UNDUH LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS COR PURMONALE

 

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS COR PURMONALE

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

    Cor pulmonal didefinisikan sebagai perubahan dalam struktur dan fungsi dari  ventrikel kanan yang disebabkan oleh adanya gangguan primer dari system pernapasan. Hipertensi pulmonal merupakan factor penghubung tersering antara disfungsi paru-paru dan jantung dalam cor pulmonal. Meskipun cor pulmonal seringkali berlangsung kronis dengan progress yang lambat, onset akut cor pulmonal dapat memburuk dengan komplikasi yang dapat mengancam jiwa. Cor pulmonal mempunyai insidensi sekitar 6-7 % dari seluruh kasus penyakit jantung dewasa di Amerika Serikat, dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) karena bronchitis kronis dan emfisema menjadi penyebab lebih dari 50% kasus cor pulmonale. Sebaliknya, cor pulmonale akut  biasanya  menjadi  kelainan  sekunder  akibat adanyaemboli paru massif. Tromboemboli paru akut adalah penyebab paling sering dari corpulmonale akut yang mengancam jiwa pada orang dewasa. Terdapat sekitar 50.000 angka kematian di Amerika Serikat dalam setahun akibat emboli paru dan sekitar setengahnyaterjadi dalam satu jam pertama akibat gagal jantung kanan. Secara global, insidensi cor pulmonale bervariasi antar tiap negara, tergantung pada prevalensi merokok, polusi udara, dan factor resiko lain untuk penyakit paru-paru yang bervariasi.

    Pulmonary Heart Disease atau Cor pulmonal didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam struktur dan fungsi ventrikel kanan yang disebabkan oleh gangguan utama dari sistem pernapasan. Hipertensi paru adalah hubungan umum antara disfungsi paru-paru dan jantung di cor pulmonal. Penyakit ventrikel kanan sisi disebabkan oleh kelainan primer dari sisi kiri ventrikel kanan sisi disebabkan oleh kelainan primer dari sisi kiri jantung atau penyakit jantung bawaan tidak dianggap pulmonale cor, tapi pulmonale cor dapat mengembangkan sekunder untuk berbagai proses penyakit cardiopulmonary. Invalid source specified.

1.2. Tujuan

a.       Menambah literatur bagi mahasiswa dan mahasiswi dalam memahami tentang penyakit dan tata laksana keperawatan pada klien serta mengetahui konsep asuhan keperawatan pada klien Cor Pulmonal.

1.3. Manfaat

a.       Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu dapat mengetahui dan memahami lebih spesifik tentang penyakit Cor Pulmonale, mengetahui penyebab dan factor- faktor gejala-gejala klinis dari penyakit Cor pulmonal, serta mengetahui dan memahami Konsep Asuhan keperawatan Pada Klien Cor Pulmunal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi  

             Menurut WHO (1963), Definisi Cor Pulmonale adalah: Keadaan patologis dengan di temukannya hipertrofi ventrikel kanan yang disebabkan oleh kelainan fungsional dan struktur paru. Tidak termasuk kelainan karena penyakit jantung primer pada jantung kiri dan penyakit jantung konginetal ( bawaan ).

    Menurut Braunwahl (1980), Cor Pulmonale adalah: Keadaan patologis akibat hipertrofi/ dilatasi ventrikel kanan yang disebabkan oleh hipertensi pulmonal. Penyebabnya antara lain: penyakit parenkim paru, kelainan vaskuler paru dan gangguan fungsi paru karena kelainan thorak tidak termasuk kelainan vaskuler paru yang disebabkan kelaianan vebtrikel kiri, vitium cordis, penyakit jantung bawaan, penyakit jantung iskemik dan infark miokard akut.

          Menurut Muttawin (2008) Cor pulmonal merupakan keadaan hipertrofi ventrikel kanan akibat suatu penyakit yang mengenai fungsi atau struktur jaringan paru, tidak termasuk didalamnya kelainan jantung kanan akibat kegagalan dari fungsi ventrikel kiri atau akibat penyakit jantung bawaan.

 

2.2. Etiologi

   Banyak penyakit yang berhubungan dengan hipoksemia dapat memengaruhi paru-paru dapat menyebabkan corpulmonal. Secara umum, penyakit cor pulmonal disebabkan oleh:

1.      Penyakit paru-paru yang merata

Terutama emfisema, bronkhitis kronis (salah satu deretan penyakit chronic obstructive pulmonary disease―COPD), dan fibrosis akibat tuberkulosis.

2.      Penyakit pembuluh darah paru-paru

Terutama           trombosis         dan      embolus           paru-paru,        fibrosis akibat  penyinaran menyebabkan penurunan elastisitas pembuluh darah paru-paru.

3.      Hipoventilasi alveolar menahun adalah semua penyakit yang menghalangi pergerakan dada normal, m isalnya:

 

 

 

a.         Penebalan pleura bilateral.

b.        Kelainan neuromuskuler, seperti poliomielitis dan distrofi otot.

c.         Kiposkoliosis yang     mengakibatkan            penurunan       kapasistas rongga toraks sehingga pergerakan toraks berkurang.

 

2.3. Epidemiologi

            Meskipun prevalensi PPOK di Amerika Serikat terdapat sekitar 15 juta, prevalensiyang tepat dari cor pulmonale sulit untuk ditentukan karena tidak terjadi pada semua kasus PPOK, pemeriksaan fisik tidak sensitive untuk mendeteksi adanya hipertensi pulmonal.Cor pulmonal mempunyai insidensi sekitar 6-7 % dari seluruh kasus penyakit jantung dewasa di Amerika Serikat, dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) karenabronchitis kronis dan emfisema menjadi penyebab lebih dari 50% kasus cor pulmonale.Sebaliknya, cor pulmonale akut biasanya menjadi kelainan sekunder akibat adanyaemboli paru massif. Tromboemboli paru akut adalah penyebab paling sering dari corpulmonale akut yang mengancam jiwa pada orang dewasa. Terdapat sekitar 50.000 angkakematian di Amerika Serikat dalam setahun akibat emboli paru dan sekitar setengahnyaterjadi dalam satu jam pertama akibat gagal jantung kanan.Secara global, insidensi cor pulmonale bervariasi antar tiap negara,  tergantung padaprevalensi merokok, polusi udara, dan factor resiko lain untuk penyakit paru-paru yangbervariasi.

 

2.4. Patogenesis

            Secara umum cor pulmonal dibagi menjadi dua bentuk:

1.      Cor Pulmonal Akut

Merupakan dilatasi mendadak dari ventrikel kanan dan dekompensasi. Etiologi: Terjadinya embolus multipel pada pare-paru        secara masif di mana secara mendadak akan menyumbat aliran darah dan ventrikel kanan. Gejala:

a.      Biasanya segera disusul oleh kematian

b.      Terjadinya dilatas dari jantung kanan

2.      Cor Pulmonal Kronis

Merupakan bentuk cor pulmonal yang paling sering terjacli. Dinyatakan sebagai hipertropi ventrikel kanan akibat penyakit paru-paru atau adanya kelainan pada toraks, sehingga akan menyebabkan hipertensi dan hipoksia sehingga terjadi hipertropi ventrikel kanan.

 

 

 

 

 

 

2.5.Patofisiologi

    Pembesaran ventrikel kanan pada cor pulmonal merupakan fungsi pembesaran atau kompensasi dari peningkatan dalam afterload. Jika resistensi vaskuler paru-paru meningkat dan tetap meningkat, seperti pada penyakit vaskuler atau parenkim paru- paru, peningkatan curah jantung dan pengerahan tenaga fisis dapat meningkatkan tekanan arteri pulmonalis secara bermakna. Afterload ventrikel kanan secara kronis meningkat jika volume paru-paru membesar seperti pada penyakit COPD yang dikarenakan adanya pernaniangan pernbuluh paru-paru dan kompresi kapiler alveolar.

     Penyakit paru-paru dapat menyebabkan perubahan fisiologis yang pada suatu waktu akan memengaruhi jantung, menyebabkan pembesaran ventrikel kanan, dan sering kali berakhir dengan gagal jantung. Beberapa kondisi yang menyebabkan penurunan oksigenasi paru-paru, dapat mengakibatkan hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkapnia (pen ingkatan PaCO2), dan insufisiensi ventilasi. Hipoksia dan hiperkapnia akan menyebabkan vasokonstriksi arteri pulmonar dan memungkinkan penurunan vaskularisasi pull-part' seperti pada emdisema dan emgbli paru-parti. Akibatnya, akan terjadi peningkatan tahanan pada sistem sirkulasi pulmonal, sehingga menyebabkan hipertensi pulmonal. Arterial mean pressure pada paru-paru sebesar 45 mmHg atau lebih dan dapat menimbulkan cor pulmonal. Ventrikel kanan akan hipertropi dan mungkin diikuti oleh gagal jantung kanan.

 

2.6. Manifestasi Klinis

 Gejala klinis yang muncul pada pasien dengan penyakit cor pulmonal adalah:

a.          Sesuai dengan penyakit yang melatarbelakangi, contohnya COPD akan menimbulkan gejala napas pendek dan batuk.

b.         Gagal ventrikel kanan: edema, distensi vena leper, organ hati teraba, efusi pleura, ascites, dan murmur jantung.

c.          Sakit kepala, bingung, dan somnolen terjadi akibat dari peningkatan PCO.

 

2.7  Pemeriksaan Penunjang

1.      Pemeriksaan Radiologi

Batang pulmonal dan hilus membesar. Perluasan hilus dapat dihitung dari perbandingan jarak antara permulaan percabangan pertama arteri pulmonalis utama kanan dan kiri dibagi dengan diameter transversal toraks. Perbandingan > 0,36 menunjukkan hipertensi pulmonal.

2.      Ekokardiografi

Ekokardiografi memungkinkan pengukuran ketebalan dinding ventrikel kanan. Meskipun perubahan volume tidak dapat diukur, teknik ini dapat memperlihatkan pembesaran kavitas ventrikel kanan dalam hubungannya dengan pembesaran ventrikel kiri. Septum interventrikel dapat tergeser ke kiri.

3.      Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Berguna untuk mengukur massa ventrikel kanan, ketebalan dinding, volume kavitas, dan jumlah darah yang dipompa.

4.      Biopsi Paru-paru

Dapat berguna untuk menunjukkan vaskulitis pada beberapa tipe penyakit vaskuler paru-paru seperti penyakit vaskuler kolagen, artritis rhematoid, dan granulomatosis wagener.

2.8  Penatalaksanaan Medis

     Tujuan dari penatalaksanaan medis adalah untuk meningkatkan ventilasi pasien dan mengobati penyakit yang melatarbelakangi beserta manilestasi dari gagal jantungnya.

Penatalaksanaan medis secara umum:

1.        Pada pasien dengan penyakit asal COPD: pemberian 02 sangat dianjurkan untuk memperbaiki pertukaran gas dan menurunkan tekanan arteri puhnonal serta tahanan vaskuler pulmonal.

2.        Higienis bronkhial: diberikan obat golongan bronkodilator.

3.        Jika terdapat gejala gagal jantung: perbaiki kondisi hipoksemia dan hiperkapnia.

4.        Bed rest, diet rendah sodium, pemberian diuretik.

5.        Digitalis: bertujuan untuk meningkatkan kontraktilitas dan menurunkan denyut jantung, selain itu juga mempunyai efek digitalis ringan

Selain hal tersebut di atas, dianjurkan pula perawatan yang dilakukan di rumah (home care) karena penatalaksanaan dari penyakit ini berhubungan dengan pengobatan terhadap penyakit yang menyebabkannya, dan biasanya dalam jangka waktu yang lama. Pasien dengan COPD dianjurkan untuk menghindari alergen yang dapat mengiritasi jalan napas.

2.9  Konsep Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian

a.         Identitas

Kor pulmonal dapat terjadi pada pasien usia 50 tahun karena sering didapati dengan kebiasaan sehari-hari yaitu merokok dan terpapar polusi. Hal ini di dasarkan pada epidemiologi penyakit-penyakit yang menjadi penyebab kor pulmonal, karena hipertensi pulmonal merupakan dampak dari beberepa penyakit yang menyerang paru-paru. (Wahid & Suprapto, 2013, hal. 119)

b.        Status Kesehatan saat ini

-          Keluhan Utama : Pasien kesulitan bernafas pada saat berolahraga keras dan ketika berbaring,karena naiknya kebutuhan oksigen. Batuk produktif karena kondisi pernapasan,emfisema,lelah karena hipoksia dan gagal jantung,berat badan naik karena retensi cairan,denyut jantung naik. (Digiulio, 2014, hal. 107)

-          Alasan Masuk Rumah sakit : Pasien mengalami kekurangan oksigen karbonhidroksida naik,he moglobin naik,oksimetri denyut menunjukkan turunnya saturasi oksigen,bilik jantung kanan membesar,arteri pulmonalis meluas dan bilik kanan terlihat pada sinar X dada. (Digiulio, 2014, hal. 108)

-          Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien dengan Kor Pulmonal,akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih saat melakukan aktivitas,sesak nafas, nyeri dada,batuk produktif,wheezing respirasi,sianosis. (Wahid & Suprapto, 2013, hal. 124)

c.         Riwayat Kesehatan Terdahulu

-    Riwayat penyakit sebelumnya : Riwayat merokok, merupakan penyebab timbulnya kelainan paru obstruktif kronik, polusi udara (asap dari cerobong- cerobong pabrik di daerah industri dan asap dari kendaraan bermotor), selain itu juga pernah memiliki riwayat penyakit PPOK dan hipertensi pulmonal (Wahid & Suprapto, 2013, hal. 125)

-          Riwayat penyakit keluarga : Pada banyak kasus kor pulmonale ditemukan pada anggota keluarga tertentu dan ternyata kekurangan alfa-antripsin memegang peran dalam penentuan predisposisi terjadinya penyakit paru obstruktif kronik. Riwayat penyakit paru kronik (bronchitis kronik dan emfisema paru,diantaranya disebabkan. Hemophilis influenza, pneumococcs, staphylococcus aureus, pseudomonas, klebsiella. (Wahid & Suprapto, 2013, hal. 125)

d.        Pemeriksaan Fisik

-          Keadaan Umum

Kesadaran : Gambaran dari kondisi pasien yaitu mengalami sesak nafas, batuk yang produktif, lelah karena hipoksia dan gagal jantung,wheezing respirasi, sianosis pada jari,berat badan naik karena retensi cairan, frekuensi pernapasan menggunakan otot bantu pernafasan. (Digiulio, 2014, hal. 107)

Tanda-tanda vital : Penafasan : Lebih dari 20 X/menit, Nadi : diatas 100 X/menit

Body system: - Sistem pernafasan : Pada pasien KP pemeriksaan dapat berupa sesak nafas akibat hipertensi vena pulmonal, wheezing  respiration,  terlihat  penggunaan  otot-otot bantu nafas, dahak , Pemeriksaan auskultasi dapat ditemukan suara nafas yang melemah, respirasi lebih dari 20 kali per menit (Digiulio, 2014, hal. 107)

 

-    Sistem kardiovaskuler : Gangguan paru-paru utama dapat menyebabkan kegagalan jantung. Dan akan menyebabkan hipertensi  paru-paru  dan  pelebaran  bilik  jantun kanan.

 

-    Sistem persarafan : Pada penderita CP dengan hipertensi pulmonal primer keluhannya berupa mudah pingsan jika beraktivitas, tingkat kesadaran menurun jika melakukan aktivitas, ditandai dengan hiperkapnia, gelisah, mudah tersinggung kadang somnolens pada keadaan yang berat dapat terjadi koma dan kehilangan kesadaran. selain itu penderita CP juga mudah bingung/kurang tanggap. (Wahid & Suprapto, 2013, hal. 118)

 

-          Sistem perkemihan : Penderita CP diberikan diuretik untuk membuang kelebihan cairan pada pasien dengan cara mengeluarkan natrium melalui pembuangan urin

 

-          Sistem pencernaan : Pada penderita CP kebutuhan nutrisi kurang terpenuhi karena penderita CP akan merasa mual dan  muntah.

 

 

-         Sistem integument : Pasien CP akan mengalami edema karena penumpukan cairan di dalam tubuh sehingga resistensi kulit meningkat. penyebabnya karena peningkatan tekanan hidrostatik yang diakibatkan karena gagal jantung kanan.

-          Sistem Muskuloskeletal : Pada penderita CP akan mengalami kondisi seperti cepat lelah.

-          Sistem endokrin : Pasien mengurangi konsumsi sodium dalam diet untuk mengurangi retensi cairan.jika dikonsumsi berlebihan akan merusak ginjal.

-          Sistem reproduksi : Pasien penderita CP mengalami hipertrofi dan dilatasi dari Vertikel kanan sebagai akibat dari hipertensi ( artery ) pulmunal. Sedangkan hipertensi termasuk salah satu penyakit yang mempengaruhi sistem reproduksi pada laki-laki ( Impoten). Sehingga jika seorang laki-laki menderita CP maka kemungkian akan terjadi penurunan sistem reproduksi.

 Sistem penginderaan : Pada pasien penderita CP akan mengalami sianosis ( kebiruan yang terjadi pada bibir dan selaput mata karena hemoglobin di daerah kapiler susut,selain itu mata juga menonjol.

-          Sistem imun : Penderita CP mengalami lelah karena hipoksia selain itu penderita CP akan mengalami penurunan imun tubuh karena kandungan nutrisi yang dikonsumsi

berkurang akibat nafsu makan yang menurun. Serta gangguan ADL yang berhubungan dengan kelemahan fisik umum dan keletihan.

 

2.      Diagnosa Keperawatan

-          Penurunan Curah Jantung

-          Nause

-          Defisit Nuttrisi

 

 

 

 

 

 

 

3.      Intervensi Keperawatan

No

Diagnosa Keperawatan

Tujuan & Kriteria Hasil (SLKI)

Intervensi (SIKI)

1.       

Penurunan Curah Jantung

b.d Perubahan Irama Jantung

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama    3x24 diharapan Curah Jantung

Kriteria Hasil :

-          Kekuatan nadi perifer

-          Lelah

-          Dispnea

-          Batuk

-          Pucat/sianosis

Perawatan Jantung

Observasi

-          Identifkasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung

-          Monitor tekanan darah

-          Monitor intake dan output cairan

-          Monitor saturasi oksigen

-          Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas

Terapeutik

-          Posisikan pasien semi-fowler aau fowler dengan kaki ke bawah atau posisi nyaman

-          Fasilitasi  pasin dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat

-          Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%

 Edukasi

-          Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi

-          Anjurkan berhenti merokok

-          Ajarkan pasien dan keluarga mengukur BB harian

 

 Kolaborasi

-          Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu

 

 

2.       

Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas

Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 3x24 jam   diharapkan pola napas

Kriteria hasil  :

-          Dispnea

-          Frekuensi napas

-          Pengunaan otot bantu napas

 

Manajemen jalan napas

Observasi

-          Monitor pola napas

-          Monitor bunyi napas tambahan

Terapeutik

-          Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt

-          Posisikan semi-fowler atau fowler

-          Berikan oksigen,jika perlu

-          Berikan minum hangat

Edukasi

-           Anjurkan asupan   cairan 2000ml/hr

-          Ajarkan Teknik batuk efektif

 Kolaborasi

-          Kolaborasi pemberian bronkodilator, jika perlu

 

3.       

Nausea b.d Gangguan Biokimiawi

Setelah di lakukan Tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapan tingkat nausea

Kriteria Hasil :

-          Perasaan ingin muntah

-          Nafsu makan

-          Frekuensi menelan

-          Pucat

 

Manajemen Mual

Observasi

-          Identifikasi pengalaman mual

-          Identifikasi dampak mual Terhadap kualitas hidup

-          Identifikasi faktor penyebab mual

-          Monitor asupan nutrisi dan kalori

Terapeutik

-          Kendali faktor lingkungan penyebab mual

-          Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual

-          Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik

-          Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak berwarna

Edukasi

-          Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup

-          Anjurkan sering membersihkan mulut , kecuali jika meransang  mual

Kolaborasi

-          Kolaborasi pemberian antlementik, jika perlu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4.      Implementasi

     Keperawatan Implementasi adalah fase Ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan, implementasi merupakan Langkah keempat dari proses keperawatan yang telah di rencanakan oleh perawat  untuk dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk   mencegh, mengurangi, dan menghilangkan dampak  atau respom yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan (Ali,2016)

 

5.      Evaluasi

     Keperawatan Evaluasi adalah penilaian hasil dari proses penilaian hasil menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari Tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

      Cor Pulmonal didefinisikan sebagai perubahan struktur dan fungsi ventrikel kanan yang disebabkan oleh gangguan primer pada sistem pernapasan. Hipertensi pulmonal adalah faktor penghubung yang paling umum antara insufisiensi paru dan jantung pada penyakit jantung paru. Terapi oksigen dapat meningkatkan hemodinamik paru, fungsi ventrikel dan angka kelangsungan hidup pasien PPOK hipoksia dan penyakit jantung paru.

      Beta-2 agonis dan teofilin memiliki fungsi bronkodilator dan memiliki efek menguntungkan pada fungsi ventrikel kanan dan hemodinamik sirkulasi paru. Ketika terapi konvensional (seperti oksigen dan bronkodilator) gagal untuk membalikkan atau mencegah perkembangan hipertensi pulmonal, vasodilator dapat dipertimbangkan.  Namun,  vasodilator  dapat  menghasilkan  hipotensi  sistemik, mengakibatkan gangguan pertukaran gas, dan dapat kembali ke vasokonstriksi paru hipoksia.

B.     Saran

    Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon perawat harus terus meningkatkan kompetensi diri, lebih-lebih yang berkaitan dengan fenomena kesehatan yang bersifat spesifik pada sistem kardiovaskuler, seperti penyakit Cor pulmonal ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PATWAY

Penyakit paru kronik

 


                                                              Hipoksia Kronik

      


                                                 Vasokonstriksi Arteri pilmonalis

 

 

                                              Gagal jantung kanan (Cor Pulmonale

 

 

 


                                                              

Penurunan kontraksi                                                                                    Kongesti paru

 ventrikel kanan                                 Kongesti hati

 

                     

 

Curah jantung                                Iritasi mukosa GI

                                                                                                            Gangguan  Pertukaran gas

            

                         

                                                                       Nause

Gangguan   Perfusi jaringan    serebral

                                                                                                                                   dispnea

                                                                          

 

 


Penurunan curah jantung                                                             Pola napas tidak efektif

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 DOWNLOAD FILENYA

 

 

Comments

Popular posts from this blog

DOWNLOAD CONTOH SURAT LAMARAN DAPUR MBG

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. M.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM (HIPERTERMIA)

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE