu

·         Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastik jika asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi

·         Ajarkan posisi duduk, jika mampu

·         Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

·         Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis: Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu

·         Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

D.0080

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan Tingkat Ansientas (L.09093) Menurun dengan kriteria hasil :

1)      Verbalisasi kebingungan menurun

2)      Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun

3)      Perilaku gelisah menurun

4)      Perilaku tegang menurun

5)      Konsentrasi membaik

6)      Pola tidur membaik

Resukasi Ansietas (I.09314)

Observasi

·         Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis: kondisi, waktu, stresor)

·         Identifikasi kemampuan mengambil keputusan

·         Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)

Terappeutik

·         Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan

·         Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan

·         Pahami situasi yang membuat ansietas

·         Dengarkan dengan penuh perhatian

·         Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

·         Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan

·         Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan

·         Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang

Edukasi

·         Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami

·         Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis

·         Anjurkan keluarga untuk tetap Bersama pasien, jika perlu

·         Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan

·         Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi

·         Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan

·         Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat

·         Latih Teknik relaksasi

Kolaborasi

·         Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu


 

4.      Implementasi

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Factor dari intervensi keperawatan antara lain mempertahankan daya tahan tubuh, mencegah komplikasi, menemukan perubahan system tubuh, memantapkan hubungan pasien dengan lingkungan, implementasi pesan dokter (Nugroho, 2012). Implementasi dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang telah disusun.

5.      Evaluasi

Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Pasien keluar dari siklus proses keperawatan apabila kriteria hasil telah tercapai. Pasien akan masuk kembali ke dalam siklus apabila kriteria hasil belum tercapai.

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun, evaluasi dapat dilakukan  pada setiap tahap dari proses keperawatan. Evaluasi mengacu pada penilaian, tahapan dan perbaikan. Tujuan dari evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak, dan untuk melakukan pengkajian ulang.

 


 

BAB 3

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Kista ovarium merupakan suatu kondisi patologis berupa kantong berisi cairan yang terbentuk pada ovarium dan umumnya bersifat jinak. Banyak kista ovarium yang tidak menimbulkan gejala dan dapat hilang dengan sendirinya, terutama kista fungsional yang terjadi akibat proses ovulasi normal. Namun, pada beberapa kasus kista dapat tumbuh besar, mengalami torsio, ruptur, atau menimbulkan nyeri panggul, gangguan menstruasi, hingga komplikasi yang dapat membahayakan. Deteksi dini melalui pemeriksaan ultrasonografi serta pemantauan berkala sangat penting untuk menentukan tatalaksana yang tepat, baik secara konservatif maupun melalui tindakan operatif. Edukasi kepada pasien mengenai gejala, risiko, dan pentingnya kontrol rutin menjadi kunci dalam mencegah komplikasi serta meningkatkan kualitas hidup penderita kista ovarium.

 

 


 

 

DAFTAR PUSTAKA

Andang, T. (2013). 45 Penyakit Musuh Kaum Perempuan. Rapha Publising.

Belakang, A. L., & Sectional, C. (2019). DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM Kurniawaty Prodi D- III Keperawatan , STIKES ‘ Aisyiyah Palembang PENDAHULUAN Perempuan mempunyai sistem Angka kejadian kista ovarium di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 23 . 400 orang dan meninggal sebanyak ini disebabka. 3, 103–110.

Greenberg. (2007). Kedokteran Klinis.

Kusmiran, E. (2011). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita.

Mulyani, S. (2014). Hubungan pengetahuan dan sikap wanita usia subur dengan pencegahan kista ovarium di wilayah kerja puskesmas rawasari kota jambi tahun 2014. Scientia Journal, 3(2), 103–108.

Notoatmodjo. (2012). Promosi Kesehatan Dan Aplikasinya.

Nugroho, T. (2012). Patologi Kebidanan. Nuha Medika.

Prawihardjo. (2018). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Mental dan Asuhan Kebidanan IV Patologi.

Soebroto, I. (2015). Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia.

Sutjahjo, A. (2015). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Dalam. Airlangga University Press.

Tim Pokja, SDKI DPP PPNI (Ed.). (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indinesia (Edisi 1).

Tim Pokja, SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Edisi 1).

Tim Pokja, SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

Manuaba, I. B. G. (2012). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, S. (2016). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

  UNDUH FILE LP KISTA OVARIUM

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DOWNLOAD CONTOH SURAT LAMARAN DAPUR MBG

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. M.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM (HIPERTERMIA)