DOWNLOAD GRATIS LAPORAN PENDAHULUAN ILEUS PARALITIK FORMAT MS SIAP EDIT DAN CETAK
LAPORAN
PENDAHULUAN ILEUS PARALITIK
1. PENGERTIAN
leus
paralitik adalah kondisi medis yang ditandai dengan gangguan motilitas usus,
sehingga usus tidak dapat melakukan gerakan peristaltik yang normal. Hal ini
menyebabkan penumpukan makanan, cairan, dan gas dalam usus, yang dapat
menyebabkan gejala seperti mual, muntah, konstipasi, dan perut kembung.
Ileus
adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya paralitik usus akut
yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus paralitik adalah
kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik
sehingga isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus
karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding
usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen
usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut (Sjamsuhidajat, 2003).
Berdasarkan
proses terjadinya ileus paralitik dibedakan menjadi ileus paralitik mekanik dan
non mekanik. Ileus paralitik mekanik terjadi karena penyumbatan fisik langsung
yang bisa disebabkan karena adanya tumor atau hernia sedangkan ileus paralitik
non mekanik terjadi karena penghentian gerakan peristaltic (Manaf , 2010).
2. ETIOLOGI
leus
paralitik dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Operasi
abdominal atau pelvis: operasi pada usus, ginekologi, urologi, atau
gastrointestinal dapat menyebabkan ileus paralitik.
2. Penyakit
sistemik: seperti diabetes, hipotiroidisme, atau penyakit lainnya yang
mempengaruhi sistem saraf.
3. Obat-obatan:
seperti opioid, antikolinergik, atau obat lainnya yang dapat mempengaruhi
motilitas usus.
4. Gangguan
elektrolit: seperti hipokalemia atau hipomagnesemia.
5.
Trauma: cedera pada abdomen atau pelvis.
6.
Infeksi: seperti sepsis atau peritonitis.
7.
Kondisi medis lainnya: seperti gagal ginjal, gagal hati, atau penyakit lainnya.
3. PATOFISIOLOGI
Usus
halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorpsi bahan-bahan nutrisi
dan air. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin,
asam klorida, dan pepsin terhadap makanan masuk. Proses dilanjutkan di dalam
duodenum terutama oleh kerja enzim- enzim pankreas yang menghidrolisis
karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana (Untari,
2020).
Sekresi
empedu dari hati membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehimgga
memberikan permukaan lebih luas bagi kerja lipase pankreas. Proses pencernaan
disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus enterikus). Banyak di
antara enzim-enzim ini terdapat pada brush border vili dan mencernakan zat-zat
makanan sambil diabsorpsi. Isi usus digerakkan oleh peristaltik yang terdiri
atas dua jenis gerakan, yaitu segmental dan peristaltik yang diatur oleh sistem
saraf autonom dan hormon. Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat
yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus,dan
pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lain dengan
kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan suplai kontinu isi lambung.
Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan elektrolit,
yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi
sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai
defekasi dehidrasi sampai defekasi berlangsung berlangsung (Untari, 2020).
4. MANIFESTASI
KLINIS
Ileus
paralitik dapat menyebabkan berbagai gejala tergantung pada lokasi dan
jenisnya. Berikut adalah beberapa manifestasi klinis ileus paralitik:
A.
Berdasarkan Lokasi
1. leus
Paralitik Usus Kecil:
-
Mual dan muntah
-
Perut kembung
-
Nyeri abdomen bagian tengah atau atas
-
Konstipasi atau diare
2.
Ileus Paralitik Usus Besar:
-
Konstipasi atau obstipasi
-
Perut kembung
-
Nyeri abdomen bagian bawah
-
Mual dan muntah (jarang terjadi)
B.
Berdasarkan Jenis
1.
Ileus Paralitik Post-Operatif:
-
Mual dan muntah
-
Perut kembung
-
Nyeri abdomen
-
Konstipasi atau diare
-
Demam (jarang terjadi)
2.
Ileus Paralitik Akibat Obat:
-
Mual dan muntah
-
Perut kembung
-
Nyeri abdomen
-
Konstipasi atau diare
-
Gejala lainnya tergantung pada jenis obat
3.
Ileus Paralitik Akibat Penyakit Sistemik:
-
Mual dan muntah
-
Perut kembung
-
Nyeri abdomen
-
Konstipasi atau diare
-
Gejala lainnya tergantung pada penyakit sistemik yang mendasari
C.
Gejala Lainnya
1.
Demam: dapat terjadi jika ada infeksi atau peradangan.
2.
Dehidrasi: dapat terjadi akibat muntah atau diare.
3.
Gangguan elektrolit: dapat terjadi akibat muntah atau diare.
5.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
ileus paralitik bertujuan untuk mengatasi gejala, mengembalikan motilitas usus,
dan mencegah komplikasi. Berikut adalah beberapa langkah penatalaksanaan ileus
paralitik
1. Pengelolaan
Cairan dan Elektrolit
Pemberian
cairan infus untuk menggantikan cairan yang hilang akibat muntah atau diare.
Selain itu, perlu dilakukan pemantauan kadar elektrolit untuk mencegah gangguan
elektrolit.
2. Pengelolaan
Nyeri
Pemberian
obat nyeri untuk mengatasi nyeri abdomen. Namun, perlu diingat bahwa penggunaan
opioid dapat memperburuk ileus paralitik.
3. Pengelolaan
Mual dan Muntah
Pemberian
obat antiemetik untuk mengatasi mual dan muntah. Selain itu, perlu dilakukan
pemasangan nasogastrik untuk mengurangi penumpukan cairan dan gas dalam usus.
4. Mobilisasi
Mobilisasi
pasien untuk meningkatkan motilitas usus. Pasien dianjurkan untuk bergerak dan
berjalan secara teratur.
5. Pengobatan
Penyebab Dasar
Pengobatan
penyebab dasar ileus paralitik, seperti pengobatan infeksi atau pengobatan
penyakit sistemik yang mendasari.
6. Pemantauan
Kondisi Pasien
Pemantauan
kondisi pasien secara terus-menerus untuk mengetahui perubahan kondisi pasien
dan mencegah komplikasi.
ASUHAN
KEPERAWATAN ILEUS PARALITIK
1. PENGKAJIAN
Pengkajian
adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya untuk pengumpulan
data secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan data, identitas dan
evaluasi status kesehatan klien. (Nursalam, 2001).
a. Biodata klien yang penting meliputi nama,
umur, jenis kelamin, agama, suku dan gaya hidup.
b. Riwayat
kesehatan
1. Keluhan
utama Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Pada
umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada abdomennya biasanya terus
menerus, demam, abdomen tegang dan kaku.
2. Riwayat
kesehatan sekarang Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari
pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST : P : Apa yang
menyebabkan timbulnya keluhan. Q :Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah
hilang, timbul atau terus- menerus (menetap). R : Di daerah mana gejala
dirasakan S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala
numeric 1 s/d 10. T :Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat
dan memperingan keluhan.
3. Riwayat
kesehatan masa lalu Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang
sama, riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obatobatan.
4. Riwayat
kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang
mempunyai penyakit yang sama dengan klien.
c. Pemeriksan
fisik Keadaan umum: Lemah, kesadaran menurun sampai syok hipovolemi,
tanda-tanda vital meningkat, suhu(39oC), pernapasan (24x/mnt), nadi (110x/mnt)
tekanan darah (130/90 mmHg)
d. Pemeriksaan
fisik
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelelahan dan ngantuk. Tanda : Kesulitan ambulasi
2. Sirkulasi Gejala : Takikardia, pucat,
hipotensi ( tanda syok)
3. Eliminasi Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan
defekasi dan Flatus Tanda : Perubahan warna urine dan feces
4. Makanan/cairan
Gejala :anoreksia,mual/muntah dan hausterusmenerus. Tanda : muntah berwarna
hitam dan fekal. Membran mukosa pecah-pecah. Kulit buruk.
5. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik. Tanda :
Distensi abdomen dan nyeri tekan
6. Pernapasan
Gejala : Peningkatan frekuensi pernafasan, Tanda : Napas pendek dan dangkal
7. Diagnostik
Test
·
Pemeriksaan sinar X: akan
menunjukkan kuantitas abnormal dari gas dan cairan dalam usus.
·
Pemeriksaan simtologi
·
Hb dan PCV: meningkat
akibat dehidrasi
·
Leukosit: normal atau
sedikit meningkat
·
Ureum dan eletrolit:
ureum meningkat, Na+ dan Clrendah
·
Rontgen toraks: diafragma
meninggi akibat distensi abdomen
·
Rontgen abdomen dalam
posisi telentang: mencari penyebab (batu empedu, volvulus, hernia)
·
Sigmoidoskopi:
menunjukkan tempat obstruktif. (Doenges, Marilynn E, 2000)
2. DIAGNOSA
1. NYERI
AKUT
2. BHBHD
3. RESIKO
INFEKSI
3. PERENCANAAN
KEPERAWATAN
Perencanaan
keperawatan menurut Nursing Interventions Classification ialah
a. Nyeri
berhubungan dengan distensi abdomen Tujuan : rasa nyeri teratasi atau
terkontrol Kriteria hasil: pasien mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan;
menyatakan nyeri pada tingkat dapat ditoleransi, menunjukkan relaks.
Intervensi:
1. Observasi
Tanda Tanda Vital (TTV) Rasional: Nyeri hebat yang dirasakan pasien akibat
adanya distensi abdomen dapat menyebabkan peningkatan hasih TTV.
2. Kaji
keluhan nyeri, karakteristik dan skala nyeri yang dirasakan pesien sehubungan
dengan adanya distensi abdomen. Rasional Untuk mengetahui kekuatan nyeri yang
dirasakan pasien dan menentukan tindakan selanjutnya guna mengatasi nyeri.
3. Berikan
posisi yang nyaman: posisi semi fowler.Rasional: Posisi yang nyaman dapat
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien
4. Ajarkan
dan anjurkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam saat merasa nyeri. Rasional:
Relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri
5. Anjurkan
pasien untuk menggunakan tehnik pendalihan saat merasa nyeri hebat. Rasional:
Untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien.
6. Kolaborasi
dengan medic untuk terapi analgetik Rasional: Analgetik dapat mengurangi rasa
nyeri
4. IMPLEMENTASI
Implementasi
akan memastikan asuhan keperawatan yang efisien, aman dan efektif. Implementasi
intervensi keperawatan yang berhasil membutuhkan ketrampilan kognitif,
interpersonal dan psikomotor.
a. Ketrampilan
kognitif Ketrampilan kognitif meliputi aplikasi pemikiran kritis pada proses
keperawatan. Untuk melaksanakan intervensi dibutuhkan pertimbangan yang baik
dan kepututsan klinis yang jelas, ini berarti intervensi keperawatan tidak
otomatis. Perawat harus berpikir dan mengantisipasi secara kontinyu sehingga
perawat dapat menyesuaikan perawatan klien dengan tepat.
b. nterpersonal
Ketrampilan ini dibutuhkan untuk terwujudnya tindakan keperawatan yang efekif.
Perawat membangun hubungan kepercayaan, menunjukkan perhatian dan berkomunikasi
dengan jelas.
c. Psikomotor
Ketrampilan psikomotor membutuhkan integrasi antara aktivitas kognitif dan
motorik. Sebagai contoh, saat melakukan penyuntikan, perawat harus memahami
anatomi dan farmakologi (kognitif), serta menggunakan koordinasi dan presisi
untuk melakukan penyuntikan denngan tepat (motorik). Ketrampilan ini sangat
penting untuk membangun kepercayaaan klien. (Potter & Perry. 2009).
5. EVALUASI
Evaluasi
Adapun tahapan-tahapan evaluasi menurut Potter & Perry (2009) yaitu:
b. Mengidentifikasi
kriteria dan standard evaluasi
c. Mengumpulkan
data untuk menentukan apakah criteria dan standard telah terpenuhi.
d. Menginterpretasi
dan meringkas data
e.
Menghentikan, meneruskan
atau merevisi rencana perawatan.
Comments
Post a Comment