DOWNLOAD LAPORAN PENDAHULUAN SISTEM HEMATOLOGI DENGAN DIAGNOSA MEDIS ANEMIA

 

LAPORAN PENDAHULUAN SISTEM HEMATOLOGI  DENGAN DIAGNOSA MEDIS ANEMIA

BAB 1

PENDAHULUAN

A.    Anatomi Fisiologi Darah

Anatomi Fisiologi Darah Darah adalah jenis jaringan ikat, terdiri atas sel-sel (eritrosit, leukosit, dan trombosit) yang terendam pada cairan kompleks plasma, darah membentuk sekitar 8% dari berat total tubuh (Sa’adah, 2018). Volume darah berkisar antara 1/12 – 1/13 ( 8 % ) dari berat badan manusia. Pada dasarnya, darah adalah jaringan ikat yang kompleks di mana sel-sel darah hidup, yang terbentuk dari berbagai macam unsur-unsur pembentuk darah. Darah lebih berat daripada air dan sekitar 5 kali lebih tebal, atau lebih kental daripada air. Fungsi darah sendiri dalam tubuh manusia yaitu :

1.       Membawa gas, nutrisi dan produk sisa metabolisme. Oksigen masuk kedalam darah dalam prau-paru dan diangkut ke sel. Karbon dioksida, yang diproduksi oleh sel, diangkut dalam darah ke paru-paru, dimana ia dikeluarkan. Nutrisi, ion dan air yang dicerna dibawa oleh darah dari saluran pencernaan ke sel, dan produk sisa metabolisme dipindahkan ke ginjal untuk di eliminasi.

2.      Membentuk gumpalan darah (clot). Protein pembekuan membantu membendung kehilangan darah ketika pembuluh darah terluka. Sehingga, darah tidak terus-menerus mengalir keluar dari dalam tubuh.

3.      Transportasi molekul yang diproses oleh tubuh. Sebagian besar zat diproduksi di satu bagian tubuh dan diangkut dalam darah ke bagian lainnya.

4.      Perlindungan terhadap zat asing. Antibodi dalam darah membantu melindungi tubuh dari patogen (zat asing).

5.      Transportasi molekul yang mengatur proses tubuh, seperti hormon dan enzim, tubuh, dimana panas dilepaskan dari darah keluar tubuh melalui pori-pori.

6.      Pengaturan pH dan osmosis. Albumin (protein darah) merupakan penyangga darah yang mempunyai peranan penting terhadap tekanan osmotik darah, dimana tekanan osmotik berperan dalam menjaga kadar air dalam aliran darah.

 Menurut (Wulansari et al., 2019) darah terdiri dari dua bagian yaitu :

1.      Bagian interseluler adalah cairan yang disebut plasma. Komposisi plasma darah terdiri dari 55 % adalah cairan, sedangkan 45 % terdiri dari sel darah, ratio ini dinyatakan dalam nilai “hematokrit” atau volume sel darah yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Serum darah atau plasma darah terdiri atas: Air 91 %, Protein 8 % (albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen), Mineral : 0,9 % (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam kalsium, fosfor, magnesium dan besi), Bahan organik : 0,1 % (glukosa, asam amino, kolesterol, hormon, enzim, gas oksigen dan karbon dioksida dan sel darah). Fungsi plasma darah yaitu :

a.       Mempertahankan tekanan koloid osmotik darah serta asam basa darah.

b.      Mempertahankan asam basa darah.

c.       Berperan dalam pembekuan darah oleh karena adanya unsur fibrinogen dan prothrombin.

d.      Mempunyai peranan dalam pertahanan tubuh oleh karena mengandung faktor immunoglobulin.

e.       Merupakan media sirkulasi elemen-elemen darah.

f.        Media transportasi bahan-bahan organik dan anorganik.

g.      Membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan, menyegarkan cairan jaringan karena melalui cairan ini semua sel tubuh menerima makanannya.

2.      Bagian unsur padat, yaitu Sel darah. Komposisi sel darah terdiri dari : Eritrosit (sel darah merah), Leukosit (sel darah putih), serta Trombosit (keping darah).

a.       Eritrosit (sel darah merah). Eritrosit, atau sel darah merah, berfungsi untuk mengangkut oksigen dalam darah ke semua sel tubuh. Berikut adalah seputar sel darah merah/ eritrosit :

1)      Anucleate. Sel darah merah berbeda dari sel darah lain karena sel darah merah mempunyai inti, yang berarti sel darah merah tidak memiliki nukleus dan mengandung sangat sedikit organel.

2)      Hemoglobin. Hemoglobin, protein yang mengandung zat besi, mengangkut sebagaian besar oksigen yang dibawa dalam darah.

3)       Penampilan mikroskopis. Eritrosit adalah sel kecil, fleksibel yang berbentuk seperti cakram bikonkaf – rata dengan pusat tertekan di kedua sisi terlihat seperti donat mini jika dilihat dengan Mikroskop.

4)      Jumlah sel darah merah. Biasanya berkisar antara 5 juta sel per milimeter kubik darah. RBC (Red Blood Cell) melebihi jumlah WBC (White Blood Cell) sekitar 1000 banding 1 dan merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap viskositas darah.

5)      Darah normal. Secara klinis, darah normal mengandung 12-18 gram hemoglobin per 100 milimeter (ml), kadar hemoglobin sedikit lebih tinggi pada pria (13-18 g/dl) dibandingkan wanita (12-16 g/dl).

b.      Leukosit (sel darah putih). Mempunyai bentuk yang lebih besar dari sel darah merah serta berwarna jernih (tidak berwarna). Jumlahnya lebih sedikit daripada sel darah merah dan mempunyai inti yang berbelah banyak serta protoplasmanya berbutirbutir. Dalam setiap milimeter kubik darah terdapat 6.000 sampai 10.000 sel darah putih.

c.       Trombosit (keping darah). Besarnya lebih kurang 1/3 sel darah merah, berbentuk oval dan tidak berinti serta merupakan sel-sel yang terbesar dalam sumsum tulang. Sekitar 30-40 % dari jumlah trombosit keseluruhan disimpan dalam limpa, sisanya bersikulasi dalam darah dan berdekatan dengan endotelium pembuluh darah, mempunyai peranan dalam penggumpalan darah dengan cara mempertahankan integritas endotelium tubuh.

B.     Konsep Penyakit

a.       Definisi

Anemia adalah keadaan yang ditandai dengan berkurangnya hemoglobin dalam tubuh. Hemoglobin adalah salah satu komponen dalam sel darah merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh (Amalia & Tjiptaningrum, 2019). Oksigen diperlukan oleh jaringan tubuh untuk melakukan fungsinya. Kekurangan oksigen dalam jaringan otak dan otot akan menyebabkan gejala antara lain kurangnya konsentrasi dan kurang bugar dalam melakukan aktivitas. Hemoglobin dibentuk dari gabungan protein dan zat besi dan membentuk sel darah merah/eritrosit. Anemia  merupakan suatu gejala yang harus dicari penyebabnya dan penanggulangannya dilakukan sesuai dengan penyebabnya.

Anemia lebih dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah, dan penyakit ini rentan dialami pada semua siklus kehidupan (balita, remaja, dewasa, bumil, busui dan manula). Anemia didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana rendahnya konsentrasi hemoglobin (Hb) atau hematokrit berdasarkan nilai ambang batas (referensi) yang disebabkan oleh rendahnya produksi sel darah merah (eritrosit) dan hemoglobin, meningkatnya kerusakan eritrosit (hemolisis), atau kehilangan darah yang berlebihan (Noviyanti, 2022). Anemia merupakan keadaan dimana jumlah eritrosit atau hemoglobin dalam darah berkurang sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya dalam membawa O2 dalam jumlah cukup ke jaringan.

b.      Etiologi

Penyebab anemia pada dasarnya ada tiga yaitu kehilangan darah, peningkatan kerusakan sel darah merah (hemolisis), penurunan produksi sel darah merah (Reni, 2019). Masing – masing penyebab ini mencakup sejumlah kelainan yang membutuhkan terapi spesifik dan tepat. Sedangkan menurut (Risadayanti, 2019) etiologi anemia dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelas besar meliputi: kerusakan produksi eritroid sumsum tulang (hipoproliferasi), kerusakan maturasi eritrosit (eritroipoesis yang tidak efektif), dan penurunan daya hidup eritrosit (kehilangan darah dan hemolisis).

c.       Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang sering timbul dari anemia (Sugiharti, 2021) adalah:

1)      Pusing.

2)      Mudah berkunang – kunang.

3)       Lesu.

4)      Aktivitas berkurang.

5)       Rasa mengantuk.

6)       Susah berkonsentrasi.

7)      Cepat lelah.

8)      Prestasi kerja fisik atau pikiran menurun

d.      Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala khas masing – masing pada seseorang penderita anemia (Yulita, 2017) yakni :

1.       Perdarahan berulang atau kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia defisiensi besi.

2.      Ikterus, urin berwarna kuning tua atau coklat, perut mrongkol atau makin buncit pada anemia hemolitik.

3.       Mudah infeksi pada anemia aplastic dan anemia karena keganasan.

Tanda pemeriksaan fisik yang muncul pada seseorang yang terkena anemia secara umum yaitu : pucat, nafas pendek, sering pusing, mata berkunangkunang, nafsu makan turun, pulsus seler, suara pembuluh darah spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik, pembesaran jantung.

e.       Patofisiologi

Zat besi diperlukan untuk hemoposis (pembentukan darah) dan juga diperlukan oleh berbagai enzim sebagi faktor penggiat. Zat besi yang terapat dalam dalam enzim diperlukan untuk mengangkut elektro (sitokrom) untuk mengaktifkan oksigen (Ilahi et al., 2019). Tanda – tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan zat besi (feritin) dan bertambah nya absorbsi zat besi yang digambarkan dengan meningkatnya kapsitas pengikatan besi. Pada tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat besi, berkurangnya jumlah protoporporin yang diubah menjadi heme, dan akan diikuti dengan menurunnya kadar feritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas kurangnya kadar Hb. Bila sebagian dari feritin jaringan sebagian meninggalkan sel akan mengakibatkan konsentrasi feritin serum rendah dengan demikian kadar feritin serum yang rendah akan menunjukkan orang tersebut dalam keadaan anemia. Penurunan jumlah sel darah merah (SDM) dalam sirkulasi, penurunan jumlah hemoglobin (Hb) di dalam SDM, atau kombinasi keduanya, mengakibatkan berkurangnya kapasitas pembawa oksigen dalam darah.

1)      Anemia defisiensi besi: cadangan zat besi yang tidak adekuat, yang menyebabkan insufisiensi Hb (molekul utama dalam SDM), mengakibatkan sel tampak tidak normal, berukuran lebih kecil dari normal (mikrositik), dan pucat (hipokromik).

2)      Anemia akibat penyakit kronis (anemia of chronic disease): menyertai gangguan inflamatorik, infeksius, atau neoplastik yang kronis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anemia memiliki prevalensi 30-90% pada individu yang menderita kanker.

3)       Anemia pernisius (PA): kurangnya faktor instrinsik di dalam perut menyebabkan ketidakmampuan untuk mengabsorpsi vitamin B12 yang menyebabkan pembentukan SDM abnormal.

4)      Anemia aplastik: kegagalan sumsum tulang untuk memproduksi sel, termasuk SDM dan sel darah putih (SDP) serta trombosit.

5)      Anemia hemolitik: penghancuran prematur SDM.

f.        Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnosis anemia adalah (Handayani, 2018) :

·         Pemeriksaan laboratorium : Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen – komponen berikut ini: kadar hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV, dan MCHC), apusan darah tepi.

·         . Pemeriksaan laboratorium non hematologis: Faal ginjal, faal endokrin, asam urat, faal hati, dan biakan kuman.

·         Radiologi: Thorak, bone survey, USG atau linfangiografi.

·          Pemeriksaan sitogenetik.

·         Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = Polymerase Chain Raction, FISH (Fluorescence in Situ Hybridization).

g.      Penatalaksanaan

Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya, yaitu (Nurbadriyah, 2019) :

1.      Cairan dan tranfusi, pemberian cairan IV dan transfusi untuk anemia yang disebabkan oleh kehilangan darah akut. Pada kondisi umum, pertahankan kadar hemoglobin > 7 g/dL, sedangkan pada pasien dengan penyakit kardiovaskular membutuhkan kadar hemoglobin yang lebih tinggi > 8 g/dL

2.      Zat besi, Vitamin B12, dan Folat. Pemberian zat besi, vitamin B12 dan Folat untuk anemia karena kekurangan nutrisi. Suplementasi zat besi secara oral sejauh ini merupakan metode yang paling umum untuk pemenuhan zat besi. Dosis zat besi yang diberikan tergantung pada usia pasien, defisit zat besi, tingkat koreksi yang diperlukan, dan kemampuan untuk mentoleransi efek samping. Efek samping yang paling umum adalah gangguan gastrointestinal seperti sembelit dan tinja berwarna hitam. Untuk individu seperti itu, disarankan mengonsumsi zat besi oral setiap hari, untuk membantu meningkatkan penyerapan Gastrointestinal. Hemoglobin biasanya akan menjadi normal dalam 6-8 minggu, dengan peningkatan jumlah retikulosit hanya dalam 7- 10 hari. Pemberian zat besi melalui jalur IV mungkin bermanfaat pada pasien yang membutuhkan peningkatan kadar yang cepat. Pasien dengan kehilangan darah akut dan berkelanjutan atau pasien dengan efek samping pemberian oral yang tidak dapat ditoleransi.

3.      Transplantasi, anemia yang disebabkan karena cacat pada sumsum tulang dan sel induk seperti anemia aplastik memerlukan transplantasi sumsum tulang.

h.      Klasifikasi

Klasifikasi anemia menurut (Prawiroharjho, 2018) dibagi menjadi tiga, yaitu :

1.      Anemia Hipoproliferasi Lebih dari 75% dari seluruh kasus anemia yang ada, jenis anemia ini yang paling sering dijumpai. Anemia hipoproliferasi disebabkan oleh defisiensi zat besi dan proses inflamasi serta disebabkan oleh gangguan fungsi giinjal dan penurunan kebutuhan jaringan O2 pada penyakit metabolic seperti hipotiroidism.

2.      Anemia karena Gangguan Maturasi Eritrosit Anemia ini ditandai dengan indeks produksi retikulosit yang rendah, morfologi eritrosit makro atau mikrositosis pada pemeriksaan sel darah tepi. Gangguan maturasi eritroosit dapat disebabkan oleh defisiensi vitamin B12, defisiensi asam folat, obat-obatan (golongan sitostatika, methotrexate dan alkylating agents), mielodisplasia, alkohol, defisiensi zat besi berat dan sintesis hemoglobin abnormal.

3.       Anemia karena Perdarahan dan Hemolisis Anemia ini ditandai dengan indeks produksi eritrosit ≤ 2,5 kali dari normal yang disebabkan oleh kelainan intrinsik dan kelainan ekstrinsik. Kelainan intrinsik seperti herider dan dapat digolongkan dalam efek membrane, defek metabolik dan defek hemoglobin sedangkan kelainan ekstrinsik akibat faktor dari luar yang biasanya didapat.

Tabel  Derajat Anemia Sesuai Kadar Hemoglobin menurut WHO

Klasifikasi Anemia

Batasan Hemoglobin (gr/dL)

Normal

12 - 14

Sedang

13-9

Ringan

8-6

Berat 

6-5

Sangat berat

<5

(Sumber : (Sinaga, 2020))

i.         Komplikasi

Komplikasi anemia menurut (Abdulsalam & Daniel, 2016) adalah:

a.       Kelelahan berat, bila anemia cukup parah seseorang mungkin merasa sangat lelah sehingga tidak bisa menyelesaikan tugas sehari – hari.

b.      Komplikasi kehamilan, wanita hamil dengan anemia defisiensi folat mungkin lebih cenderung mengalami komplikasi, seperti kelahiran prematur.

c.        Masalah jantung, anemia dapat menyebabkan detak jantung cepat atau ireguler (aritmia). Bila seseorang menderita anemia, jantung harus memompa lebih banyak darah untuk mengimbangi kekurangan oksigen dalam darah menyebabkan jantung membesar atau gagal jantung.

d.      Kematian, beberapa anemia turunan seperti anemia sel sabit bisa menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa. Kehilangan banyak darah dengan cepat mengakibatkan anemia dan berat dan bisa berakibat fatal.

j.        Dampak

Dampak yang terjadi pada seorang penderita anemia (Nurrahman et al., 2020) yaitu :

§  Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.

§  Mengganggu pertumbuhan sehingga TB tidak optimal.

§  Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak.

§  Meningkatkan resiko menderita infeksi karena daya tubuh menurun.

§  Kesulitan melakukan aktivitas akibat kelelahan.

§   Masalah pada jantung, seperti gangguan irama jantung (aritmia).

§   Gangguan pada paru-paru, seperti hipertensi pulmonal.

C.    Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anemia

v  Pengkajian Pada Pasien Anemia

Adalah tahapan awal dari proses asuhan keperawatan dan merupakan suatu proses sistematik dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengindentifikasi status kesehatan pasien, data yang di kumpulkan ini meliputi biopsikososial dan spiritual. Dalam proses pengakajian ada dua tahap yaitu pengumpulan data dan analisa data.

1.      Pengumpulan Data

Pada tahap ini merupakan kegiatan dalam menghimpun data atau informasi dari pasien yang meliputi bio-psiko-sosial serta spiritual yang secara komprehensif secara lenngkap dan relevan untuk mengenal pasien terkait status kesehatan sehingga dapat memberi arah untuk melaksanakan tindakan keperawatan (Zalukhu, 2020).

a)      Identitas

Identitas meliputi : nama pasien, usia pasien, jenis kelamin (pasalnya yang sering atau dominan terkena anemia adalah perempuan salah satu alasannya adalah karena wanita mengalami perdarahan setiap bulannya saat menstruasi) agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, nomor rekam medik, dan dignosa medis (Yuniarti & Zakiah, 2021).

b)      Keluhan Utama

Keluhan yang sering dirasakan oleh pasien anemia yaitu pusing, mudah berkunang – kunang, lesu, lemah, letih, lelah, kerja fisik atau pikiran menurun (Dewiyanti, 2021).

c)      Riwayat Penyakit Dahulu Pengkajian riwayat kesehatan dahulu yang mendukung dengan melakukan serangkaian pertanyan, meliputi : apakah memiliki riwayat penyakit dahulu yang pernah di alami, pada pasien anemia baiknya dikaji apakah pernah memiliki riwayat kehilangan darah kronik contohnya perdarahan GI kronis atau pada perempuan pernah mengalami menstruasi berat, kemudian apakah pernah di rawat di rumah sakit sebelumnya, pengobatan yang pernah di lakukan, dan riwayat alergi (Zahra, 2019).

d)      Genogram Hal ini adalah data yang meliputi grafik keluarga dan hubungan keluarga.

e)       Pemeriksaan Fisik

§  B1 (Sistem pernapasan)

Adanya dispnea atau takipnea ( kurangnya oksigen didalam dalam tubuh, akibat kekurangan sel darah merah). Kemungkinan vokal vremitus menurun akibat kualitas pernapasan buruk karena adanya dispnea/ takipnea sehingga taktil vremitus mengindikasi ada udara pada ruang pleura atau paru (Dewi, 2021).

§  B2 (Sistem kardiovaskuler)

 Adanya hipotensi, hemoraghi subkutan, hematoma, denyut nadi perifer melemah, hampir tidak teraba, irama nadi ireguler, adanya petekie pada permukaan kulit, bunyi jantung abnormal, tekanan darah terjadi penurunan sistolik dan diastolik (Handayani, 2018).

§  B3 (Sistem persyarafan)

Kesadaran biasanya compos mentis, sakit kepala, perubahan tingkat kesadaran, gelisah dan ketidakstabilan vasomotor (Fitriani, 2020).

§  B4 (Sistem perkemihan)

 Adanya hematuria (kondisi di mana urin mengandung darah atau sel-sel darah merah. Keberadaan darah dalam urin biasanya akibat perdarahan di suatu tempat di sepanjang saluran kemih, kemungkinan ada nyeri tekan pada kandung kemih karena distensi sebagai bentuk komplikasi (Nuari, 2018).

§  B5 (Sistem pencernaan)

Pasien biasanya mengalami mual, muntah, serta penurunan nafsu makan karena anemia sendiri menyebabkan pengantaran oksigen ke seluruh tubuh menjadi terganggu sehingga menimbulkan pusing atau vertigo, gejala vertigo dapat berupa kepala pusing berputar, disertai telinga berdenging, mual, dan muntah. Kemudian mengalami peningkatan lingkar abdomen akibat pembesaran limpa. Adanya hematemesis dan melena, nyeri tekan abdomen, splenomegali, pendarahan pada saluran cerna. Bunyi pekak deteksi adanya pendarahan pada daerah dalam abdomen, terdengar bising usus menurun normal 5-12x/menit (Lina Berliana Togatorop, 2021).

§  B6 (Sistem musculoskeletal)

Kemungkinan adanya nyeri otot sendi dan punggung, aktivitas mandiri terhambat, atau mobilitas dibantu sebagian akibat kelemahan. Toleransi terhadap aktivitas sangat rendah (Septiani, 2022).

2.      Diagnosis Keperawatan Pada Pasien Anemia

Diagnosis keperawatan yang mungkin ada dalam penyakit Anemia (Wiwik Handayani, 2018) antara lain :

a.       Perfusi Perifer Tidak Efektif b/d Penurunan Konsentrasi Hemoglobin (SDKI D.0009 Hal.37)

b.       Nausea b/d Iritasi Lambung (SDKI D.0076 Hal.170)

c.       Intoleransi Aktivitas b/d Kelemahan (SDKI D.0056 Hal.128)

d.      Defisit pengetahuan b/d Kurang Informasi (SDKI D.0111 Hal.246)

e.       Resiko Infeksi d/d Ketidakadekuatan Pertahanan tubuh Sekunder Penurunan Hemoglobin (SDKI D.0142 Hal.304)

f.        Resiko Jatuh d/d Anemia (SDKI D. 0143 Hal.306)

3.      Intervensi Keperawatan Pada Pasien Anemia.

Tabel Intervensi keperawatan pada pasien anemia.

Diagnosa keperawatan

Tujuan dan kriteria hasil

Intervensi

Perfusi Perifer Tidak Efektif b/d Penurunan Konsentrasi Hemoglobin (SDKI D.0009)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan Perfusi Perifer (L.02011) meningkat dengan Kriteria hasil:

1.      Denyut nadi perifer meningkat

2.      Kelemahan otot menurun

3.       Pengisian kapiler membaik

4.      Akral membaik

5.       Turgor kulit Membaik

6.      Tekanan darah dan tekanan arteri rata-rata membaik

Perawatan Sirkulasi (I. 02079)

1.      Periksa tanda dan gejala hypovolemia (mis. tekanan darah menurun, frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, membrane mukosa kering, haus, lemah). Rasional: untuk mengetahui data dasar perkembangan pasien.

2.      Monitor intake dan output cairan. Rasional: untuk memantau intake dan output.

3.      Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak. Rasional: untuk meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah kontraktur.

4.      Kolaborasi pemberian cairan IV. Rasional: untuk memberikan hidrasi cairan tubuh secara parenteral.

5.      Kolaborasi pemberian tranfusi darah. Rasional: untuk membantu pasien meningkatkan kadar Hb.

Nausea b/d Iritasi Lambung (SDKI D.0076)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan Tingkat Nausea (L.12111) menurun dengan Kriteria hasil:

1.       Nafsu makan menjadi meningkat

2.      Keluhan mual menjadi menurun

3.       Pucat menjadi membaik

Manajamen Mual (I. 03117)

1.      Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup (nafsu makan). Rasional: untuk mengidentifikasi pengaruh mual terhadap kualitas hidup pasien.

2.       Monitoring mual (frekuensi, durasi, tingkat keparahan). Rasional: untuk mengetahui tingkat mual yang dialami oleh pasien.

3.       Monitoring asupan nutrisi. Rasional: untuk menjaga nutrisi pasien agar dapat terpenuhi, serta mencegah terjadinya mual muntah berlanjut.

4.      Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual (bau, suara, dan rangsangan tidak menyenangkan). Rasional: untuk meminimalkan dampak yang mengakibatkan mual.

5.      Anjurkan TKTP (tinggi kalori tinggi protein). Rasional: untuk menjaga nutrisi pasien agar tetap terpenuhi.

6.      Anjurkan istirahat tidur yang cukup. Rasional: untuk menjadikan kondisi  pasien lebih baik dan melupakan mual.

7.       Kolaborasi pemberian obat antlemetik. Rasional: agar dapat memblok reseptor mual dan mengurangi rasa mual.

Intoleransi Aktivitas b/d Kelemahan (SDKI D.0056)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan Toleransi Aktivitas (L.05047) meningkat dengan Kriteria hasil:

1.      Saturasi oksigen meningkat

2.       Frekwensi Nadi meningkat

3.       Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari hari meningkat

4.       Kekuatan tubuh atas dan bawah meningkat

5.      Dyspnea saat dan setelah melakukan aktivitas menurun

6.      Perasaan lemah menurun

7.      Warna kulit membaik

Manajemen Energi (I.05178)

1.      Identifikasi deficit tingkat aktivitas. Rasional: untuk menelaah kemampuan aktivitas pasien.

2.      Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu. Rasional: untuk mengetahui faktor yang dapat meningkatkan kemampuan aktivitas pasien.

3.      Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan. Rasional: untuk membantu mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan.

4.      Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas. Rasional: untuk memberikan dukungan terhadap kegiatan rehabilitasi.

5.      Monitor respon emosional, fisik, social, dan spiritual terhadap aktivitas. Rasional: untuk mengurangi resiko kelelahan saat beraktivitas.

6.      Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulansi, mobilisasi, dan perawatan diri), sesuai kebutuhan. Rasional: untuk memberikan bantuan kepada pasien saat akan melakukan mobilisasi.

Defisit pengetahuan b/d kurang informasi (SDKI D.0111)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan Tingkat Pengetahuan (L.12111) membaik dengan kriteria hasil :

1.      Perilaku pasien sesuai dengan yang di anjuran meningkat

2.      Minat pasien dalam belajar meningkat

3.       Kemampuan pasien menjelaskan pengetahuan tentang penyakitnya meningkat

4.      Kemampuan pasien menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan penyakitnya meningkat

Edukasi Kesehatan (I.12383)

1.      Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi. Rasional: untuk mengetahui kemampuan/ kesiapan pasien dalam menerima informasi

2.      Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat. Rasional: untuk mengetahui faktor yang dapat meningkatkan/ menurunkan motivasi hidup sehat px.

3.      Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan. Rasional: untuk memberikan pengetahuan cara menjaga kesehatan.

4.       Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan. Rasional: untuk memberikan

pengetahuan cara menjaga kesehatan lebih lanjut

5.       Berikan kesempatan untuk bertanya. Rasional: untuk mengetahui pemahaman px tentang materi yang diberikan.

6.      Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan. Rasional: untuk mengurangi resiko yang dapat memperberat keadaan px.

7.       Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat Rasional: untuk memberikan pengetahuan PHBS lebih lanjut.

Resiko Infeksi d/d Ketidakadekuatan Pertahanan tubuh Sekunder Penurunan Hemoglobin (SDKI D.0142)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan Tingkat Infeksi (L.14137) menurun dengan Kriteria hasil :

1.       Kebersihan dan nafsu makan meningkat

2.      Demam menurun

3.       Periode malaise menurun

4.       Kadar sel darah putih membaik

Pencegahan Infeksi (I.14137)

1.       Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik. Rasional: untuk mencegah terjadinya infeksi.

2.       Batasi jumlah pengunjung. Rasional: untuk meminimalkan terjadinya penyebaran innfeksi.

3.       Berikan perawatan kulit pada daerah edema. Rasional: untuk menjaga kulit agar tetap bersih.

4.      Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien. Rasional: untuk mengurangi resiko kontaminasi mikroorganisme.

5.       Pertahankan teknik aseptik pada psien beresiko tinggi. Rasional: untuk menghindari infeksi pada pasien

Resiko Jatuh d/d Anemia (SDKI D. 0143)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan Tingkat Jatuh (L.14138) menurun dengan Kriteria hasil :

1.      Jatuh dari tempat tidur menurun

2.      Jatuh saat berdiri menurun

3.      Jatuh saat duduk menurun

4.      Jatuh saat berjalan menurun

Pencegahan Jatuh (I. 14540)

1.      Identifikasi faktor resiko jatuh. Rasional: untuk mengetahui factor yang dapat menyebabkan jatuh.

2.       Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan resiko jatuh. Rasional: untuk mengetahui situasi lingkungan sekitar pasien yang dapat menyebabkan jatuh.

3.       Pastikan roda tempat tidur dalam kondisi terkunci. Rasional: untuk mecegah pasien jatuh dari tempat tidur.

4.      Tempatkan pasien beresiko tinggi jatuh dekat dengan pemantauan perawat. Rasional: agar perawat dapat melakukan pemantaun dengan jarak  dekat.

5.       Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien. Rasional: untuk memudahkan px apabila mebutuhkan bantuan perawat.

 

 

4.      Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan asuhan keperawatan tim perawat melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan proses perencanaan keperawatan yang disusun sesuai dengan diagnosis keperawatan yang muncul pada pasien.

5.      Evaluasi

Dilaksanakan suatu penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan atau dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang ingin dicapai, pada bagian evaluasi ditentukan apakah perencanaan sudah tercapai atau belum, dapat juga akan timbul masalah baru pada pasien sesuai dengan kondisi situasional pasien setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapakan seluruh masalah keperawatan yang muncul dapat teratasi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Abdulsalam, M., & Daniel, A. (2016). Diagnosis, Pengobatan dan Pencegahan Anemia Defisiensi Besi. Sari Pediatri, 4(2), 74. https://doi.org/10.14238/sp4.2.2002.74-7

 Amalia, A., & Tjiptaningrum, A. (2019). Diagnosis dan Tatalaksana Anemia Defisiensi Besi Diagnosis and Management of Iron Deficiency Anemia. Majority, 5, 166–169.

 Dewi, N. K. K. (2021). STATUS GIZI DAN KEPATUHAN MENGONSUMSI TABLET TAMBAH DARAH DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL.

Dewiyanti, S. (2021). Manajemen Asuhan Kebidanan pada Wanita Subur dengan Anemia. 1–23.

Fitriani, I. S. (2020). Refocusing Prolem Ibu Hamil. In Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents.

Handayani, W. (2018a). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi.

Handayani, W. (2018b). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem Hematolog.

Ilahi, K., Gizi, J., Kementrian Kesehatan Palembang, P., & Selatan, S. (2019). Pemberian Jus Kurlapa Dalam Meningkatkan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri Yang Anemia Di Ma Al-Mu’Aawanahogan Ilir the Effect of Kurlapa Juice To Improving Hemoglobin Level in Anemia Teenager At Ma Al Mu’Aawanah Ogan Ilir. JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang, 14(1), 2654–3427.

Lina Berliana Togatorop. (2021). Keperawatan Sistem Imun Hematologi.

Noviyanti, N. I. (2022). Available at http://jurnal.borneo.ac.id/index.php/jpmb Masa remaja adalah fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang individu

Nuari, N. A. (2018). Gangguan Sistem Perkemihan & Penatalaksanaan Keperawatan. 89

Nurbadriyah, W. D. (2019). Anemia Defisiensi Besi.

Nurrahman, N. H., Anugrah, D. S., Adelita, A. P., Sutisna, A. N., Detianingsih, D., Ovtapia, D., Maisaan, F., Wahyudi, K., Nurshifa, G., Sari, H. E., Azrah, M., Hidayat, M. S., Putri, N. J., & Arfah, C. F. (2020). Faktor dan Dampak Anemia pada Anak-Anak, Remaja, dan Ibu Hamil serta Penyakit yang Berkaitan dengan Anemia. Journal of Science, Technology and Entrepreneur, 2(2), 46–50.

 Prawiroharjho. (2018). Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi (1st ed.). Yayasan Bina Pusaka.

Reni Yuli Astutik, D. E. (2019). Anemia dalam Kehamilan (1st ed.).

 Risadayanti. (2019). hubungan antara anemia dengan pengaruhnya terhadap indeks prestasi belajar siswi kelas XI SMAN.

Sa’adah, S. (2018). SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA.

Septiani, D. (2022). PATOLOGI GERAK DAN SENDI (I). Anggota IKAPI.

Sinaga, F. N. P. (2020). Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III Di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor Tahun 2019. Jurnal Ilmiah Kohesi, 4(4), 67–81.

Sugiharti. (2021). PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN BOOKLET ANEMIA TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DALAM MENCEGAH ANEMIA DI SMP N 2 BANJAR.

 Tim Pokja SDKI DPP. (2017). standar diagnosa keperawatan indonesia (I cetakan). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

 Wiwik Handayani, A. S. H. (2018). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Salemba Medika.

Wulansari, R., Wahdaniah, W., & Suwono, S. (2019). Perbedaan Nilai Masa Pembekuan Darah (Clotting Time) dengan Menggunakan Tabung Kaca dan Tabung Plastik Metode Lee and White. Jurnal Laboratorium Khatulistiwa, 2(2), 64. https://doi.org/10.30602/jlk.v2i2.333

 Yulita, S. &. (2017). HUBUNGAN USIA KEHAMILAN DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS POASIA KOTA 90 KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2017.

Yuniarti, & Zakiah. (2021). Anemia pada remaja putri di Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru. Jurnal Inovasi Penelitian, 2(7), 2253–2262.

Zahra, R. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Kasus Hematologi.

 Zalukhu, J. (2020). Pengkajian Dalam Proses Keperawatan Sebagai (pp. 1–11).


DOWNLOAD FILENYA DISINI

Comments

Popular posts from this blog

DOWNLOAD CONTOH SURAT LAMARAN DAPUR MBG

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. M.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM (HIPERTERMIA)

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE