Gratis Download! Laporan Pendahuluan & Askep Cor Pulmonale (Format MS Word)
LAPORAN
PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS COR PURMONALE
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Cor pulmonal
didefinisikan sebagai perubahan
dalam struktur dan fungsi dari ventrikel kanan yang disebabkan oleh adanya
gangguan primer dari system pernapasan. Hipertensi pulmonal merupakan factor penghubung tersering antara disfungsi paru-paru dan jantung
dalam cor pulmonal. Meskipun cor pulmonal seringkali berlangsung kronis dengan
progress yang lambat, onset akut cor pulmonal dapat memburuk dengan
komplikasi yang dapat mengancam jiwa. Cor pulmonal mempunyai insidensi sekitar
6-7 % dari seluruh kasus penyakit jantung dewasa di Amerika Serikat, dengan
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) karena bronchitis kronis dan emfisema
menjadi penyebab lebih dari 50% kasus cor pulmonale. Sebaliknya, cor pulmonale akut biasanya menjadi kelainan sekunder akibat adanyaemboli paru massif.
Tromboemboli paru akut adalah penyebab paling sering dari corpulmonale akut yang mengancam jiwa pada orang dewasa. Terdapat
sekitar 50.000 angka kematian di Amerika Serikat dalam setahun akibat
emboli paru dan sekitar setengahnyaterjadi dalam satu jam pertama akibat gagal
jantung kanan. Secara global, insidensi cor pulmonale bervariasi antar tiap
negara, tergantung pada prevalensi merokok, polusi udara, dan factor resiko lain
untuk penyakit paru-paru yang bervariasi.
Pulmonary
Heart Disease atau Cor pulmonal didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam struktur dan fungsi ventrikel kanan yang disebabkan oleh gangguan utama dari sistem pernapasan.
Hipertensi paru adalah hubungan umum antara disfungsi paru-paru dan jantung
di cor pulmonal. Penyakit ventrikel
kanan sisi disebabkan oleh
kelainan primer dari sisi kiri ventrikel kanan sisi disebabkan oleh kelainan
primer dari sisi kiri jantung atau penyakit jantung bawaan tidak dianggap
pulmonale cor, tapi pulmonale cor dapat mengembangkan sekunder untuk berbagai
proses penyakit cardiopulmonary. Invalid source specified.
1.2.
Tujuan
a. Menambah
literatur bagi mahasiswa dan mahasiswi dalam memahami tentang penyakit dan tata laksana
keperawatan pada klien serta mengetahui konsep asuhan keperawatan pada klien Cor Pulmonal.
1.3. Manfaat
a. Manfaat
dari penulisan makalah ini yaitu
dapat mengetahui dan memahami lebih spesifik tentang penyakit Cor Pulmonale,
mengetahui penyebab dan factor- faktor
gejala-gejala klinis dari penyakit Cor pulmonal, serta mengetahui dan memahami
Konsep Asuhan keperawatan Pada Klien Cor Pulmunal.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.
Definisi
Menurut WHO
(1963), Definisi Cor Pulmonale adalah: Keadaan patologis dengan di temukannya
hipertrofi ventrikel kanan yang disebabkan oleh kelainan fungsional dan struktur paru. Tidak termasuk
kelainan karena penyakit
jantung primer pada jantung
kiri dan penyakit jantung konginetal ( bawaan ).
Menurut
Braunwahl (1980), Cor Pulmonale adalah: Keadaan patologis akibat hipertrofi/
dilatasi ventrikel kanan yang disebabkan oleh hipertensi pulmonal. Penyebabnya
antara lain: penyakit parenkim paru, kelainan vaskuler paru dan gangguan fungsi
paru karena kelainan thorak tidak termasuk kelainan vaskuler paru yang
disebabkan kelaianan vebtrikel kiri, vitium cordis, penyakit jantung bawaan,
penyakit jantung iskemik dan infark miokard akut.
Menurut
Muttawin (2008) Cor pulmonal merupakan keadaan hipertrofi ventrikel kanan
akibat suatu penyakit yang mengenai fungsi atau struktur jaringan paru, tidak
termasuk didalamnya kelainan jantung kanan akibat kegagalan dari fungsi
ventrikel kiri atau akibat penyakit jantung bawaan.
2.2. Etiologi
Banyak penyakit
yang berhubungan dengan hipoksemia dapat memengaruhi
paru-paru dapat menyebabkan corpulmonal. Secara umum, penyakit cor pulmonal disebabkan oleh:
1.
Penyakit
paru-paru yang merata
Terutama emfisema, bronkhitis kronis (salah satu deretan penyakit
chronic obstructive
pulmonary disease―COPD), dan fibrosis akibat tuberkulosis.
2.
Penyakit pembuluh darah paru-paru
Terutama trombosis dan embolus paru-paru, fibrosis akibat penyinaran menyebabkan
penurunan elastisitas pembuluh darah paru-paru.
3.
Hipoventilasi alveolar menahun adalah semua penyakit yang menghalangi pergerakan dada normal, m isalnya:
a.
Penebalan
pleura bilateral.
b.
Kelainan neuromuskuler, seperti poliomielitis dan distrofi otot.
c.
Kiposkoliosis yang mengakibatkan penurunan kapasistas rongga toraks sehingga
pergerakan toraks berkurang.
2.3. Epidemiologi
Meskipun prevalensi PPOK di Amerika
Serikat terdapat sekitar 15 juta, prevalensiyang tepat dari cor pulmonale sulit untuk ditentukan karena tidak terjadi
pada semua kasus PPOK, pemeriksaan fisik tidak sensitive untuk
mendeteksi adanya hipertensi pulmonal.Cor pulmonal
mempunyai insidensi sekitar
6-7 % dari seluruh kasus
penyakit jantung dewasa di Amerika Serikat, dengan penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK) karenabronchitis kronis dan emfisema menjadi penyebab lebih dari 50% kasus cor pulmonale.Sebaliknya, cor
pulmonale akut biasanya menjadi kelainan sekunder akibat adanyaemboli paru
massif. Tromboemboli paru akut adalah penyebab paling sering dari corpulmonale
akut yang mengancam jiwa pada orang dewasa. Terdapat sekitar 50.000
angkakematian di Amerika Serikat dalam setahun akibat emboli paru dan sekitar setengahnyaterjadi dalam satu jam pertama akibat
gagal jantung kanan.Secara global, insidensi cor pulmonale bervariasi antar tiap negara, tergantung padaprevalensi merokok, polusi udara, dan factor resiko lain untuk penyakit
paru-paru yangbervariasi.
2.4.
Patogenesis
Secara umum cor pulmonal
dibagi menjadi dua bentuk:
1.
Cor Pulmonal Akut
Merupakan dilatasi mendadak
dari ventrikel kanan dan dekompensasi. Etiologi: Terjadinya embolus multipel
pada pare-paru secara
masif di mana secara
mendadak akan menyumbat aliran darah dan ventrikel kanan. Gejala:
a. Biasanya segera disusul oleh kematian
b. Terjadinya dilatas
dari jantung kanan
2.
Cor Pulmonal Kronis
Merupakan bentuk cor pulmonal yang paling sering
terjacli. Dinyatakan sebagai hipertropi ventrikel kanan akibat penyakit
paru-paru atau adanya
kelainan pada toraks, sehingga akan menyebabkan hipertensi dan hipoksia
sehingga terjadi hipertropi
ventrikel kanan.
2.5.Patofisiologi
Pembesaran
ventrikel kanan pada cor pulmonal merupakan fungsi pembesaran atau kompensasi dari peningkatan dalam afterload.
Jika resistensi vaskuler paru-paru meningkat dan tetap meningkat, seperti pada
penyakit vaskuler atau parenkim paru- paru,
peningkatan curah jantung
dan pengerahan tenaga
fisis dapat meningkatkan
tekanan arteri pulmonalis secara bermakna. Afterload
ventrikel kanan secara kronis
meningkat jika volume paru-paru membesar
seperti pada penyakit
COPD yang dikarenakan adanya pernaniangan pernbuluh paru-paru dan kompresi kapiler alveolar.
Penyakit
paru-paru dapat menyebabkan perubahan fisiologis yang pada suatu waktu akan memengaruhi jantung,
menyebabkan pembesaran ventrikel
kanan, dan sering kali berakhir
dengan gagal jantung.
Beberapa kondisi yang menyebabkan
penurunan oksigenasi paru-paru, dapat
mengakibatkan hipoksemia
(penurunan PaO2), hiperkapnia
(pen ingkatan PaCO2), dan insufisiensi ventilasi. Hipoksia dan hiperkapnia akan menyebabkan vasokonstriksi arteri pulmonar dan memungkinkan
penurunan vaskularisasi pull-part' seperti pada emdisema dan emgbli
paru-parti. Akibatnya, akan terjadi peningkatan
tahanan pada sistem sirkulasi pulmonal, sehingga menyebabkan hipertensi
pulmonal. Arterial mean pressure pada paru-paru sebesar 45 mmHg atau lebih dan dapat menimbulkan cor pulmonal.
Ventrikel kanan akan hipertropi dan mungkin diikuti oleh gagal jantung
kanan.
2.6. Manifestasi Klinis
Gejala klinis
yang muncul pada pasien dengan penyakit cor pulmonal adalah:
a.
Sesuai dengan penyakit
yang melatarbelakangi, contohnya COPD akan menimbulkan gejala napas
pendek dan batuk.
b.
Gagal ventrikel kanan: edema, distensi vena leper, organ hati teraba, efusi pleura, ascites, dan murmur jantung.
c.
Sakit kepala, bingung,
dan somnolen terjadi
akibat dari peningkatan PCO.
2.7 Pemeriksaan
Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
Batang
pulmonal dan hilus membesar. Perluasan hilus dapat dihitung dari perbandingan
jarak antara permulaan percabangan pertama arteri pulmonalis utama kanan dan
kiri dibagi dengan diameter transversal toraks. Perbandingan > 0,36
menunjukkan hipertensi pulmonal.
2. Ekokardiografi
Ekokardiografi
memungkinkan pengukuran ketebalan dinding ventrikel kanan. Meskipun perubahan volume tidak dapat
diukur, teknik ini dapat memperlihatkan pembesaran kavitas
ventrikel kanan dalam hubungannya dengan pembesaran ventrikel kiri. Septum
interventrikel dapat tergeser ke kiri.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Berguna
untuk mengukur massa ventrikel kanan, ketebalan dinding, volume kavitas, dan
jumlah darah yang dipompa.
4. Biopsi Paru-paru
Dapat
berguna untuk menunjukkan vaskulitis pada beberapa tipe penyakit vaskuler paru-paru seperti penyakit vaskuler
kolagen, artritis rhematoid, dan granulomatosis wagener.
2.8 Penatalaksanaan
Medis
Tujuan dari penatalaksanaan medis adalah
untuk meningkatkan ventilasi pasien dan mengobati penyakit yang
melatarbelakangi beserta manilestasi dari gagal jantungnya.
Penatalaksanaan
medis secara umum:
1.
Pada pasien dengan penyakit asal COPD:
pemberian 02 sangat dianjurkan untuk memperbaiki pertukaran gas dan menurunkan
tekanan arteri puhnonal serta tahanan vaskuler pulmonal.
2.
Higienis
bronkhial: diberikan obat golongan
bronkodilator.
3.
Jika terdapat gejala gagal jantung:
perbaiki kondisi hipoksemia dan hiperkapnia.
4.
Bed rest, diet rendah sodium,
pemberian diuretik.
5.
Digitalis: bertujuan untuk meningkatkan
kontraktilitas dan menurunkan denyut jantung, selain itu juga mempunyai efek
digitalis ringan
Selain hal tersebut di atas, dianjurkan pula perawatan yang dilakukan di rumah
(home care) karena penatalaksanaan dari penyakit ini berhubungan dengan
pengobatan terhadap penyakit yang menyebabkannya, dan biasanya dalam jangka
waktu yang lama. Pasien dengan COPD dianjurkan untuk menghindari alergen yang
dapat mengiritasi jalan napas.
2.9 Konsep
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a.
Identitas
Kor
pulmonal dapat terjadi pada pasien usia 50 tahun karena sering didapati dengan
kebiasaan sehari-hari yaitu merokok dan terpapar polusi. Hal ini di dasarkan
pada epidemiologi penyakit-penyakit yang menjadi penyebab kor pulmonal, karena hipertensi pulmonal merupakan dampak
dari beberepa penyakit yang menyerang paru-paru. (Wahid & Suprapto, 2013,
hal. 119)
b.
Status Kesehatan saat ini
-
Keluhan Utama : Pasien kesulitan bernafas pada saat berolahraga keras dan ketika berbaring,karena naiknya kebutuhan oksigen.
Batuk produktif karena kondisi pernapasan,emfisema,lelah
karena hipoksia dan gagal jantung,berat badan
naik karena retensi
cairan,denyut jantung naik. (Digiulio, 2014, hal. 107)
-
Alasan Masuk Rumah
sakit : Pasien mengalami
kekurangan oksigen karbonhidroksida naik,he moglobin naik,oksimetri denyut
menunjukkan turunnya saturasi oksigen,bilik jantung kanan membesar,arteri
pulmonalis meluas dan bilik
kanan terlihat pada sinar X dada.
(Digiulio, 2014, hal. 108)
-
Riwayat Penyakit
Sekarang : Pasien dengan Kor
Pulmonal,akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih saat melakukan aktivitas,sesak nafas, nyeri
dada,batuk produktif,wheezing respirasi,sianosis. (Wahid
& Suprapto, 2013, hal. 124)
c.
Riwayat Kesehatan Terdahulu
- Riwayat
penyakit sebelumnya : Riwayat merokok, merupakan penyebab timbulnya kelainan paru
obstruktif kronik, polusi udara (asap dari cerobong- cerobong pabrik di daerah
industri dan asap dari kendaraan bermotor), selain itu juga pernah memiliki riwayat
penyakit PPOK dan hipertensi pulmonal (Wahid & Suprapto, 2013, hal. 125)
-
Riwayat
penyakit keluarga : Pada
banyak kasus kor pulmonale ditemukan pada anggota keluarga tertentu dan
ternyata kekurangan alfa-antripsin memegang peran dalam penentuan predisposisi
terjadinya penyakit paru obstruktif kronik. Riwayat penyakit paru kronik
(bronchitis kronik dan emfisema paru,diantaranya disebabkan. Hemophilis
influenza, pneumococcs, staphylococcus aureus, pseudomonas, klebsiella. (Wahid & Suprapto,
2013, hal. 125)
d.
Pemeriksaan Fisik
-
Keadaan Umum
Kesadaran : Gambaran
dari kondisi pasien yaitu mengalami
sesak nafas, batuk yang
produktif, lelah karena hipoksia dan gagal jantung,wheezing respirasi, sianosis
pada jari,berat badan naik karena retensi cairan, frekuensi pernapasan
menggunakan otot bantu pernafasan. (Digiulio, 2014, hal. 107)
Tanda-tanda vital : Penafasan
: Lebih dari 20 X/menit, Nadi : diatas 100 X/menit
Body system: - Sistem pernafasan : Pada pasien KP pemeriksaan dapat berupa sesak nafas
akibat hipertensi vena pulmonal, wheezing respiration, terlihat penggunaan otot-otot bantu
nafas, dahak , Pemeriksaan auskultasi dapat ditemukan suara nafas yang melemah,
respirasi lebih dari 20 kali per menit (Digiulio, 2014, hal. 107)
-
Sistem kardiovaskuler :
Gangguan paru-paru utama dapat menyebabkan kegagalan jantung. Dan akan
menyebabkan hipertensi paru-paru dan pelebaran bilik jantun kanan.
-
Sistem persarafan : Pada
penderita CP dengan hipertensi pulmonal primer keluhannya berupa mudah pingsan
jika beraktivitas, tingkat kesadaran menurun jika melakukan aktivitas, ditandai
dengan hiperkapnia, gelisah, mudah tersinggung kadang somnolens pada keadaan
yang berat dapat terjadi koma dan kehilangan kesadaran. selain itu penderita CP juga mudah bingung/kurang tanggap.
(Wahid & Suprapto, 2013, hal. 118)
-
Sistem perkemihan :
Penderita CP diberikan diuretik untuk membuang kelebihan cairan pada pasien
dengan cara mengeluarkan natrium melalui pembuangan urin
-
Sistem pencernaan : Pada penderita
CP kebutuhan nutrisi kurang terpenuhi karena penderita CP akan merasa mual
dan muntah.
-
Sistem integument :
Pasien CP akan mengalami edema karena penumpukan cairan di dalam tubuh sehingga
resistensi kulit meningkat. penyebabnya karena
peningkatan tekanan hidrostatik yang diakibatkan karena gagal jantung kanan.
-
Sistem
Muskuloskeletal : Pada penderita CP akan mengalami kondisi
seperti cepat lelah.
-
Sistem endokrin
: Pasien mengurangi konsumsi sodium dalam diet untuk
mengurangi retensi cairan.jika dikonsumsi berlebihan akan merusak
ginjal.
-
Sistem reproduksi :
Pasien penderita CP mengalami hipertrofi dan
dilatasi dari Vertikel kanan sebagai akibat dari hipertensi ( artery )
pulmunal. Sedangkan hipertensi termasuk salah satu penyakit yang mempengaruhi
sistem reproduksi pada laki-laki ( Impoten). Sehingga jika seorang laki-laki menderita CP maka kemungkian akan terjadi penurunan sistem reproduksi.
Sistem penginderaan :
Pada pasien penderita CP akan mengalami sianosis ( kebiruan yang terjadi pada
bibir dan selaput mata karena hemoglobin di daerah kapiler susut,selain itu
mata juga menonjol.
-
Sistem imun : Penderita CP mengalami lelah karena hipoksia selain itu penderita
CP akan mengalami
penurunan imun tubuh karena kandungan nutrisi yang dikonsumsi
berkurang
akibat nafsu makan yang menurun. Serta gangguan ADL yang berhubungan dengan
kelemahan fisik umum dan keletihan.
2.
Diagnosa
Keperawatan
-
Penurunan Curah
Jantung
-
Nause
-
Defisit Nuttrisi
3.
Intervensi
Keperawatan
|
No |
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan &
Kriteria Hasil (SLKI) |
Intervensi
(SIKI) |
|
1. |
Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan Irama Jantung |
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 diharapan Curah
Jantung Kriteria Hasil : -
Kekuatan
nadi perifer -
Lelah -
Dispnea -
Batuk -
Pucat/sianosis |
Perawatan
Jantung Observasi -
Identifkasi
tanda/gejala primer penurunan curah jantung -
Monitor
tekanan darah -
Monitor
intake dan output cairan -
Monitor
saturasi oksigen -
Periksa
tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas Terapeutik -
Posisikan
pasien semi-fowler aau fowler dengan kaki ke bawah atau posisi nyaman -
Fasilitasi pasin dan keluarga untuk modifikasi gaya
hidup sehat -
Berikan
oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94% Edukasi -
Anjurkan
beraktivitas fisik sesuai toleransi -
Anjurkan
berhenti merokok -
Ajarkan
pasien dan keluarga mengukur BB harian
Kolaborasi -
Kolaborasi
pemberian antiaritmia, jika perlu
|
|
2. |
Pola napas tidak efektif b.d
hambatan upaya napas |
Setelah dilakukan Tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan pola napas Kriteria hasil : -
Dispnea -
Frekuensi
napas -
Pengunaan
otot bantu napas
|
Manajemen jalan napas Observasi -
Monitor
pola napas -
Monitor
bunyi napas tambahan Terapeutik -
Pertahankan
kepatenan jalan napas dengan head-tilt -
Posisikan
semi-fowler atau fowler -
Berikan oksigen,jika
perlu -
Berikan
minum hangat Edukasi -
Anjurkan asupan cairan 2000ml/hr -
Ajarkan
Teknik batuk efektif Kolaborasi -
Kolaborasi
pemberian bronkodilator, jika perlu
|
|
3. |
Nausea b.d Gangguan
Biokimiawi |
Setelah di lakukan Tindakan
keperawatan selama 1x24 jam diharapan tingkat nausea Kriteria Hasil : -
Perasaan
ingin muntah -
Nafsu makan
-
Frekuensi
menelan -
Pucat
|
Manajemen Mual Observasi -
Identifikasi
pengalaman mual -
Identifikasi
dampak mual Terhadap kualitas hidup -
Identifikasi
faktor penyebab mual -
Monitor
asupan nutrisi dan kalori Terapeutik -
Kendali
faktor lingkungan penyebab mual -
Kurangi
atau hilangkan keadaan penyebab mual -
Berikan
makanan dalam jumlah kecil dan menarik -
Berikan
makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak berwarna Edukasi -
Anjurkan
istirahat dan tidur yang cukup -
Anjurkan
sering membersihkan mulut , kecuali jika meransang mual Kolaborasi -
Kolaborasi
pemberian antlementik, jika perlu
|
4.
Implementasi
Keperawatan Implementasi adalah fase
Ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan, implementasi
merupakan Langkah keempat dari proses keperawatan yang telah di rencanakan oleh
perawat untuk dikerjakan dalam rangka
membantu klien untuk mencegh,
mengurangi, dan menghilangkan dampak
atau respom yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan
(Ali,2016)
5.
Evaluasi
Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian hasil dari proses penilaian hasil menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari Tindakan. Penilaian proses
menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cor
Pulmonal didefinisikan sebagai perubahan struktur dan fungsi ventrikel kanan
yang disebabkan oleh gangguan primer pada sistem pernapasan. Hipertensi
pulmonal adalah faktor penghubung yang paling umum antara insufisiensi paru dan
jantung pada penyakit jantung paru. Terapi oksigen dapat meningkatkan hemodinamik paru, fungsi ventrikel dan
angka kelangsungan hidup pasien PPOK hipoksia dan penyakit jantung paru.
Beta-2
agonis dan teofilin memiliki fungsi bronkodilator dan memiliki efek
menguntungkan pada fungsi ventrikel kanan dan hemodinamik sirkulasi paru.
Ketika terapi konvensional (seperti
oksigen dan bronkodilator) gagal untuk membalikkan atau mencegah
perkembangan hipertensi pulmonal, vasodilator dapat dipertimbangkan. Namun, vasodilator dapat menghasilkan hipotensi sistemik, mengakibatkan gangguan
pertukaran gas, dan dapat kembali ke vasokonstriksi paru hipoksia.
B.
Saran
Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat
atau calon perawat harus terus meningkatkan kompetensi diri, lebih-lebih yang
berkaitan dengan fenomena kesehatan yang bersifat
spesifik pada sistem
kardiovaskuler, seperti penyakit
Cor pulmonal ini.
PATWAY
Penyakit paru kronik
Hipoksia Kronik
Vasokonstriksi Arteri pilmonalis
Gagal
jantung kanan (Cor Pulmonale
![]() |
|||
Penurunan
kontraksi
Kongesti paru
ventrikel kanan Kongesti hati
![]()
Curah
jantung
Iritasi mukosa GI
Pertukaran gas
![]()
![]()
Nausea
Perfusi jaringan dispnea
Penurunan
curah jantung Pola napas tidak efektif
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan ini dengan judul ’Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien COR Pulmonal”
dengan tepat waktu. Adapun laporan ini dilakukan
sebagai pemenuhan proses pembelajaran Departemen Keperawatan Medikal Bedah.
Selain
itu, pembuatan laporan
pendahuluan ini
juga bertujuan memberikan manfaat yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dan membantu dalam pembuatan laporan sehingga semua dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Selain itu, penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun terhadap kekurangan dalam laporan ini agar selanjutnya penulis dapat memberikan karya yang lebih baik dan sempurna. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pengetahuan para pembaca.

Comments
Post a Comment