UNDUH FILE WORD LAPORAN PENDAHULUAN KENYAMANAN DIAGNOSA CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)
LAPORAN PENDAHULUAN
KENYAMANAN
DENGAN DIAGNOSA CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kenyamanan
merupakan suatu keadaan seseorang merasa sejahtera atau nyaman baik secara
mental, fisik maupun sosial. Gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang
senang, lega, dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan, dan
sosial (SDKI, 2016). Gangguan rasa nyaman menyebabkan pasien merasakan gelisah,
gangguan pola tidur dan merupakan alasan utama pasien datang memeriksakan
kesehatannya ke pelayanan kesehatan (Hidayat, 2020).
Secara
umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri
adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial, atan menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan. Setiap individu pasti pernah mengalami nyeri dalam ungkatan tertentu. Nyeri merupakan alasan yang
paling umum orang mencari perawatan kesehatan, Walaupun merupakan salah satu
dari gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah
satu yang paling sedikit dipahami. Individu yang merasakan nyeri merasa
menderita dan mencari upaya untuk menghilangkannya.
Nyeri
ialah kondisi perasaan tidak menyenangkan yang bersifat sangat subjektif karena
perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya dan
hanya orang tersebut yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi nyeri yang
dialaminya. Nyeri tidak hanya berupa masalah secara fisik tetapi bersifat
multidimentional yaitu mempengaruhi secara sosial, psikologis, dan spiritual
sehingga akan mempengaruhi dari kualitas kehidupan pasien seperti gangguan
tidur, cemas, merasakan kelelahan, perasaan depresi dan lainnya (Prihanto &
Retnani, 2020).
Perawat
meggunakan berbagai intervensi untuk dapat menghilangkan nyeri tersebut dan
mengembalikan kenyamanan klien. Perawat tidak dapat melihat dan merasakan nyeri
yang dialami oleh klien karena nyeri bersifat subjektif. Nyeri dapat dickspresikan
melalui menangis, pengutaraan, atau isyarat perilaku Nyeri yang bersifat
subjektif membuat perawat harus mampu dalam memberikan asuhan keperawatan
secara holistic dan menanganinya.
B.
TUJUAN
1. Mengetahui pengertian
kebutuhan dasar
2. Mengetahui anatomi
fisiologi nyeri
3. Mengetahui klasifikasi
nyeri
4. Mengetahui etiologi
nyeri
5. Mengetahui
manifestasi klinis nyeri
6. Mengetahui
patofisiologi nyeri
7. Mengetahui
komplikasi nyeri
8. Mengetahui
penatalaksaan nyeri
9. Mengetahui
pemeriksaan penunjang nyeri
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Pemenuhan Kebutuhan
Dasar
1. Pengertian Kebutuhan dasar
Nyaman adalah keadaan ketika individu mengalami sensasi yang
tidak menyenangkan dalam merespons terhadap sesuatu rangsangan yang berbahaya. Nyeri merupakan kondisi berupa
perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat sangat subjektif. Perasaan nyeri
pada setiap orang berbeda dalam hal skala ataupun tingkatannya, dan hanya orang
tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialaminya. (Tetty, 2015).
Nyeri akut adalah pengalaman sensori
dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual
atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan (International
Association fol the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dan dengan durasi kurang dari 3 bulan (Nanda I 2018). Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang
digambarkan sebagai suatu kerusakan (International Association fol the Study of
Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat,
terjadi konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dan berlangsung lebih dari tiga (>3) bulan (Nanda, 2018).
2. Anatomi Fisiologi
Reseptor nyeri (nosireceptor) adalah organ tubuh yang
berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan adalah ujung
saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terdapat pada stimulus kuat yang
secara potensial merusak.
a.
Mekanik (mekano sensitif) : Kerusakan ujung saraf bebas akibat trauma
karena benturan atau gerakan.
b.
Thermis (thermo sensitif) : Rangsangan panas atau dingin yang berlebihan.
c.
Kimia (khemo sensitif) : Rangsangan zat kimia berupa bradikinin, serotinin,
ion kalium, asam, prostaglandin, asetilkolon, dan enzim proteolitik.
3.
Klasifikasi Nyeri
1.
Menurut lokasinya:
a)
Perifer pain : Daerah perifer (kulit & mukosa)
b)
Deep pain : Somatik (periosteum/lapisan luar tulang, otot, sendi/tendon,
pembuluh darah)
c)
Viseral / splanik pain : Organ viseral (renal colik, cholesistisis/radang
kandung empedu, apendisitis, ulkus gaster)
d)
Reffered pain : Penyakit organ / struktur tubuh (vertebrata, viseral, otot),
ditransmisikan di bagian tubuh lain.
e)
Psykogenik pain : Tanpa penyebab organik, tapi karena trauma psikologis.
f)
Phantom pain : Pada bagian tubuh yang sebenarnya sudah tidak ada. Contohnya
yaitu nyeri pada kaki yang sudah diamputasi.
g)
Intractable pain : Nyeri yang resisten (melawan)
2.
Menurut serangannya
a.
Nyeri akut : mendadak, berlangsung < 3 bulan, intensitas berat, area
dapat diidentifikasi, karakteristik ketegangan otot meningkat, dan cemas.
b.
Nyeri kronis : Berlangsung > 3 bulan, intensitas ringan hingga berat,
sumber nyeri tidak diketahui dan sulit dihilangkan, sensasi difus (menyebar).
3.
Menurut sifatnya
a.
Insidentil : Timbul sewaktu-waktu lalu menghilang, contohnya yaitu trauma
ringan.
b.
Stedy : Menetap dan dalam waktu yang lama, contohnya yaitu abses.
c.
Paroximal : Intensitas tinggi dan kuat, ± 10-15 menit lalu hilang dan
timbul lagi.
4. Etiologi
a.
Lingkungan
b.
Umur
c.
Jenis kelamin
d.
Kelelahan
e.
Budaya
f.
Ansietas
g.
Gaya koping
h.
Pengalaman sebelumnya
i.
Dukungan keluarga dan sosial
5. Manifestasi Klinis
a. Nyeri Akut
·
Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
·
Menunjukan kerusakan
·
Gangguan tidur
·
Muka dengan ekspresi nyeri
·
Tingkah laku ekspresif (Gelisah, merintih, nafas panjang,
mengeluh)
·
Posisi untuk mengurangi nyeri
·
Penurunan Tanda-tanda vital
b. Nyeri Kronis
·
Perubahan berat badan
·
Melaporkan secara verbal dan non verbal
·
Menunjukan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada
diri sendiri
·
Kelelahan
·
Perubahan pola tidur
·
Takut cedera
·
Interaksi dengan orang lain menurun
6. Patofisiologi
1. Nyeri diawali dengan kerusakan
jaringan (tissue damage), dimana jaringan tubuh yg cedera melepaskan zat kimia inflamatori (excitatory
neurotransmitters), (histamine dan bradykinin) sebagai vasodilator yg kuat ®
edema, kemerahan dan nyeri dan menstimulasi pelepasan prostaglandins.
2. Transduksi (transduction) :
perubahan energi stimulus menjadi energi elektrik, ®
proses transmisi (transmission) yakni ketika energi listik mengenai nociceptor
dihantarkan melalui serabutsaraf A dan C dihantarkan dengan cepat ke substantia
gelatinosa di dorsal horn dari spinal cord ®
ke otak melalui spinothalamic tracts ® thalamus dan pusat-pusat yg
lebih tinggi termasuk reticular formation, limbic system, dan somatosensory
cortex.
3. Persepsi (perseption) : otak
menginterpretasi signal, memproses informasi dr pengalaman, pengetahuan,
budaya, serta mempersepsikan nyeri ® individu mulai menyadari
nyeri.
4. Modulasi (modulation) : saat
otak mempersepsikan nyeri, tubuh melepaskan neuromodulator, seperti opioids
(endorphins and enkephalins), serotonin, norepinephrine & gamma
aminobutyric acid ® menghalangi /menghambat
transmisi nyeri & membantu menimbulkan keadaan analgesik, & berefek
menghilangkan nyeri.
PATHWAY
7. Komplikasi
a. Edema pulmonal
b. Kejang
c. Masalah mobilisasi
d. Hipertensi
e. Hipertermi
f.
Gangguan pola istirahat dan tidur
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
·
Monitor tanda-tanda vital
·
Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
·
Distraksi dan ajarkan teknik relaksasi
·
Kompres hangat
b. Penatalaksanaan Medis
·
Pemberian obat Analgetik
Obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara
total. Seseorang yang mengonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar.
·
Pemberian obat ANS (Anti inflamasi non steroid)
Aspirin dan Ibuprofen mengurangi nyeri dengan cara bekerja di
ujung saraf perifer pada daerah luka dan menurunkan tingkat mediator inflamasi
yang dihasilkan luka.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan dengan skala
nyeri
b. Pemeriksaan USG untuk data
penunjang apabila ada nyeri tekan di abdomen
c. Rontgen untuk mengetahui
tukang dalam yang abnormal
d. Pemeriksaan laboratorium
sebagai data penunjang pemeriksaan fisik lainnya
e. CT-Scan mengetahui adanya
pembuluh darah yang peah diotak
f.
EKG
g. MRI
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat
Keperawatan
1. Riwayat
Penyakit Sekarang
Lingkungan,
kebisingan mempengaruhi rasa aman dan nyaman. Lingkungan pasien mencakup semua
faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi atau berakibat terhadap
kehidupan atau kelangsungan hidup pasien. Keamanan yang ada dalam lingkungan
ini akan mengurangi insiden terjadinya penyakit dan cedera yang akan
mempenngaruhi rasa aman dan nyaman pasien.
b. Riwayat
Penyakit Dahulu
Trauma
pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas operasi/bedah menyebabkan terjadinya
kerusakan jaringan dan iritasi secar langsung pada reseptor sehingga mengganggu
rasa nyaman pasien.
c. Riwayat
Penyakit Keluarga
Riwayat
ini bisa dapat menyebabkan gangguan rasa aman dan nyaman, karena dengan adanya
riwayat penyakit maka klien akan beresiko terkena penyakit sehingga menimbulka
rasa tidak nyaman seperti nyeri.
d. Perilaku
non verbal : Beberapa perilaku non
verbal yang dapat kita amati antara lain ekspresi wajah, gemeretak gigi,
menggigit bibir bawah, dll.
e. Kualitas
: Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dan nyeri. Anjurkan
pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui.
f.
Faktor presipitasi :
Beberapa faktor presipitasi yang meningkatkan nyeri antara
lain lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba.
g. Intensitas
: Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan, atau dapat
menggunakan skala dari 0-10.
h. Waktu
dan lama : Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri mulai, berapa lama,
bagaimana timbulnya, juga interval tanpa nyeri, kapan nyeri terakhir timbul.
i.
Karakteristik nyeri
(PQRST)
P
(provokatif) : faktor yang
mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri
Q
(quality) : seperti apa nyeri
tersebut (tajam, tumpul, atau tersayat)
R
(region) : daerah perjalanan nyeri
S
(Skala nyeri) : keparahan/intensitas
nyeri
T
(time) : lama/waktu serangan/frekuensi nyeri
Pengkajian
Skala Nyeri
·
Skala nyeri 1-3 nyeri
ringan (masih bisa ditahan, aktivitas tak terganggu)
·
Skala nyeri 4-6 nyeri
sedang (mengganggu aktivitas fisik)
·
Skala nyeri 7-10 nyeri berat
(tidak dapat melakuka aktivitas secara mandiri)
b. Pemeriksaan
Fisik
·
Ekspresi wajah
1) Menutup
mata rapat-rapat
2) Membuka
mata lebar-lebar
3) Menggigit
bibir dibawah
4) Meringis
·
Verbal
1) Menangis
2) Beteriak
·
Tanda-tanda Vital
1) Tekanan
darah
2) Nadi
3) Pernafasan
·
Ekstremitas
Amati
gerak tubuh pasien untuk mengalokasi tempat atau rasa yang tidak nyaman.
2. Diagnosa
Keperawatan
1.
D.0077 Nyeri akut
2.
D.0078 Nyeri
kronis
3.
D.0054 Gangguan
mobilitas fisik
4.
D. 0055 Gangguan
pola tidur
3. Intervensi
|
No |
Diagnosa |
Intervensi |
|
1 |
D.0077 Nyeri akut |
Manajemen
Nyeri (1.08238) Observasi : -
Identifikasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri -
Identifikasi
skala nyeri -
Identifikasi
respon nyeri non verbal -
Identifikasi
faktor yang memperberat nyeri -
Identifikasi
pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri -
Monitor
efek samping penggunaan analgetik Terapeutik -
Berikan
teknik nonfarmakologis untuk mengerangi rasa nyeri -
Fasilitasi
istirahat tidur Edukasi -
Jelaskan
penyebab, periode, dan pemicu nyeri -
Jelaskan strategi
pereda nyeri -
Anjurkan
monitor nyeri secara mandiri -
Anjurkan
menggunakan analgesik secara tepat Kolaborasi -
Kolaborasi
pemberian analgetik, jika perlu |
|
2 |
(D.0078) Nyeri kronik |
Terapi
relaksasi (1.09326) Observasi -
Identifikasi
teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan -
Identifikasi
kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya -
Monitor
respons terhadap terapi relaksasi Terapeutik -
Ciptakan
lingkungan tenang dan tanpa gangguan -
Gunakan
pakaian longgar -
Gunakan relaksasi
sebagai strategi penunjang Edukasi -
Jelaskan
secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih -
Anjurkan
posisi yang nyaman -
Anjurkan
rileks dan merasakan sensasi relaksasi |
4. Evaluasi
1.
Nyeri akut
Setelah
dilakukan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri akut apat teratasi
dengan kriteria hasil :
a.
Keluhan nyeri
menurun skala 1 menjadi skala 5
b.
Meringis menurun
dari skala 1 menjadi skala 5
c.
Sikap protektif
menurun dari skala 1 menjadi skala 5
d.
Frekuensi nasi
membaik dari skala 1 menjadi skala 5.
2.
Nyeri kronik
Setelah dilakukan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri akut apat teratasi dengan kriteria
hasil :
a.
Kemampuan
mengenali nyeri meningkat dari skala 1 menjadi 5
b.
Kemampuan
menggunakan teknik nonfarmakologis meningkat dari skala 1 menjadi 5
c.
Keluhan nyeri
menurun dari skala 1 menjadi 5.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Nyeri merupakan
pengalaman subjektif yang bersifat multidimensional dan dapat memengaruhi
kenyamanan pasien secara fisik, psikologis, sosial, maupun spiritual.
Berdasarkan tinjauan pustaka, nyeri dapat bersifat akut maupun kronis dengan
berbagai faktor penyebab, manifestasi klinis, serta risiko komplikasi bila
tidak ditangani dengan baik. Proses patofisiologi nyeri melibatkan transduksi,
transmisi, persepsi, dan modulasi, yang berhubungan dengan aktivitas sistem
saraf pusat. Penatalaksanaan nyeri dilakukan melalui pendekatan keperawatan
seperti teknik relaksasi, distraksi, edukasi, serta kolaborasi pemberian terapi
medis berupa analgetik maupun antiinflamasi. Dengan pemahaman konsep nyeri yang
tepat, perawat diharapkan mampu memberikan asuhan secara holistik sehingga
kenyamanan pasien dapat terjaga dan kualitas hidupnya meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes. (2016) Asuhan
Keperawatan Rasa Aman dan Nyaman
Nurarif A.H dan Kusuma, H.
(2016) Asuhan Keperawatan Praktis, Jakarta : Medication
Tetty, S. 2015. Knsep dan
Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC
Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Konsep
dan Proses Keperawatan Nyeri . Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
(2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta,
PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat
Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI,
(2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta,
Persatuan Perawat Indonesia
Comments
Post a Comment