UNDUH FILE LAPORAN PENDAHULUAN SISTEM ENDOKRIN DENGAN DIAGNOSA DIABETES MELITUS FORMAT MS WORD
LAPORAN
PENDAHULUAN SISTEM ENDOKRIN
DENGAN
DIAGNOSA
DIABETES MELITUS
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis yang ditandai
oleh peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat gangguan sekresi
insulin, kerja insulin, atau keduanya. Kondisi ini menyebabkan gangguan pada
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang berdampak luas terhadap
berbagai sistem tubuh.
Menurut World Health Organization (WHO, 2024), jumlah penderita DM terus
meningkat setiap tahunnya di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Kementerian
Kesehatan RI (2023) melaporkan bahwa prevalensi DM pada penduduk usia ≥15 tahun
mencapai sekitar 2,6%, dengan kecenderungan meningkat seiring perubahan gaya
hidup, pola makan tinggi kalori, obesitas, serta kurangnya aktivitas fisik. DM
merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas karena
komplikasinya yang serius, seperti penyakit jantung koroner, stroke, gagal
ginjal, gangguan penglihatan (retinopati), dan ulkus diabetikum. Oleh karena itu,
pengelolaan DM memerlukan penanganan menyeluruh yang meliputi pengaturan diet,
aktivitas fisik, pengobatan, serta pemantauan kadar glukosa darah secara rutin.
Pemahaman yang baik mengenai patofisiologi, tanda dan gejala, serta
penatalaksanaan DM sangat penting bagi tenaga kesehatan, khususnya perawat,
agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal dan mencegah komplikasi
lebih lanjut pada pasien.
B.
Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami gambaran umum mengenai penyakit DM
termasuk penyebab, gejala, faktor risiko, penatalaksanaannya, serta konsep
asuhan keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A.
Definisi
Diabetes mellitus adalah sekelompok gangguan
metabolisme yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia)
dan kekurangan dalam produksi atau aksi insulin yang diproduksi oleh pankreas
di dalam tubuh. (Ullah & Khan, 2016)
Diabetes mellitus adalah sekelompok penyakit
metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia akibat defek pada sekresi insulin,
aksi insulin, atau kedua. Hiperglikemia kronis diabetes terkait dengan
kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan berbagai organ, terutama
mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. (Purnamasari, 2017)
B.
Etiologi
Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :
1.
Diabetes Tipe I ( Insulin
Dependent Diabetes Melitus /IDDM ) Diabetes yang tergantung insulin yang
ditandai oleh penghancuran selsel beta pankreas disebabkan oleh
a.
Faktor genetik
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu
sendiri tapi mewarisi suatu predisposisi / kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe 1. Ini ditemukan pada individu yang mempunyai tipe antigen
HLA ( Human Leucocyte Antigen ) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen transplatasi dan proses imun lainnya.
b.
Faktor Imunologi
Respon abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing.
c.
Faktor lingkungan
Virus atau toksin
tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
2.
Diabetes Tipe II (Non Insulin
Dependent Diabetes Melitus / NIDDM )
Mekanisme yang tepat
yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes
tipe II belum diketahui. Diabetes tipe ini adalah gangguan heterogen yang
disebabkan oleh kombinasi faktor genetik yang terkait dengan gangguan sekresi
insulin, resistensi insulin dan faktor lingkungan seperti obesitas, makan
berlebihan, kurang olahraga, dan stres serta penuaan. Selain itu terdapat
faktor-faktor risiko tertentu yang berhubungan yaitu :
a.
Usia
Umumnya manusia
mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis menurun dengan cepat pada
usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi
endokrin pankreas untuk memproduksi insulin.
b.
Obesitas
Obesitas
mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami hipertropi yang akan berpengaruh
terhadap penurunan produksi insulin.
c.
Riwayat Keluarga
Pada anggota keluarga
dekat pasien diabetes tipe 2 (dan pada kembar non identik), risiko menderita
penyakit ini 5 hingga 10 kali lebih besar daripada subjek (dengan usiadan berat
yang sama) yang tidak memiliki riwayat penyakit dalam keluarganya. Tidak
seperti diabetes tipe 1, penyakit ini tidak berkaitan dengan gen HLA.
d. Gaya hidup (stres)
Stres kronis
cenderung membuat seseorang mencari makanan yang cepat saji yang kaya pengawet,
lemak, dan gula.Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja pankreas. Stres
juga akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber
energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat
pankreas mudah rusak hingga berdampak pada penurunan insulin. (Asdie, 2010)
C. Tanda dan gejala
a.
Tanda dan
gejala DM
dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin (Price & Wilson)
1
Kadar glukosa puasa tidak
normal
2
Hiperglikemia berat berakibat
glukosuria yang akan menjadi dieresis osmotic yang meningkatkan pengeluaran
urin (polyuria) dan timbul rasa haus (polydipsia)
3
Rasa lapar yang semakin besar
(polifagia), BB berkurang
4
Lelah dan mengantuk
5
Gejala lain yang di keluhkan
adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi, peruritas vulva.
b.
Kriteria diagnosis DM:
1
Gejala klasik DM+glukosa plasma
sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
2
Glukosa plasma sewaktu
merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu
3
Gejala klasik DM+glukosa plasma
≥ 126 mg/dL (7,0 mmol/L)
4
Glukosa plasma 2 jam pada TTGO
≥ 200mg/dL (11,1mmol/L) TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban
glukosa yang setara dengan 75gram glukosa anhidrus dilarutkan kedalam air.
(Nurarif & Kusuma, 2015)
D.
Patofisiologi
Diabetes
Melitus adalah kumpulan penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia
akibat kerusakan sekresi insulin, kinerja insulin, atau keduanya. DM dibagi
menjadi 4 tipe, yaitu DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lainnya, serta DM
gestasional (LeMone et al., 2016). Diabetes Tipe 1 terjadi akibat kerusakan sel
β (proses autoimun) yang ditandai dengan hiperglikemia, pemecahan lemak dan
protein tubuh, dan pembentukan ketosis. Ketika sel β rusak maka insulin tidak
dapat berproduksi. Menurut Ernawati (2013), normalnya insulin dapat
mengendalikan glikogenolisis dan glukoneogenesis, tapi pada DM tipe 1 terjadi
resistensi insulin, kedua proses tersebut terjadi terus menerus sehingga dapat
menimbulkan hiperglikemia. Sedangkan Diabetes tipe 2 merupakan kondisi
hiperglikemia puasa yang terjadi meskipun tersedia insulin. Kadar insulin yang
dihasilkan dirusak oleh resistensi insulin di jaringan perifer. Glukosa yang
diproduksi oleh hati berlebihan sehingga karbohidrat dalam makanan tidak
dimetabolisme dengan baik, yang menyebabkan pankreas mengeluarkan jumlah
insulin yang kurang dari yang dibutuhkan (LeMone et al., 2016). Resistensi
insulin ini dapat terjadi akibat obesitas, kurangnya aktivitas, dan pertambahan
usia. Resistensi insulin pada DM tipe 2 akan disertai dengan penurunan reaksi intrasel,
sehingga insulin menjadi tidak efektif untuk pengambilan glukosa oleh jaringan.
Pada obesitas, terjadi penurunan kemampuan insulin untuk mempengaruhi absorpsi
dan metabolisme glukosa oleh hati, otot rangka, dan jaringan adiposa.
Diabetes
Gestasional merupakan diabetes yang terjadi pada masa kehamilan trimester kedua
dan ketiga karena kerja insulin yang terhambat akibat hormon yang disekresi
plasenta. Diabetes tipe lain merupakan Diabetes yang terjadi akibat genetik,
penyakit pada pankreas, gangguan hormonal, pengaruh penggunaan obat
(glukokortikoid, pengobatan HIV/Aids), serta infeksi rubella kongenital atau
sitomegalovirus (Hardianto, 2020)
PATHWAY
E.
Klasifikasi
Diabetes Melitus
dibagi menjadi 2 kategori, yaitu (Billous dan Donelly, 2015):
1.
Diabetes tipe 1 yang terjadi
akibat penghancuran autoimun dari sel b penghasil insulin. Diabetes tipe
biasanya satu merupakan penyakit autoimun dimana sistem kekebalan tubuh menghancurkan
sel pankreas yang bertugas untuk produksi insulin, sehingga jika pankreas
berhenti memproduksi insulin, maka kadar glukosa dalam darah akan bertambah
banyak. Gejala yang sering muncul yaitu poliuri, polidipsi, berat badan turun
drastis.
2.
Diabetes tipe 2 yang terjadi
akibat dampak dari gangguan sekresi insulin yang biasanya menyerang individu
yang berusia 40 tahun ke atas. Pada diabetes ini, pankreas dapat menghasilkan
insulin dengan baik, tetapi tubuh tidak merespon dengan baik, sehingga menyebabkan
resistensi insulin. Akibat dari resistensi insulin yaitu berlebihannya insulin
yang dihasilkan oleh pankreas sehingga kadar glukosa dalam darah meningkat.
Diabetes tipe 2 ini terjadi akibat gaya hidup yang kurang sehat, seperti
kurangnya aktivitas, konsumsi makanan yang dapat menimbulkan obesitas.
3.
Diabetes tipe lain terjadi
akibat beberapa faktor, yaitu kelainan genetik pada sel beta, kelainan genetika
pada kinerja insulin, penyakit pankreas eksokrin, serta infeksi rubella
kongenital atau sitomegalovirus.
4.
Diabetes Gestasional yang
disebabkan karena resistensi insulin selama kehamilan, biasanya terjadi pada
trimester kedua dan ketiga saat kehamilan, dan akan kerja insulin akan kembali
normal setelah melahirkan.
F.
Komplikasi
Penderita
Diabetes Melitus yang tidak terobati dapat menimbulkan komplikasi baik
mikrovaskuler maupun makrovaskuler, seperti gangguan pada sistem kardiovaskular
yang jika tidak diberi pengobatan serius dapat menimbulkan hipertensi dan
infark jantung (Lestari dkk., 2021). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Saputri (2021) yang menyebutkan bahwa DM dapat menyebabkan 3 komplikasi
yaitu:
1.
Komplikasi Akut
Gangguan metabolik jangka
pendek seperti hipoglikemia (kadar glukosa darah dibawah normal) yang
menyebabkan tubuh kekurangan energi sehingga menjadi lemas, ketoasidosis yang
terjadi akibat kurangnya insulin dalam tubuh sehingga tubuh memproduksi asam
darah (keton) berlebihan, serta hiperosmolar yang terjadi karena kadar gula
darah di dalam tubuh meningkat terlalu tinggi.
2.
Komplikasi Mikrovaskuler
Gangguan pada pembuluh
darah kecil yang menyebabkan gangguan seperti nefropati yang menyerang organ
ginjal sehingga terganggunya proses filtrasi, retinopati pada mata yang
menyebabkan gangguan penglihatan, serta neuropati yang menyerang saraf terutama
ekstremitas bawah yang dapat menyebabkan hypoesthesia hingga kematian jaringan.
3.
Komplikasi Makrovaskuler
Komplikasi makrovaskuler
terjadi pada pembuluh darah besar yang dapat menyebabkan penyakit jantung
koroner. Komplikasi ini terjadi akibat kelebihan glukosa yang mengalir dalam
darah dapat merusak pembuluh darah yang dapat memicu serangan jantung, penyakit
arteri perifer terjadi karena penyempitan pada dinding arteri akibat penumpukan
plak sehingga aliran darah tersumbat, dan stroke yang terjadi akibat kadar gula
darah yang terlalu tinggi dalam darah menyebabkan terbentuknya sumbatan dan
deposit lemak sehingga terhambatnya pasokan darah ke otak
G.
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Smelzer dan Bare,(2018) pemeriksaan
penunjang untuk penderita diabetes melitus antara lain
1.
Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2.
Glukosa plasma puasa > 140 mg/dL (7,8 mmol/L)
3.
Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian
sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial) > 200 mg/dL
4.
Asetan plasma : hasil (+) mencolok
5.
Asam lemak bebas : peningkatan lipid dan kolestrol
6.
Osmolaritas serum (> 300 osm/l)
7.
Tes laboratorium DM Jenis tes
dapat berupa tes saring, tes diagnostik, tes pemantauan terapi dan tes untuk
mendeteksi komplikasi
8.
Tes untuk mendeteksi komplikasi
v Mikroalbuminuria :
urin
v Ureum, kreatinin,
asam urat
v Kolesterol total :
plasma vena (puasa)
v Kolesterol LDL :
plasma vena (puasa)
v Kolesterol HDL :
plasma vena (puasa)
v Trigliserida :
plasma vena (puasa
1.
Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan diabetes. Penatalaksaanaan nutrisi pada penderita diabetes
diarahkan untuk mencapai tujuan memberikan semua unsur makanan esensial
(misalnya vitamin, mineral), mencapai dan mempertahankan berat badan yang
sesuai, (Suddarth, 2014).
2.
Latihan
Latihan sangat penting dalam
penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah
dan mengurangi faktor resiko kardiovaskuler. (Suddarth, 2014).
3.
Pemantuan
Dengan melakukan pemantuan kadar glukaso darah secara mandiri,
penderita diabetes kini dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar
glukosa darah secara optimal. (Suddarth, 2014).
H. Penatalaksanaan
Dalam penatalaksanaan Diabetes, terdapat 4
pilar yang terdiri dari penatalaksanaan farmakologis dan non-farmakologis,
yaitu edukasi, terapi gizi/diet, olahraga, serta obat. Berikut ini adalah
penjelasannya:
1.
Farmakologis
Terapi
farmakologis yang diberikan pada penderita DM harus beriringan dengan
pengaturan pola hidup yang sehat (makan, olahraga). Menurut Widiasari dkk.,
(2021), terapi farmakologis pada DM dapat diberikan melalui oral maupun
suntikan (insulin), beberapa obat anti diabetes yang dapat diberikan yaitu:
a.
Metformin
Metformin bekerja
untuk meningkatkan sentivitas insulin sehingga dapat menurunkan glukosa darah.
b.
Sulfonilurea
Sulfonilurea bekerja
pada sel pankreas untuk menutup saluran K+ yang merangsang sekresi insulin.
c.
Thiazolidinediones (TZDs)
TZDs adalah kelas
sensitizer insulin, termasuk zona troglita, rosiglitazone, dan pioglitazone, yang
merupakan merupakan ligan peroxisome proliferatoractivated receptor (PPAR-γ)
yang dapat mengontrol otot rangka normal dan sensitivitas insulin hati.
d.
Glucosidase inhibitors (AGIs)
AGIs bekerja untuk
menghambat enzim mukosa usus sehingga dapat mengurangi penyerapan karbohidrat.
e.
Insulin
Insulin bekerja
untuk membantu proses penyerapan glukosa dalam sel tubuh agar kadar glukosa
darah dapat terkendali.
2.
Non-farmakologis
Penatalaksanaan non-farmakologis yang dapat dilakukan yaitu (Aini dan Aridiana,
2016):
a.
Edukasi
Pengetahuan
merupakan hal penting dalam proses penatalaksanaan bagi penderita DM. Perilaku
akan berubah jika dilakukan edukasi yang komprehensif dalam upaya peningkatan
motivasi. Edukasi diberikan sebagai upaya pencegahan dan pengobatan secara
holistik. Edukasi yang diberikan dapat berupa pola makan sehat (jenis makanan,
jadwal makan, dan jumlah kalori yang terkandung dalam makanannya), meningkatkan
kegiatan jasmani (lari santai, jalan cepat, bersepeda santai, dan berenang),
komsumsi obat, dan pemantauan kadar gula darah.
b.
Terapi gizi/diet
Diet
yang dilakukan oleh penderita Diabetes adalah diet 3J (jumlah, jenis, dan
jadwal) yang perlu diimbangi dengan indeks massa tubuh untuk penentuan status
gizi. c. Olahraga Olahraga berguna untuk menjaga kebugaran tubuh, mencegah
obesitas, menurunkan berat badan, serta memperbaiki sensitivitas insulin agar
glukosa menjadi terkendali. Olahraga harus dilakukan sesuai kemampuan fisik
seperti senam, jalan kaki, lari, bersepeda, maupun berenang.
Konsep Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Diabetes Melitus
A.
Pengkajian
1. Identitas
Nama, usia (DM Tipe 1 usia < 30 tahun. DM
Tipe 2 usia > 30 tahun, cenderung meningkat pada usia > 65 tahun), jenis
kelamin, status, agama, alamat, tanggal : MRS, diagnosa masuk. Pendidikan dan
pekerjaan, orang dengan pendapatan tinggi cenderung mempunyai pola hidup dan
pola makan yang salah. Cenderung untuk mengkonsumsi makananyang banyak
mengandung gula dan lemak yang berlebihan. Penyakit ini biasanya banyak dialami
oleh orang yang pekerjaannya dengan aktifitas fisik yang sedikit.
2. Keluhan Utama
a.
Kondisi Hiperglikemi
Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan
banyak BAK, dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.
b.
Kondisi Hipoglikemi
Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi,
gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan
daya ingat, patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional, penurunan
kesadara
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Dominan muncul adalah sering kencing, sering
lapar dan haus, berat badan berlebih. Biasanya penderita belum tahu kalau itu
penyakit DM, baru tahu setelah memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.
4. Riwayat Penyakit Terdahulu
DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit
pankreas, gangguan penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat–obatan
seperti glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang
mengandung estrogen, hipertensi, dan obesitas.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Menurut silsilah karena kelainan gen yang
mengakibatkan tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik
6. Pola Fungsi Kesehatan
a.
Pola persepsi dan pemeliharaan
kesehatan
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai
kesehatan dan penyakit. Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu
sampai penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien.
b.
Pola aktivitas dan latihan Kaji
keluhan saat beraktivitas
Biasanya terjadi perubahan aktivitas
sehubungan dengan gangguan fungsi tubuh. Kemudian pada klien ditemukan adanya
masalah dalam bergerak, kram otot tonus otot menurun, kelemahan dan keletihan.
c.
Pola nutrisi dan metabolic
Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan
sehari-hari klien (pagi, siang dan malam). Kemudian tanyakan bagaimana nafsu
makan klien, apakah ada mual muntah, pantangan atau alergi.
d.
Pola eliminasi
Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna
dan karakteristiknya. Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan
defekasi. Serta tanyakan adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah
penggunaan alat bantu untuk miksi dan de fekasi.
e.
Pola istirahat dan tidur
Tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur
pasien. Dan bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur, apakah merasa segar
atau tidak.
f.
Pola kognitif persepsi
Kaji status mental klien, kemampuan
berkomunikasi dan kemampuan klien dalam memahami sesuatu, tingkat ansietas
klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien, dan identifikasi penyebab
kecemasan klien.
g.
Pola sensori visual
Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
h.
Pola toleransi dan koping
terhadap stress
Tanyakan dan kaji perhatian utama selama
dirawat di RS (financial atau perawatan diri). Kemudian kaji keadaan emosi
klien sehari – hari dan bagaimana klien mengatasi kecemasannya (mekanisme
koping klien). Tanyakan pakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau
klien sering berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat, apakah pasien
merasakan kecemasan yang berlebihan dan tanyakan apakah sedang mengalami stress
yang berkepanjangan.
i.
Persepsi diri/konsep diri
Tanyakan pada klien bagaimana klien
menggambarkan dirinya sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien mengubah
gambaran dirinya. Kemudian tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah
merasa cemas, depresi atau takut, apakah ada hal yang menjadi pikirannya.
j.
Pola seksual dan reproduksi
Tanyakan masalah seksual klien yang
berhubungan dengan penyakitnya, kapan klien mulai menopause dan masalah
kesehatan terkait dengan menopause, apakah klien mengalami kesulitan/perubahan
dalam pemenuhan kebutuhan seks.
k.
Pola nilai dan keyakinan
Tanyakan agama klien dan apakah ada
pantanganpantangan dalam beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran
agamanya.
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah didapatkan
data dari pengkajian yang dilakukan secara menyeluruh, maka dibuatlah analisa
data dan membuat kesimpulan diagnosis keperawatan.
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
b.d hiperglikemia
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien
3. Nyeri akut b.d agen pencedera
fisik
C. Intervensi Keperawatan
Berikut adalah
uraian dari masalah yang timbul bagi klien dengan diabetus mellitus dengan menggunakan
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) dalam Tim Pokja SDKI DPP PPNI
2017 (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017):
a. Ketidakstabilan kadar glukosa
darah b.d hiperglikemia
v Definisi
Variasi kadar glukosa darah naik/turun dari rentang normal
v Penyebab
Hiperglikemia
1) Disfungsi pangkreas
2) Resistensi insulin
3) Gangguan toleransi
glukosa darah
4) Gangguan glukosa
darah puasa
Hipoglikemia
1) Pengguanaan insulin
atau obat glikemik oral
2) Hiperinsulinemia
(mis. Insulinoma)
3) Endokrinopati (mis.
Kerusakan adrenal atau pituitari)
4) Disfungsi hati
5) Disfungsi ginjal
kronis
6) Efek agen
farmakologis
7) Tindakan pembedahan
neoplasma
8) Gangguan metabolik
bawaan (mis. Gangguan penyimpanan lisosomal, galaktosemia, gangguan penyimpanan
glikogen)
v Gejala dan Tanda
Mayor
Subjektif |
Objektif |
Hiperglikemia
1. Lelah atau lesu |
Hiperglikemia 1. Kadar glukosa dalam
darah/urin tinggi |
Hipoglikemia 1. Mengantuk 2. Pusing |
Hipoglikemia 1. Gangguan koordinasi 2. Kadar glukosa dalam
darah/urin rendah |
v Gejala dan tanda
minor
Subjektif |
Objektif |
Hiperglikemia
1. Mulut kering 2. Haus meningkat |
Hiperglikemia 1. Jumlah urin
meningkat |
Hipoglikemia 1. Palpitasi 2. Mengeluh lapar |
Hipoglikemia 1. Gemetar 2. Kesadaran menurun 3. Perilaku aneh 4. Sulit bicara 5. Berkeringat |
v Kondisi klinis
terkait
1. Diabetes melitus
2. Ketoasidosis diabetik
3. Hipoglikemia
4. Hiperglikemia
5. Diabetes gestasional
6. Penggunaan
kortikosteroid
7. Nutrisi perenteral
total (TPN)
Kestabilan kadar
glukosa darah
v Definisi
Kadar glukosa darah berada pada rentang normal/seimbang
v Ekspetasi
Meningkat
v Tujuan
Setelah dilakukan
tindakan asuhan keperawatan diharapkan Kestabilan kadar glukosa darah meningkat
v Kriteria hasil
1. Mengantuk menurun
2. Pusing menurun
3. Lelah menurun
4. Rasa lapar menurun
5. Kadar glukosa dalam
darah membaik
Manajemen
hiperglikemia (I. 03115)
v Definisi
Mengidentifikasi dan mengelola kadar glukosa darah diatas normal
v Tindakan
Obervasi
1. Identifikasi
kemungkinan penyebab hiperglikemia
2. Identifikasi situasi
yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat
3. Monitor kadar glukosa
darah
4. Monitor tanda dan
gejala hiperglikemia
Terapeutik
5. Berikan asupan cairan
oral
6. Konsultasi dengan
medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau memburuk
Edukasi
7. Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250mg/dl
8. Anjurkan monitor
kadar glukosa darah secara mandiri
9. Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan olahraga
10. Anjurkan pengobatan
diabetes
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian
insulin, jika perlu
12. Kolaborasi pemberian
cairan IV, jika perlu
13. Kolaborasi pemberian
kalium, jika perlu
b.
Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien (D.0019)
v Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme.
v Penyebab :
ü ketidakmampuan menelan makanan
ü ketidakmampuan mencerna makanan
ü ketidakmampuan mengaborsi nutrien
ü peningkatan kebutuhan metabolisme
ü faktor ekonomi (mis.finansial tidak
mencukupi)
ü faktor psikologis (mis.stress,keeganan
untuk makan)
v Gejala dan Tanda Mayor
1. Subjektif : (tidak tersedia)
2. Objektif : Berat badan menurun minimal
10% dibawah rentang ideal
v Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : Objektif
1
Cepat
kenyang setelah makan 1. Bisung Usus
Hiperaktif
2
Kram/Nyeri Abdomen 2.Otot
Pengunya Lemah
3
Nafsu
Makan Menurun 3.Otot
Menelan Lemah
4.Membran Mukosa
Pucat
5.Sariawan
6.Serum Abumin
Turun
7. Rambut Rontok
Berlebihan
8.Diare
v Kondisi klinis terkait
1
Stroke
2
Parkinson
3
Mobius syndrome
4
Cerebral palsy
5
Cleft lip
6
Cleft palate
7
Amytropic lateral sclerosis
8
Kerusakan neuromuskular
9
Luka bakar
10
Kanker
Status Nutrisi
L.06053
v Definisi :
Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
v Ekspetasi:
Membaik
v Tujuan :
Setelah dilakukan
tindakan asuhan keperawatan diharapkan status nutrisi dapat membaik
v Kriteria Hasil:
1.
Porsi
makan yang dihabiskan meningkat
2.
Kekuatan
otot mengunyah meningkat
3.
Kekuatan
otot menelan mengunyah
4.
Berat
badan membaik membaik
5.
Bising
usus membaik
Manajemen Nutrisi 1.03119
v Definisi :
Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang
seimbang
v Tindakan
Observasi :
1.
Identifikasi
status nutrisi
2.
Identifikasi
kebutuhan kalori dan jenis nutrien
3.
Monitor
asupan makanan
4.
Monitor
berat badan
Terapeutik
1.
Lakukan
oral hygiene sebelum makan
Edukasi :
1.
Anjurkan
posisi duduk
2.
Ajarkan
diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan
c.
Nyeri akut
b.d agen pencedera fisik (D.0077)
v Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
v Penyebab
1. Agen pencedera
fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Agen pencedera
kimiawi (mis. Terbakar bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan)
v Gejala dan Tanda
Mayor
Subjektif 1. Mengeluh nyeri |
Objektif 1. Tampak meringis 2. Bersikap protektif
(mis. Waspada, posisi menghindari nyeri 3. Gelisah 4. Frekuensi nadi
meningkat 5. Sulit tidur |
v Gejala dan tanda
minor
Subjektif (-) |
Objektif 1. Tekanan darah
meningkat 2. Pola napas berubah 3. Nafsu makan berubah 4. Proses berpikir
terganggu 5. Menarik diri 6. Berfokus pada diri
sendiri 7. Diaforesis |
v Kondisi klinis
terkait
1. Kondisi pembedahan
2. Cidera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrome koroner akut
5. Glaukoma
Tingkat nyeri
(L.08066)
v Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
v Ekspetasi
Menurun
v Tujuan
Setelah dilakukan
tindakan asuhan keperawatan diharapkan tingkat nyeri menurun
v Kriteria hasil
1. Keluhan nyeri menurun
2. Meringis menurun
3. Sikap protektif
menurun
4. Gelisah menurun
5. Kesulitan tidur
menurun
6. Frekuensi nadi
membaik
Manajemen nyeri (I.
08238)
v Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan.
v Tindakan
Obervasi
1. Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
2. Identifikasi skala
nyeri
3. Identifikasi respon
nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor
yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi
pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
10. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri(mis. TENS, hipnosis, akupresur,
terapi musik, dll.)
11. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan).
12. Fasilitasi istirahat
tidur
13. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
14. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
15. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
16. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
D. Implementasi
Keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun selama fase
perencanaan. Hal ini terdiri dari aktivitas perawat
dalam membantu pasien mengatasi masalah kesehatannya dan juga untuk mencapai
hasil yang diharapkan dari pasien (Pangkey
et al., 2021).
E. Evaluasi
Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, di mana pada dokumentasi ini akan membandingnkan secara sistematis dan terencana tentang
kesehatan pada pasien dengan tujuan yang telah diformulasikan dengan kenyataan yang dialami oleh pasien
dengan melibatkan pasien dan tenaga
Kesehatan lainnya (Pangkey et al., 2021).
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Melitus
adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa
darah akibat gangguan kerja atau sekresi insulin. Angka kejadiannya terus
meningkat akibat gaya hidup tidak sehat dan dapat menimbulkan berbagai
komplikasi serius. Oleh karena itu, penanganan dan pemahaman yang tepat sangat
penting untuk mencegah komplikasi serta meningkatkan kualitas hidup penderita.
DAFTAR PUSTAKA
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017).
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018).
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2019).
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI
Purnamasari, D. (2017). Diagnosis dan
klasifikasi diabetes melitus. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam., 1880–1883.
Smeltzer, Bare. (2018). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Bruner & Suddarth. Jakarta
Ullah, A., & Khan, A. (2016).
Diabetes mellitus dan stres oksidatif - Sebuah ringkas tinjauan
SILAHKAN DOWNLOAD FILENYA
Comments
Post a Comment