Gratis! Download Laporan Pendahuluan Keperawatan Medikal Bedah: Gastroenteritis Akut (Format MS Word)

 

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
DENGAN DIAGNOSA  GASTROENTETERITIS AKUT


KATA PENGANTAR

      Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebab sudah melimpahkan segala rahmat-Nya, yaitu berupa kesempatan dan pengetahuan yang diberikan kepada saya sehingga tugas asuhan keperawatan tentang “LAPORAN PENDAHULUAN PADA KASUS GASTROENTETERITIS AKUT” ini dapat selesai pada waktunya.

       Tugas ini dibuat untuk memenuhi kewajiban dan juga sebagai syarat untuk  menyelesaikan tugas Mata kuliah “KEPERAWATAN DASAR PROFESI” Dengan ini, saya  menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak terutama kepada dosen mata kuliah. sehingga tugas ini dapat diselesaikan. saya menyadari bahwa tugas ini masih memiliki banyak kekurangan baik didalam segi bahasa maupun teknik penulisannya. Oleh sebab itu, kami sangat terbuka untuk menerima kritik dan juga saran yang diberikan oleh pembaca agar tugas ini dapat menjadi lebih baik. Terimakasih.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………        

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………....

1.1 Definisi……………………………………………………………………………….      

1.2 Etiologi……………………………………………………………………………….      

1.3 Patofisiologi ………………………………………………………………………….

1.4 Manifestasi Klinik…...……………………………………………………………….      

1.5 Pemeriksaan Diagnostik………………………………………………………………     

1.6 Penatalaksanaan ……….……………………………………………………………..     

17.Kompikasi …..………………………………………………………………………

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN       

          2.1 Pengkajian……………………………………………………………………………      

a.         Pemeriksaan fisik………………………………………………………………

b.        Diagnosa keperawatan ………………………………………………………..

c.         Rencana Keperawatan …………………………………………………………

d.        Implementasi……………………………………………………………………

e.         Evaluasi…………………………………………………………………………

 DAFTAR PUSTAKA

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Definisi

GEA (gastroenteritis Akut ) atau di masyarakat umum lebih dikenal dengan diare adalah pengeluaran feces yang tidak normal dan berbentuk cair / encer dengan frekwensi lebih banyak dari biasanya dalam sehari > 3x (Dewi, 2010). Sedangkan menurut Suryadi (2001) GE adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih Bab dengan bentuk tinja yang encer atau cair. Dan menurut Ngastiyah (2005) GE adalah Bab dengan jumlah tinja yang banyak dari biasanya, dengan tinja yang berbentuk cairan atau setengah cair dapat pula disertai frekuwensi defekasi yang meningkat.

GEA adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml / 24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuwensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat / tanpa disertai lendir dan darah.

GE akut sering dengan tanda dan gejala klinis lainnya seperti gelisah, suhu tubuh meningkat, dehidrasi, nafsu makan menurun, BB menurun, mata dan ubun – ubun cekung (terutama pada balita) keadaan ini merupakan gejala GE infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit perut (corwin, 2009). GE juga dapat terjadi bersamaan dengan penyakit infeksi lainnya seperti malaria dan campak, begitu juga dengan keracunan kimia. Perubahan gut flora (bacteri usus) yang dipicu antibiotic, dapat menyebabkan GE akut karena pertumbuhan kelebihan dan toksin dari clostridium difficile (bakteri gram positif anaerob dalam usus besar). 

1.2 Etiologi

Menurut Hasan dan alatas (2010) Etiologi dari GE di sebabkan oleh beberapa Faktor antara lain :

1.      Infeksi interal : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama GEA

a)      Infeksi bakteria : vibrio, E. coli, salmonella, campylobacter, shigella.

b)      Infeksi Virus : Rotavirus, Calcivilus, Enterovirus, Adenovirus, Astrovirus

c)      Infeksi Parasit : Cacing (Ascariasis, Trichuris, Oxyuris), Protozoa (Entamoeba Histolyca, Tricomonas hominis, Giardia Lambia), Jamur (Candida Albicans ).

2.      Infeksi Parental : Infeksi diluar alat pencernaan seperti : Tonsilitis, Encefalitis, Broncopneumonia.

3.      Faktor Malabsorbsi :

a.       Karbohidrat. Terutama pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula dapat menyebabkan GEA. Gejalanya berupa GEA berat , tinja berbau asam, sakit daerah perut. Jika sering terkena GEA seperti ini, maka bisa menyebabkan pertumbuhan anak terganggu.

b.      Malabsorbsi Lemak. Lemak terdapat dalam makanan yaitu yang disebut dengan triglyserida. Dengan bantuan kelenjar lipase, triglyserida mengubah lemak menjadi micelles yang bisa di serap usus.Tetapi karena kegagalan penyerapan sehingga lemak tidak dapat diproses akibat tidak ada lipase karena kerusakan dinding usus sehingga terjadi GE. GE pada kasus ini fecesnya berlemak.

c.       Malabsorbsi Protein. GE yang terjadi akibat mukosa usus tidak dapat menyerap protein

d.      Faktor makanan : Makanan yang sudah basi, Alergi makanan tertentu, makanan kurang matang, makanan tercemar atau beracun.

e.        Faktor Psikis : Rasa takut dan cemas

 

1.3 Patofisiologi

Menurut Suriadi (2011), patofisiologi dari Gastro enteritis adalah meningkatnya motalitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan, cairan sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstra seluler kedala tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolic.

GEA yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga mengurangi fungsi permukaan intestinal. Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbs cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. Peningkatan motalitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal sehingga akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit.

Menurut Muttaqin (2011), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya GE meliputi hal – hal berikut yaitu:

1)      Gangguan Osmotik.

 Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap oleh mukosa usus akan menyebabkan peningkatan tekanan osmotic dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul GEA.

2)      Gangguan sekresi akibat respon inflamasi mukosa (misalnya toksin)

 Pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus sebagai reaksi dari enterotoxic dari infeksi dalam usus dan selanjutnya timbul GEA karena terdapat peningkatan isi rongga usus.


 

3)      Gangguan motalitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul GE. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya bisa timbul GE juga.

 

Dari ketiga mekanisme diatas GE dapat menyebabkan :

Ø  Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik hipokalemia)

Ø  Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran berlebihan)

Ø  Hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

 

1.4 Manifestasi klinis

GE akut sering disertai tanda dan gejala klinis lainnya seperti gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan menurun, dehidrasi, tinja cair berlendir kadang bercampur darah, turgor kulit jelek, BB menurun, mata cekung, ubun – ubun kedalam (pada balita) . keadaan ini merupakan gejala infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit (crown,2009).

Sedangkan menurut Suriadi (2011) tanda dan gejala klinis GE antara lain :

v  Sering Bab dengan konsistensi tinja cair atau encer.

v  Terdapat tanda dan gejala dehidrasi (turgor kulit jelek ,elastisitas kulit menurun ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa mulut dan bibir kering).

v  Kram abdominal.

v   Demam,mual,muntah dan anorxia

v  Badan lemah, pucat dan perubahan TTV (nadi dan napas capat)

v  Urine menurun atau tidak ada pengeluaran (unuria)

 

Dehidrasi merupakan gejala paling umum yang menyertai GE. Pada anak -anak GE dapat ditandai dengan jarang buang air kecil, mulut kering, menangis tanpa mengeluarkan air mata. Pada keadaan dehidrasi berat, anak dapat terlihat cenderung mengantuk, tidak responsive, mata cekung, serta turgor kulit jelek. Sedangkan dehidrasi pada orang dewasa, antara lain kelelahan, badan lemas dan tidak bertenaga, kehilangan nafsu makan, mulut kering, pusing dan nyeri kepala.

 

1.5  Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan pununjang GE menurut Suriadi (2001) adalah :

1.      Riwayat alergi pada obat – obatan atau makanan

2.      Pemeriksaan intubasi duodenum.

3.       Pemeriksaan elektrolit dan creatinin.

4.       Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah.

Adapun Pemeriksaan penunjang yang lain menurut Mansjoer (2000 ) :

Ø  Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis, PH dan kadar gula juga ada intoleransi gula, biakkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji retensi terhadap berbagai antibiotik.

Ø  Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD), elektrolit terutama Na, K, Ca, P Serum pada GE yang disertai kejang.

Ø  Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.

Ø  Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada GE kronik.

1.6  Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis menurut Biddulp and Stace (1999) adalah pengobatan dengan cara pengaturan diet dan pemberian cairan :

a.      GE tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun misalnya air gula, sari buah segar, air teh, kuah sup, ASI dll.

b.      GE dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang mengandung campuran gula dan garam yang disebut larutan rehidrasi oral (LRO). LRO ini dibuat dengan mencampurkan sebungkus garam rehidrasi kedalam 1 liter air .

c.       GE dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intra vena disamping LRO.

d.      Penatalaksanaan keperawatan menurut Nelson (1999) antara lain :

§  Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan enterik termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita.

§  Jas panjangbilaada kemungkinan pencernaran dan sarung tangan bila menyentuh barang terinfeksi.

§  Penderita dan keluarganya diedukasi  mengenal cara perolehan entero patogen dan cara mengurangi penularan

 

1.7 Komplikasi

Beberapa komplikasi dari GE menurut Suriadi (2001) adalah :

1.      Hipokalemia (dengan gejala matiorisme hipotonic otot lemah bradikardi perubahan elektrokardiogram).

2.      Cardiac dysrhythimia akibat hipokalemia dan hipokalsemi .

3.      Hiponatermi

4.      Syok Hipovolemik

5.       Asidosis Dehidrasi

 


 

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

 

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan

a.       Pengkajian

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi, psikal assesment. Kaji data menurut Ambarwati Fitri Respati dan Nasution Nita (2012) adalah :

1.      Identitas pasien/biodata

Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua,pekerjaan dan No telpon

2.      Keluhan utama

 Buang air besar (Bab) lebih dari 3 kali sehari, Bab < 4 kali dan cair (GE tanpa dehidrasi), Bab 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), atau Bab > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila GE berlangsung < 14 hari maka GE tersebut adalah GE akut, sementara apabila langsung selama 14 hari atau lebih adalah GE persisten.

3.      Riwayat penyakit sekarang menurut suharyono (1999:59)

a)      Keadaan umum klien. suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan menuru atau tidak ada, dan kemungkinan timbul GE.

b)      Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.

c)      Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya makin lama makin asam.

d)      Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah GE.

e)      Apabila telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi

f)       Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi.

4.      Riwayat kesehatan

a.       Riwayat imunisasi terutama campak, karena GE lebih sering terjadi atau berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari penurunan kekebalan pada pasien.

b.       Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik) karena factor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab GE

c.       Riwayat penyakit yang terjadi sebelum, selama, atau setelah GE. Informasi diperlukan untuk melihat tanda dan gejala infeksi lain yang menyebabkan GE.

5.      Riwayat nutrisi

Riwayat pola makanan sebelum sakit GE meliputi:

a)      Konsumsi makanan penyebab GE, pantangan makanan atau makanan yang tidak biasa dimakannya.

b)      Perasaan haus. Pada pasien yang GE tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum biasa). Pada dehidrasi ringan/sedang pasen merasa haus dan ingin minum banyak. Sedangkan pada dehidrasi berat, sudah malas minum atau tidak mau minum.

6.      Pemeriksaan fisik

a.       Keadaan umum

v  Baik, sadar (tanpa dehidrasi)

v  Gelisah, (dehidrasi ringan atau sedang)

v   Lesu, lemah ,lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat)

b.      Kulit Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan turgor, yaitu dengan cara mencubit daerah perut atau tangan menggunakan kedua ujung jari (buka kedua kuku). Apabila turgor kembali dengan cepat (Kurang dari 2 detik), berarti GE tersebut tanpa dehidrasi. Apabila turgor kembali dengan lambat (cubit kembali dalam waktu 2 detik), ini berarti GE dengan dehidrasi ringa/sedang. Apabila turgor kembali sangat lambat (cubitan kembali lebih dari 2 detik), ini termasuk GE dengan dehidrasi berat.

c.       Kepala

Pada klien dewasa tidak di temukan tanda – tanda tapi pada anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, biasanya ubun – ubun cekung kedalam.

d.      Mata. Kelopak mata tampak cekung bila dehidrasi berat saja

e.       Mulut dan lidah

Ø  Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi)

Ø  Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang)

Ø  Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)

f.        Abdomen kemungkinan mengalami distensi kram dan bising usus yaitu :

1)      Inspeksi : melihat permukaan abdomen simetris atau tidak dan tanda lain

2)      Auskultasi : Terdengar bising usus meningkat > 30 x/ menit

3)       Perkusi : biasanya Terdengar bunyi tympani / kembung

4)      Palasi :Ada tidak nyeri tekan epigastrium kadang juga terjadi distensi perut.

g.      Anus, apakah terdapat iritasi pada kulitnya

h.      Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam meningkatkan diagnosis yang tepat, sehingga dapat memberikan terapi yang tepat pula. Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada klien yang mengalami GE, yaitu:

ü Pemeriksaan tinja, baik secara mikroskop maupun mikroskopi dengan kultur

ü Test malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (ph, Clini Test) dan lemak.

 

d.      Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang biasa terjadi pada pasen dengan GE dalah yaitu :

1.      Diare berubungan dengan iritasi gastrointestinal ( D.0020)

2.       Nausea berhubungan dengan Gangguan biokimiawi ( D.0076 )

3.      Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)

 

e.       Intervensi

1.   Diare (D.0020)

SIKI : Manajemen Diare (I.03101)

 

   Definisi :Mengidentifikasi dan mengelola diare dan dampaknya.

Observasi

Ø  Identifikasi penyebab diare (inflamasi gastrointestinal, iritasi gastrointestinal)

Ø  Identifikasi Riwayat pemberian makanan

Ø  Identifikasi gejala invaginasi (mis: tangisan keras, kepucatan pada bayi)

Ø  Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi feses

Ø  Monitor tanda dan gejala hypovolemia (mis: takikardia, nadi teraba lemah, tekanan darah turun, turgor kulit turun, mukosa kulit kering, CRT melambat, BB menurun)

Ø  Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah perianal

Ø  Monitor jumlah dan pengeluaran diare

Ø  Monitor keamanan penyiapan makanan

Terapeutik

Ø  Berikan asupan cairan oral (mis: larutan garam gula, oralit, Pedialyte, renalyte)

Ø  Pasang jalur intravena

Ø  Berikan cairan intravena (mis: ringer asetat, ringer laktat), jika perlu

Ø  Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit

Ø  Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu

Edukasi

Ø  Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap

Ø  Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan mengandung laktosa

Ø  Anjurkan melanjutkan pemberian ASI

Kolaborasi

Ø  Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis: loperamide, difenoksilat)

Ø  Kolaborasi pemberian antispasmodik/spasmolitik (mis: papaverine, ekstrak belladonna, mebeverine)

Ø  Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis: atapugit, smektit, kaolin-pektin)

 

2.Nausea (D.0076 )

SIKI :Manajemen Mual :(1.03117)

Observasi

Ø  Identifikasi pengalaman mual

Ø  Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan (mis: bayi, anak-anak, dan mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif)

Ø  Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup (mis: nafsu makan, aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur)

Ø  Identifikasi faktor penyebab mual (mis: pengobatan dan prosedur)

Ø  Identifikasi antiemetik untuk mencegah mual (kecuali mual pada kehamilan)

Ø  Monitor mual (mis: frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan)

Terapeutik

Ø  Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual (mis: bau tidak sedap, suara, dan rangsangan visual yang tidak menyenangkan)

Ø  Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual (mis: kecemasan, ketakutan, kelelahan)

Ø  Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik

Ø  Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau, dan tidak berwarna, jika perlu

Edukasi

Ø  Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup

Ø  Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual

Ø  Anjurkan makanan tinggi karbohidrat, dan rendah lemak

Ø  Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis untuk mengatasi mual (mis: biofeedback, hipnosis, relaksasi, terapi musik, akupresur)

Kolaborasi

Ø  Kolaborasi pemberian obat antiemetik, jika perlu

 

 

f.        Implementasi

a)      Manajemen Diare (1.03101 )

Ø  Identifikasi penyebab diare (inflamasi gastrointestinal, iritasi gastrointestinal)

Ø  Identifikasi Riwayat pemberian makanan

Ø  Identifikasi gejala invaginasi (mis: tangisan keras, kepucatan pada bayi)

Ø  Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi feses

Ø  Monitor tanda dan gejala hypovolemia (mis: takikardia, nadi teraba lemah, tekanan darah turun, turgor kulit turun, mukosa kulit kering, CRT melambat, BB menurun)

Ø  Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah perianal

Ø  Monitor jumlah dan pengeluaran diare

Ø  Monitor keamanan penyiapan makanan

Ø  Berikan asupan cairan oral (mis: larutan garam gula, oralit, Pedialyte, renalyte)

Ø  Pasang jalur intravena

Ø  Berikan cairan intravena (mis: ringer asetat, ringer laktat), jika perlu

Ø  Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit

Ø  Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu

Ø  Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap

Ø  Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan mengandung laktosa

Ø  Anjurkan melanjutkan pemberian ASI

Ø  Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis: loperamide, difenoksilat)

Ø  Kolaborasi pemberian antispasmodik/spasmolitik (mis: papaverine, ekstrak belladonna, mebeverine)

Ø  Kolaborasi pemberian obat pengeras feses (mis: atapugit, smektit, kaolin-pektin)

 

b)      Manajemen Mual :(1.03117)

Ø  Mengidentifikasi pengalaman mual

Ø  Mengidentifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan (mis: bayi, anak-anak, dan mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif)

Ø  Mengidentifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup (mis: nafsu makan, aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur)

Ø  Mengidentifikasi faktor penyebab mual (mis: pengobatan dan prosedur)

Ø  Mengidentifikasi antiemetik untuk mencegah mual (kecuali mual pada kehamilan)

Ø  Memonitor mual (mis: frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan)

Ø  Mengnendalikan faktor lingkungan penyebab mual (mis: bau tidak sedap, suara, dan rangsangan visual yang tidak menyenangkan)

Ø  Mengurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual (mis: kecemasan, ketakutan, kelelahan)

Ø  Memberikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik

Ø  Memberikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau, dan tidak berwarna, jika perlu

Ø  Menganjurkan istirahat dan tidur yang cukup

Ø  Menganjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual

Ø  Menganjurkan makanan tinggi karbohidrat, dan rendah lemak

Ø  Mengajarkan penggunaan teknik non farmakologis untuk mengatasi mual (mis: biofeedback, hipnosis, relaksasi, terapi musik, akupresur)

Ø  Mengkolaborasi pemberian obat antiemetik, jika perlu.

 

 

g.      Evaluasi

Tahap ini merupakan evaluasi dari tindakan keperawatan atau implementasi yang telah dilakukan. Sebagai contoh pada kasus Tn. M hasil evaluasinya yaitu :

a)      Diare  (D.0020 )

SLKI : Eliminasi Fekal ( L.13113 )

 

 Definisi : Proses pengeluaran feses yang mudah dengan kosisten frekuensi dan bentuk feses yang normal.

 

Ekspektasi :Membaik

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Bidup John, 2009. Keperawatan kesehatan anak untuk petugas penyuluhan kesehatan dan bidan desa. Gajah Mada University Press : Yogyakarta.

 Beherman E Richard, dkk. 2012. Ilmu Kesehatan Penyakit Dalam. Vol 2. Edisi 15. EGC :

 

Jakarta. Carpenito. L J, 2010. Hand Book of Nursing Diagnosa. ECG : Jakarta.

 Doenges, Marilynm E. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. EGC : Jakarta.

 

 Suriadi, Rita Yuliani : 2011. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Dalam .Edisi 1. Agung Seto.

 

Jakarta. Ngastiyah, 2015. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Dalam . Edisi 1. EGC, Jakarta

 

Sudaru, Heru. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Balai Penerbit FKUI : Jakarta

 Jurnal Dinas Kesehatan Propvinsi Riau 2019

Renstra Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru 2019


DOWNLOAD FILENYA DISINI

Comments

Popular posts from this blog

DOWNLOAD CONTOH SURAT LAMARAN DAPUR MBG

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. M.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM (HIPERTERMIA)

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE