DOWNLOAD FILE LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS DEHIDRASI SEDANG

 

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS DEHIDRASI SEDANG

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Konsep Dasar Dehidrasi

A.    Pengertian

      Dehidrasi adalah suatu keadaan penurunan total air didalam tubuh karena
hilangnya cairan secara patologis, asupan air tidak adekuat atau kombinasi keduanya (Mentes dan Kang, 2013).

       Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan cairan yang disebabkan
pengeluaran dalam tubuh melebihi pemasukan dalam tubuh sehingga jumlah air
dalam tubuh berkurang (Prescilla, 2009).

         Dehidrasi adalah kehilangan cairan dan elektrolit karena kehilangan air atau
output lebih banyak daripada asupan/input (Anik Maryunani, 2010)

B.     Klasifikasi

  Klasifikasi dehidrasi berdasarkan derajatnya adalah sebagai berikut (Hidayat &
   Uliyah,2015:34).

a.       Dehidrasi berat, dengan ciri-ciri sebagai berikut.

·         Pengeluaran / kehilangan cairan sebanyak 4-6 liter.

·         Serum natrium mencapai 159-166 mEq/liter.

·         Hipotensi.

·         Turgor kulit buruk.

·         Oliguria.

·         Nadi dan pernapasan meningkat.

·         Kehilangan cairan mencapai > 10% BB.

b.      Dehidrasi sedang, dengan ciri-ciri sebagai berikut.

·         Kehilangan cairan 2-4 liter atau antara 5-10% BB.

·         Serum natrium mencapai 152-158 mEq/liter.

·         Mata cekung.

c.       Dehidrasi ringan, dengan ciri-ciri kehilangan cairan mencapai 5% BB atau 1,5-
2 liter.

 

C.    Etiologi

    Faktor-faktor penyebab dehidrasi dapat dijabarkan sebagai berikut (Syaifuddin,
     2011), yaitu:

·         Berkeringat terlalu banyak.

·         Muntah hebat.

·         Diare hebat

·          Diuresis (jumlah air kemih berlebihan).

D.    Patofisiologi

     Kekurangan volume cairan adalah keadaan yang umum terjadi pada berbagai
keadaan dalam klinik. Keadaan ini hampir selalu berkaitan dengan kehilangan cairan tubuh melalui ginjal atau di luar ginjal. Penyebab tersering kekurangan volume cairan yang juda sering terjadi adalah tersimpannya cairan pada cidera jaringan luna, luka bakar berat, peritonitis / obstruksi saluran cerna. Terkumpulnya cairan di adlam ruang non ECF dan non ECF. Pada prinsipnya cairan menjadi terperangkap dan tidak dapat dipakai oleh tubuh. Penumpulkan volume cairan yang cepat dan banyak pada ruang-ruang seperti beradal dari volume ECF sehingga dapta mengurangi volume sirkulasi darah efektif.
     Perdarahan, muntah, diare, keringat adalah cairan hipotonik yang terdiri dari
ari, Na (30-70 m Eg/l) dan klorida. Selama latihan berat pada lingkungan yang panas, bisa terjadi kehilagnan 1 L keringat / jam. Sehingga dapat menyebabkan kekurangan volume jika asupannya tidak mencukupi. Jumlah besar cairan dapat hilang melalui kulit karna penguapan jika luka bakar dirawat dengan metode terbuka.

       Kehilangan Na dan air melalui ginjal tanpa adanya penyakit ginjal terjadi pada 3 keadaan yang paling sering adalah pemakaian diuretik yang berlebihan, terutama
tiazid atau diuretik sampai yang kuat seperti furosemid. Diuresis osmotik obligatorik juga sering menyebabkan kehilangan Na dan air yang terjadi selama glikosuria pada DM yang tidak terkontrol atau koma hipermosmolar non ketonik pada kasus pemberian makanan tinggi protein secara enternal atau parenteral dapat terbentuk urea dalam jumlah besar yang bisa bertindak sebagai agen osmotik.
       Apapun penyebab dari kekurangan volume cairan, berkurangnya volume ECF
menganggu curah jantung dengan mengurangi alir balik vene ke jantung sehingga
mengakibatkan penurunan curah jantung. Karena tekanan arteri rata-rata = curah x tahanan perifer total maka penurunan curah jantung mengakibatkan hipotensi.
Penurunan tekanan darah dideteksi oleh baroreseptor pada jantung dan arteri karotis dan diteruskan ke pusat vasomotor di batang otak, yang kemudian menginduksi respon simpatis. Respon berupa vasokonstriksi perifer, peningkatan denyut dan kontraktilitas jantung bertujuan untuk mengembalikan curah jantung dan perfusi jarignan yang normal.

E.  Manifestasi Klinis

Berikut ini tanda dan gejala dehidrasi berdasarkan tingkatannya:
1.  Dehidrasi Ringan (kehilangan cairan 2-5% dari BB semula)

·         Haus, gelisah

·         Denyut nadi 90-110 x /menit, napas normal

·         Turgor kulit normal

·         Pengeluaran urine (1300 ml/hari)

·         Kesadaran baik

·         Denyut jantung meningkat

1.      Dehidrasi Sedang (kehilangan cairan 5% dari BB semula )

·         Haus meningkat

·         Nadi cepat dan lemah

·         Turgor kulit kering, membran mukosa kering

·         Pengeluaran urine berkurang

·         Suhu tubuh meningkat

2.      Dehidrasi Berat (kehilangan cairan 8% dari BB semula)

·         Penurunan kesadaran

·         Lemah, lesu

·         Takikardi

·         Mata cekung

·         Pengeluaran urine tidak ada

·         Hipotensi

·         Nadi cepat dan halus

·         Ekstremitas dingin

 

 

 

F.           Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat muncul akibat dehidrasi yang tidak ditangani,
yaitu:

a.       Kejang

b.      Permasalaha pada ginjal dan saluran kemih

c.       Cidera akibat suhu tinggi (heat injury)

d.      Syok hipovolemik

G.          Pemeriksaan Penunjang

1.      Urine

a.       Osmolalilas kemih > 450 m osmol / kg

b.      Natrium urine < 10 meg / L (penyebab di luar ginjal)

c.       Natirum urine > 10 meg / L (penyebab pada ginjal / adrenal)

d.      OJ urine meningkat

e.       Jumlah urine menurun (30-50 cc / jam)

2.      Darah

a.       Ht meningkat

b.      Kadar protein serum meningkat

c.       Na+ seruim normal

d.      Rasio buru / kreatin serum > 20 : 1 (N = 10 : 1)

e.       Glukosa serum : normal / meningkat

f.        Hb menurun

H.    Penatalaksanaan Medis

a.      Penatalaksanaan Terapi Intravena

Pemberian cairan intravena diperlukan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Langkah ini efektif untuk memenuhi kebutuhan cairan ekstrasel secara langsung. Secara umum, tujuan terapi intravena adalah untuk memenuhan kebutuhan cairan pada klien yang tidak mampu mengonsumsi cairan oral, menambah asupan elektrolit untuk menjaga keseimbangan elektrolit, menyediakan glukosa untuk kebutuhan energi dalam proses metabolism, memenuhi kebutuhan vitamin
larut air, serta menjadi media untuk vemberian obat melalui vena. Lebih
khusus,terapi intravena diberikan pada pasien yang mengalami syok,intoksikasi berat, pasien pra dan pascabedah, atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu.

b.      Cairan Intravena

Jenis Cairan intravena yang biasa digunakan meliputi :

1.      Larutan Nutrient

Larutan ini berisi beberapa jenis karbohidrat (mis. Dekstrosa dan glukosa) dan air. Larutan nutrient yang umum digunakan adalah 5%dekstrosa dalam air (D5W); 3,3% glukosa dalam 0,3%NaCl; dan 5% glukosa alam 0,45% NaCl. Setiap 1 liter cairan Dextrose 5% mengandung 170-200 kalori ; mengandung asam amino (Amigen, Anunosol, Travamin) atau lemak (Lipomul dan Lyposyn).

2.      Larutan Elektrolit

Larutan ini meliputi larutan saline baik isotonik, hipotonik, maupun hipertonik. Jenis larutan elektrolit yang paling banyak digunakan adalah normal salin (isotonic), yaitu NaCl 0,9%. Contoh larutan elektrolit lainnya adalah laktat Ringer (Na+ , K+, Cl-, Ca2+) dan cairan Butler (Na+, K+, Mg2+,Cl-,HCO3-).

3.      Cairan asam-basa

Jenis cairan yang termasuk cairan asam-basa adalah natrium laktat dan natrium bikarbonat. Laktat merupakan sejenis garam yang dapat mengikat ion H+ dari cairan sehingga mengurangi keasaman lingkungan.

4.      Volume ekspander

Jenis larutan ini berfungsi meningkatkan volume pembuluh darah atau plasma, misalnya pada kasus hemoragi atau kombustio berat. Volume ekspander yang umum digunakan antara lain dekstran, plasma, dan albumin serum. Cara kerjanya adalah dengan meningkatkan tekanan osmotik darah.

c.       Infus Intravena

1.      Area Pemasangan Infus

Secara umum, penginfusan dapat dilakukan pada vena lengan (vena sefalika, basilika, dan mediana kubiti), vena tungkai (vena safena), atau vena di daerah kepala (vena temporalis frontalis).Pada individu dewasa, infus biasanya dipasang di daerah lengan atas, tangan dan kaki. Sedangkan pada bayi, infus dipasang pada daerah kepala. Untuk penginfusan jangka panjang, pembuluh darah yang sebaiknya digunakan pertama kali adalah pembuluh darah distal. Ini dilakukan untuk mengantisipasi kegagalan saat melakukan penusukan vena.
Jika pembuluh darah distal rusak akibat penusukan pertama, pembuluh darah proksimal dapat digunakan untuk penusukan berikutnya. Akan tetapi, jika pembuluh darah proksimal telah rusak, penusukan tidak bisa dialihkan ke pembuluh darah distal

2.      Prosedur Pemasangan Infus

Saat melakukan pemasangan infus, perawat harus selalu memerhatikan prinsip steril. Hal ini penting mengingat prosedur tersebut berkaitan langsung dengan cairan tubuh. Sebelum memulai infus, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan antara lain jenis dan jumlah cairan yang akan diinfuskan, dosis obat yang akan ditambahkan ke dalam larutan yang kompatibel, dan  kecepatan infus atau waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan infus.

d.       Cara Menghitung Tetesan Infus

1.       Dewasa
Tetesan/Menit 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘
𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑖𝑛𝑓𝑢𝑠 (𝑗𝑎𝑚)𝑥 3

2.       Anak
Tetesan/Menit 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘
𝑙𝑎𝑚𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑖𝑛𝑓𝑢𝑠 (𝑗𝑎𝑚)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.3. Konsep Teori Asuhan Keperawatan

 

1.      Pengkajian

a.       Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil,
lingkar kepala, lingkar abdomen membesar, turgor kulit.

b.      Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.

c.        Kepala : ubun-ubun teraba sedikit cekung pada dehidrasi sedang dan sangat
cekung pada dehidrasi berat.

d.      Mata : cekung/sangat cekung.

e.       Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal
atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan
bisa minum.

f.        Sistem pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan).

g.      Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang.

h.      Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat
> 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time
memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.

i.        Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.

 

2.      Diagnosa Keperawatan

a.       Hipovelemia b.d kehilangan cairan aktif

b.      Nause b.d iritasi lambung

c.       Deficit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan


 

3.      Intervensi

No

Diagnosa Keperawatan

Tujuan Keperawatan (SLKI)

Intervensi (SIKI)

1.       

Hipovelemia

Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan status cairan dapat teratasi dengan kriteris Membaik

·         Tekanan darah

·         Turgor kulit

·         Dispnea

·         Membrane mukosa

 

 

 

 

 

 

 

Manajemen Hipovelemia

Observasi

·         Periksa tanda dan gejala hipovelemia

·         Monitor intake dan output cairan

Terapeutik

·         Hitung kebutuhan cairan

·         Berikan posisi semifowler

·         Berikan asupan cairan oral

Edukasi

·         Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

·         Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

Kolaborasi

·         Kolaborasi pemberian cairan Iv

·         Kolaborasi pemberian cairan iv hipotors

2.       

Nause

Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tingkat nausea dapat teratasi dengan kriteria menurun

·         Perasaan ingin muntah

·         Frekuensi menelan

·         Jumlah saliva

·         Pucat

 

Manajemen muntah

Observasi

·         Identifikasi karakteristik muntah (mis, warna, adanya darah, frekuensi dan durasi)

·         Periksa volume muntah

·         Identifikasi faktor penyebab muntah

Terapeutik

·         Control faktor lingkungan penyebab muntah

·         Bersihkan mulut dan hidung

Edukasi

·         Anjurkan membawa kantong plastic untuk menampung cairan

·         Anjurkan perbanyak istirahat

 

Kolaborasi

·         Pemberian antiemetic, jika perlu

3.       

Defisit Nutrisi

Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan status nutrisi  dapat teratasi dengan kriteria membaik

·         Porsi makanan yang dihabiskan

·         Kekuatan otot menelan

·         Sariawan

·         Berat badan BB

Manajemen Nutrisi

Observasi

·         Identifikasi status nutrisi

·         Identfikasi makanan yang disukai

·         Monitor asupan makanan

·         Monitor BB

Terapeutik

·         Lakukan oral hygiene sebelum makan

·         Berikan suplemen makanan

Edukasi

·         Anjurkan posisi duduk, jika mampu

Kolaborasi

·      Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan

·      Kolaborasi dengan ahli gizi.

 

4.      Implementasi

       Pada tahap pelaksanaan asuhan keperawatan tim perawat melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan proses perencanaan keperawatan yang disusun sesuai dengan diagnosis keperawatan yang muncul pada pasien,

 

5.      Evaluasi

       Dilaksanakan suatu penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan atau dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang ingin dicapai, pada bagian evaluasi ditentukan apakah perencanaan sudah tercapai atau belum, dapat juga akan timbul masalah baru pada pasien sesuai dengan kondisi situasional pasien setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapakan seluruh masalah keperawatan yang muncul dapat teratasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth (Ed. 8, Vol. 1). Jakarta: EGC.

 

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Profil Kesehatan Indonesia 2021. Jakarta: Kemenkes RI.

 

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2016). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit (Ed. 6). Jakarta: EGC.

 

Muttaqin, A., & Sari, K. (2011). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Cairan, Elektrolit dan Asam Basa. Jakarta: Salemba Medika.

 

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2017). Fundamentals of Nursing (9th ed.). St. Louis: Mosby Elsevier.

 

Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2019). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Edisi 7).

 

       

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PATWAY

Keseimbangan cairan negatif

(Output > input)                 Iritasi mukosa saluran cerna

 

 

                                                             Penurunan volume plasma

 

 

                                                      HIPOVELEMIA (D.0023)      Nadi (Takikardia)

                                                                                                   

                                                                                                      

                                                                                                         TD menurun

   

 

                                                                                                           Turgor kulit

                                                                                                             

                                                                                                           

                                                                                                           Kelemahan

                                                                                                        

                                                                                     

                                              Penurunan nafsu makan                           NAUSE

                                       

 

                                             Penurunan berat badan

 

                                                  

                                                   Kelemahan otot

 

 

 

                                                IMT dibawah normal

                                              

 

                                              DEFISIT NUTRISI


unduh filenya disini

Comments

Popular posts from this blog

DOWNLOAD CONTOH SURAT LAMARAN DAPUR MBG

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. M.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM (HIPERTERMIA)

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE