UNDUH FILE LAPORAN PENDAHULUAN POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF PADA DISPNEA (OKSIGENASI)

 

LAPORAN PENDAHULUAN POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF PADA DISPNEA (OKSIGENASI)


 

BAB 1

PENDAHULUAN

A.    Konsep Dasar Kebutuhan Oksigenasi

1.      Definisi

Pemenuhan kebutuhan oksigenasi menjadi kebutuhan dasar yang sangat penting untuk proses metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup, dan aktifitas sebagai organ yang menghasilkan energi untuk kelangsungan hidup manusia (Jon, 2023).

 Oksigenasi merupakan proses masuknya gas oksigen (O2) melalui mulut dan hidung dan mengalir ke paru-paru. Ketika sampai di organ terkecil paru-paru (alveoli) akan mengembang seperti balon. Disini oksigen memasuki jaringan kapiler dan berikatan dengan haemoglobin molekul protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen dari paru paru keseluruh tubuh dan kemudian sebagai transportasi gas karbon dioksida (CO2) kembali ke paru-paru kemudian dibuang ketika kita menghembuskan nafas lewat mulut dan hidung (Jon, 2023).

 Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia dalam pemenuhan oksigen yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Tanpa oksigen dalam waktu tertentu sel tubuh akan mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih mampu menoleransi kekurangan oksigen hanya 3-5 menit. Apabila kekurangan oksigen berlangsung lebih dari 5 menit, dapat terjadi kerusakan sel otak secara permanen. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2, setiap kali bernafas dari atmosfer. Oksigen untuk kemudian diedarkan ke seluruh jaringan tubuh (Anggeria, 2023).

 

 

2.      Etiologi

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi menurut Anggeria 2023, yaitu hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas tulang dan dinding dada, nyeri, cemas, penurunan energy atau kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif atau persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-alveoli.

3.      Patofisiologi

Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses  ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth, 2022).

4.      Manifestasi Klinis

Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan nafas flaring (nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, posisi tubuh menunjukan posisi poin, nafas dengan bibir, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior- posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (Uliyah & Hidayat, 2021).

5.      Pemeriksaan Penunjang

Menurut Anggeria 2023, pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan oksigenasi yaitu:

1.      EKG: menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik jantung.

2.      Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi respond jantung terhadap stres fisik. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respond miokard terhadap peningkatan kebutuhan oksigen dan menentuka keadekuatan aliran darah koroner.

3.      Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi ; pemeriksaan fungsi paru, analisis gas darah (AGD).

6.      Komplikasi

Terdapat beberapa komplikasi yang terjadi akibat dari kebutuhan oksigen terganggu atau dalam artian kebutuhan oksigenasi tidak efektif, masalah tersebut dapat dijelaskan (Anggeria, 2023) sebagai berikut:

a.       Hipoksemia

Hipoksemia merupakan keadaan di mana terjadi penurunan. konsentrasi oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) di bawah normal (normal PaO2, 85-100 mmHg, SaO2 95%). Pada keadaan hipoksemia tubuh akan melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan pernapasan, meningkatkan stroke volume, vasodilatasi pembuluh darah, dan peningkatan nadi. Tanda dan gejala hipoksemia di antaranya sesak napas, frekuensi napas cepat, nadi cepat dan dangkal serta sianosis.

b.      Hipoksia

Hipoksia merupakan keadaan kekurangan aksigen di dalam jaringan atau tidak adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat seluler. Penyebab lain terjadinya hipoksia antara lain: menurunnya. hemoglobin, berkurangnya konsentrasi oksigen; ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen, menurunnya difusi oksigen dari alveoli kedalam darah seperti pada pneumonia; menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok dan kerusakan atau gangguan ventilasi. Hipoksia pada manusia akan menyebabkan kelelahan, kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak napas, serta jari tabuh (clubbing figer).

c.       Gagal napas

Gagal napas merupakan suatu keadaan di mana terjadi kegagalan tubuh memenuhi kebutuhan karena pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas karbon dioksida dan oksigen. Gagal napas disebabkan oleh gangguan sistem saraf pusat yang mengontrol pernapasan, kelemahan neuromuskular, keracunan obat, gangguan metabolisme, kelemahan otot pernapasan, dan obstruksi jalan napas. Frekuensi pernafasan pada orang dewasa sekitar 18-22 x/menit, dengan irama teratur, serta inspirasi lebih panjang dari ekspirasi. Pernafasan normal disebut eupnea. Perubahan pola nafas yang sering terjadi pada manusia dapat dijelaskan sebagai berikut :

1)      Dispnea, yaitu kesulitan pernafasan

2)      Apnea, yaitu tidak bernafas, berhenti bernafas.

3)      Takipnea, yaitu pernafasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari 24 x/menit. 

4)      Bradipnea, yaitu pernafasan lebih lambat (kurang) dari normal dengan frekuensi kurang dari 16 x/menit

5)      Kussmaul, yaitu pernafasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi sama, sehingga pernafasan menjadi lambat dan dalam, misalnya pada penyakit diabetes melitus dan aremia.

6)      Cheyne-stoke, merupakan pernafasan cepat dan dalam kemudian berangsur-angsur dangkal dan diikuti periode apnea yang berlubang secara teratur. Misalnya pada keracunan obat bius, penyakit Jantung, dan penyakit ginjal. 

7)      Stridor, merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyem pitan pada sahuran pernafasan. Pola ini biasanya ditemukan pada kasus spasme trackna atau obstrulesi laring.

8)      Biot, adalah pernafasan dalam dan dangkal disertai masa apnea dengan periode yang tidak teratur, misalnya pada penyakit meningitis.

9)      Hiperventilasi merupakan cara tubuh dalam mengompensiasi peningkatan jumlah oksigen dalam paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Proses ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO2 dan lain-lain.

10)   Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar serta tidak cukupnya penggunaan oksigen yang ditandai dengan adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, atau ketidakseimbangan elektrolit yang dapat terjadi akibat atelektasis, lumpuhnya otot-otot pernapsan, depresi pusat pernapasan, peningkatan tahanan jalan udara, penurunan tahanan jaringan paru dan toraks, serta penurunan compliace paru dan toraks.

d.      Obstruksi jalan napas

Obstruksi jalan napas (bersihan jalan napas) merupakan kondisi pernapasan yang tidak normal akibat ketidak mampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekresi, dan batuk tidak efektif karena penyakit pernapasan seperti cerebo vascular accident (cva), efek pengobatan sedatif, dan lain-lain .

Tanda klinis yang dapat terjadi pada obstuksi jalan napas adalah batuk batuk tidak efektif, idak mampu mengeluarkan sekresi di jalan napas, suara napas menunjukan adanya sumbatan, jumlah irama dan kedalaman pernapasan tidak normal.

e.       Pertukaran Gas

Pertukaran gas merupakan kondisi penurunan gas, baik oksigen maupun karbondioksida antara alveoli paru dan sistem vaskular, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau imobilisasi akibat penyakit sistem saraf, depresi susunan saraf pusat atau penyakit radang paru.

7.      Penatalaksanaan

1.      Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

·         Pembersihan jalan nafas

·         Latihan batuk efektif

·         Suctioning

·         Jalan nafas buatan

2.      Pola Nafas Tidak Efektif

·         Atur posisi pasien ( semi fowler )

·         Pemberian oksigen

·         Teknik bernafas dan relaksasi

3.      Gangguan Pertukaran Gas

·         Atur posisi pasien ( posisi fowler )

·         Pemberian oksigen

·         Suctioning

 

B.     Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian

a.       Identitas Klien

Meliputi nama, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, alamat, agama, suku

bangsa, tanggal masuk rumah sakit, diagnosis medis, nomor registrasi

rekam medik, identitas penanggung jawab.

b.      Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Merupakan keluhan yang paling dirasakan oleh pasien saat masuk RS serta mengungkap penyebab pasien membutuhkan pertolongan di RS. Pada pasien bronkopneumonia hal yang sering dikeluhkan pasien secara umum yakni batuk produktif dan  sesak nafas.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Mengungkapkan keluhan yang dirasakan oleh pasien selama proses pengkajian. Metode pengkajian PQRST, dimana meliputi :

a) P (provokatif)

Menjelaskan hal yang menyebabkan timbulnya keluhan serta halhal yang memperingan dan memperberat keadaan atau keluhan pasien. Pada pasien bronkopenumonia akan dijumpai keluhan batuk produktif diakibatkan adanya inflamasi bronkus.

b) Q (quality)

Menjelaskan seberapa berat keluhan , seperti apa rasanya dan seberapa sering keluhan terjadi. Pada pasien bronkopenumonia keluhan batuk produktif dan sesak nafas seringkali disertai nyeri dada dengan sensasi seperti ditimpa benda berat.

 

c) R (region)

Menjelaskan lokasi dimana keluhan dijumpai atau dirasakan, serta apakah terdapat penyebaran ke area lainnya. Pada pasien dengan \bronkopneumonia keluhan nyeri dirasakan pada area dada.

d) S (severity of scale)

Menjelaskan seburuk apa rasa nyerinya dalam skala 0-10, dengan 0 tidak terasa sama sekali dan 10 sangat sakit. Pada pasien bronkopneumonia keluhan sesak biasanya mulai dari skala ringan ataupun berat. 

e) T (timing)

Menjelaskan kapan mulai timbul nyeri, sebarapa sering gejala terasa dan nyeri dirasakan tiba tiba atau bertahap. Pada pasien bronkopneumonia keluhan batuk produktif bisa hilang timbul dan berlangsung lama jika tidak segera mendapat tindakan.

3) Riwayat Kesehatan Lalu

Penderita bronkopneumonia biasanya sering menderita penyakit saluran napas bagian atas, memiliki riwayat penyakit campak atau fertusis serta memiliki faktor pemicu bronkopneumonia seperti terpapar asap rokok dan debu dalam jangka panjang.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat kesehatan keluarga dapat mengidentifikasi apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit pernafasan seperti Asma. Perlu diidentifikasi riwayat keluarga yang dapat memberikan predisposisi keluhan seperti adanya riwayat sesak napas.

c.       Riwayat Imunisasi

Imunisasi dasar berupa HB-0. BCG, Polio (I, II, III, IV), DPT-HB-Hib (I, II, III), IPV dan campak dilengkapi dengan waktu pemberian, frekuensi dan reaksi setelah mendapatkan imunisasi.

d.      Pertumbuhan dan Perkembangan

Berisi tentang motorik kasar, motorik halus, pola bahasa dan sosialisasi

e.       Riwayat Kebiasaan Harian (ADL)

1) Pola Nutrisi

Klien bronkopneumonia biasanya mengalami penurunan nafsu makan, mual-muntah dan anoreksia.

2) Pola Eliminasi

Klien dengan bronkopneumonia biasanya mengalami penurunan jumlah urine akibat perpindahan cairan melalui proses evaporasi karena demam.

3) Pola Istirahat Tidur

Anak usia infant, umumnya tidur 7-8 jam pada malam hari tanpa terbangun, bahkan pada bayi baru lahir hingga usia 1 tahun umumnya tidur 14 jam/hari. Namun anak dengan bronkopneumonia sering mengalami kesulitan tidur, karena sesak napas.

4) Pola Aktivitas

Aktivitas anak tampak menurun sebagai dampak kelemahan fisik. Anak tampak lebih sering meminta di gendong oleh orang tuanya atau bedrest.

f.        Pola Seksualitas – Reproduktif

Riwayat perkembangan psiko-seksual menganggap insting seksual sebagai sesuatu yang signifikan dalam perkembangan kepribadian. Selama masa kanak-kanak, bagian tubuh tertentu memiliki makna psikologi yang menonjol sebagai sumber kesenangan.

g.      Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum

a) Tingkat kesadaran: dihitung menggunakan PGCS (Pediatric Glasglow Coma Scale) dan kategori hasil seperti composmentis; apatis; delirium; samnolen; spoor; semi-coma; coma.

b) Ekspresi : perhatian klien, apakah klien meringis selama proses pengkajian berlangsung.

c) Penampilan : penampilan termasuk dalam keadaan umum, meliputi kesan keadaan sakit termasuk ekspresi wajah dan posisi  klien.

2) Berat badan saat masuk rumah sakit, sama dengan berat badan yang diperiksa saat pengkajian.

3) Tanda-tanda vital

a) Frekuensi napas

Anak usia 0-12 bulan di atas 50 x/menit. Anak usia > 1 tahun di atas 40 x/menit.

b) Nadi : nadi normal pada anak antara 110-140 kali per menit.

c) Suhu : pada anak bronkopneumonia, suhu tubuh berkisar antara 37,5C hingga 40C.

5) Pemeriksaan Fisik Head to Toe

a) Sistem Penglihatan

Klien dengan bronkopneumonia biasanya akan ditemukan kondisi konjungtiva tampak pucat akibat intake nutrisi yang tidak adekuat, terdapat refleks terhadap cahaya.

b) Sistem Pendengaran

Klien dengan bronkopneumonia biasanya terjadi otitis media, penumpukan serumen dan daun telinga berada di garis mata.

c) Sistem Pernapasan

Klien bronkopneumonia biasanya ditemukan pernapasan cuping hidung dan produksi sekret, hidung tampak kotor karena adanya secret, gerakan dada saat bernapas normal dan seimbang antara kanan dan kiri, terdapat ronchi atau wheezing dan kemungkinan terdapat retraksi dinding dada, nyeri dada, krakles, dan penurunan bunyi napas, suara dullness saat perkusi.

d) Sistem Kardiovaskuler

Klien bronkopneumonia biasanya terdapat distensi vena jugularis, warna kulit pucat, nadi ≤ 100 x/menit, temperatur kulit hangat, CRT ≥ 2 detik, bunyi jantung 1 dan 2 normal, tidak ada suara tambahan.

e) Sistem Hematologi

Klien bronkopneumonia biasanya diinspeksi ada tidaknya gangguan hematologi seperti pucat pada klien, kulit teraba hangat dan lembab serta nadi cepat dan lemah, adanya edema.

f) Sistem Saraf Pusat

Tingkat kesadaran pada klien bronkopneumonia biasanya composmentis atau apatis. reflek fisiologi positif.

g) Sistem Pencernaan

Inspeksi keadaan mulut, gigi, lidah, pergerakan mulut abnormal. Biasanya akan ditemukan ekspansi kuman melalui pembuluh darah yang masuk ke dalam saluran pencernaan dan mengakibatkan infeksi sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus dan kekakuan pada dinding abdomen dan nyeri lambung.

h) Sistem Endokrin

Pada klien bronkopneumonia biasanya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan napas tidak berbau keton.

i) Sistem Urogenital

Klien bronkopneumonia biasanya ada perubahan pola berkemih, tidak terdapat distensi kandung kemih.

j) Sistem Integumen

Pada klien bronkopneumonia biasanya turgor kulit kurang baik dan kering akibat kekurangan cairan, warna kulit pucat, terdapat sianosis perifer, ada tanda bekas tanda pemasangan infus, kualitas kepala biasanya akan ditemukan rambut mudah rontok karena kekurangan nutrisi, rambut tampak kotor dan lengket akibat peningkatan suhu.

k) Sistem Muskuloskeletal

Pada klien bronkopneumonia kelengkapan ekstremitas, memiliki lipatan simbian pada telapak tangan, biasanya tidak terdapat gangguan saat menggerakkan tangan dan kaki.

6) Kebutuhan Edukasi

Berupa pendengaran, penglihatan, budaya, agama, emosi dan bahasa.

7) Pemeriksaan Penunjang

a) Laboratorium

(1) Pada gambaran darah tepi: leukosit: 15.000 – 41.000 /mm3.

(2) Urine berwarna lebih gelap

(3) Albuminia (karena suhu naik dan sedikit toraks hialin).

(4) Analisis gas darah arteri asidosis metabolik dengan atau

tanpa retensi CO2.

b) Rontgen

Foto thoraks terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau    beberapa lobus paru.

2.      Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual/potensial) dari individu atau kelompok tempat perawat secara legal mengidentifikasi dan perawat dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan atau mencegah perubahan (Hidayah, 2019).

Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang dibuat oleh perawat profesional yang memberi gambaran tentang masalah atau status kesehatan pasien, baik aktual maupun potensial, yang ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data hasil pengkajian (Hidayah, 2019).

a.       Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang tertahan

b.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas

c.       Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus-kapiler

3.      Intervensi

STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA

1.      Bersihan jalan Nafas Tidak Efektif

Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif                                                        D.0001

Kategori           : Fisiologis

Subkategori     :Respirasi

Definisi

Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan nafas tetap palen 

Penyebab 

Fisiologis

 

1. Spesma jalan nafas

2. Hipersekresi jalan nafas

3. Disfungsi neuromeskuler

4. Benda asing di dalam jalan nafas

5. Adanya jalan nafas buatan

6. Sekresi yang tertahan

7. Hiperplasia dinding jalan nafas

8. Proses infeksi

9. Respon alergi

10. Efek agen farmakologis ( mis anatesis)

 

Situasional

1. Merokok aktif

2. Merokok pasif

3. Terpajan polutan

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif                                                                      Objektif

(Tidak Tersedia)                                                       1.   Batuk tidak efektif

                                                                      2. Tidak mampu batuk

                                                                      3. Sputum berlebih

                                                                      4. Mengi,wheezing

                                                                          dan/atau  ronkhi kering

                                                                      5. Menkonium di jalan

                                                                          nafas (Pada neonatus)

Tanda dan gejala Minor

Subjektif                                                            Objektif

1. Dispnea                                                         1. Gelisah

2. Sulit bicara                                                    2. Sianosis

3. Ortopnea                                                        3. Bunyi Nafas Menurun

4. Frekuensi Nafas Berubah

5. Pola nafas Berubah

Kondisi Klinis terkait:

1.      Gullian barre syndrome

2.      Sklerosis multipel 

3.      Myasthenia gravis

4.      Prosedur diagnostik (mis, bronkoskopi,transesophagea echocardiography (TEE))

5.       Depresi sistem saraf pusat

6.      Cedera kepala 

7.      Stroke

8.       Kuadriplegia

9.      Sindrom aspirasi mekonium

10.  Infeksi saluran napas

Referensi

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator

Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI (18-19).

 

 

 

 

 

2.      Pola Nafas Tidak Efektif

Pola Nafas Tidak Efektif                                                                            D.0005

Kategori         Fisiologis

Subkategori    Respirasi

Definisi

Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.

Penyebab

1. Depresi pusat pernapasan 

2. Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot

pernafasan)

3. Deformitas tulang  dada

4. Deformitas dinding dada 

5. Gangguan neuromuskular 

6. Gangguan neurologis (mis, elektroensefalogram (EEG] positif, cedera

kepala, ganguan kejang)

7. Imaturitas neurologis

8. Penurunan energi

9. Obesitas

10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

11. Sindrom hipoventilasi

12. Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 keatas)

13. Cedera pada medula spinalia

14. Efek agen farmakologis

15. Kecemasan

Gejala dan tanda mayor

Subjektif                                                                  Objektif

1. Dispnea                                                    1.  Penggunaan otot bantu            

                                                                          pernafasan

                                                          2. Fase ekspirasi memanjang

                                                          3. Pola pernafasan abnormal

                                                               (mis.takpnea,bradypnea,hiperve

                                                               ntilasi, kussmaul,chynea-strokes)  

Gejala dan tanda Minor

Subjektif                                                                  Objektif

1. Ortopnea                                                  1.   Pernfasan pursed-lip

                                                          2. Pernafasan cuping hidung

                                                          3. Diameter thoraks anterior

                                                               posterior meningkat

                                                           4. Ventilasi semenit menurun

                                                            5. Kapasitas ekspirasi menurun

                                                           6. Tekanan inspirasi menurun

7. Ekskursi dada berubah

Kondisi klinis terkait

1. Depresi sistem saraf pusat                9. Intoksikasi alkohol

2. Cedera kepala

3. Trauma thoraks

4. Gullian barre syndrome

5. Mutiple sclerosis  

6. Myasthenia gravis

7. Stroke

8. Kuadriplegi

Referensi

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator

Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI (26-27).

 

3.      Gangguan Pertukaran Gas

Gangguan Pertukaran Gas                                                                        D.0003

Kategori         : Fisiologis

Subkategori    : Respirasi

Definisi

Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eleminasi karbondioksida pada

membran alveolus-kapiler

Penyebab 

1. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi

2. Perubahan membran alveolus- kapiler

Gejala dan Tanda mayor

Subjektif                                                            Objektif                                            

1. Dispnea                                                 1. PCO2 Meningkat/menurun

                                                      2. PO2  Menurun

                                                     3. Takikardia

                                                     4. Ph arteri Meningkat/ menurun

                                                                 5. Bunyi nafas tambahan 

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif                                                            Objektif

1. Pusing                                                      1. Sianosis                      

2. Pengeliatan Kabur                                   2. Diaforesis

                                                        3. Gelisah

                                                        4. Nafas cuping hidung

                                                        5. Pola nafas abnormal

                                                           (cepat/lambat,regular/ireguler,

                                                           dalam/dangkal)

                                                        6. Warna kulit abnormal

                                                            (mispucat,kebiruan)

                                                                     7. Kesadaran menurun

Kondisi klinis Terkait

1. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) 

2. Gagal jantung kongestif

3. Asma

4. Pneumonia 

5. Tuberkulosis paru

6. Penyakit membran hialin 

7.  Asfiksia

8.  Persistent pulmonary hypertension of newborn (PPHN) 

9. Prematuritas

10.  Infeksi saluran napas

Referensi 

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator

Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI (22-23).

 

STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA

1.      Bersihan Jalan Napas

Bersihan jalan napas                                                                              L 01001

Definisi

Kemampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap paten

Ekspetasi                 Meningkat

Kriteria  hasil

 

Menurun

Cukup menurun

Sedang

Cukup meningkat

Meningkat

Batuk efektif

1

2

3

4

5

 

Meningkat

Cukup meningkat

sedang

Cukup menurun

Menurun

Produksi sputum

1

2

3

4

5

Mengi wheezing

1

2

3

4

5

Mekonium

(padaneonates)

1

2

3

4

5

 

Memburuk 

Cukup memburuk

Sedang

Cukup membaik

Membaik

Dispnea

1

2

3

4

5

Ortopnea

1

2

3

4

5

Sulit bicara

1

2

3

4

5

Sianosis 

1

2

3

4

5

Gelisah

1

2

3

4

5

 

Memburuk

Cukup memburuk

Sedang

Cukup membaik

Membaik

Frekuensi napas

1

2

3

4

5

Pola napas

1

2

3

4

5

Referensi

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI (18).

 

 

 

 

2.      Pola Napas

Pola Napas                                                                                                                            L.01004

Definisi

Inspirasi dan/atau ekspirasi yang memberikan ventilasi adekuat

Ekspetasi  membaik

Kriteria hasil

 

Menurun

Cukup menurun

Sedang

Cukup meningkat

Meningkat

Ventilasi semenit

1

2

3

4

5

Kapasitas vital

1

2

3

4

5

Diameter thoraks

anterior-posterior

1

2

3

4

5

Tekanan ekspirasi

1

2

3

4

5

Tekanan inspirasi

1

2

3

4

5

 

Meningkat

Cukup meningkat

Sedang

Cukup menurun

Menurun

Dispnea

1

2

3

4

5

Penggunaan otot bantu napas

1

2

3

4

5

Pemanjangan fase ekspirasi

1

2

3

4

5

Ortopnea

1

2

3

4

5

Pernapasan pursed-lip

1

2

3

4

5

Pernapasan cuping hidung

1

2

3

4

5

 

Memburuk

Cukup memburuk

Sedang

Cukup membaik

Membaik

Kedalaman napas

1

2

3

4

5

Frekuensi napas

1

2

3

4

5

Referensi 

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI (95).

 

 

3.      Pertukaran Gas

Pertukaran Gas                                                                                                                 L.01003

Definisi

Oksigenasi dari/atau eliminasi karbondioksida pada membrane alveolus kapiler dalam bats normal

Ekspetasi  meningkat

Kriteria hasil

 

Menurun

Cukup menurun

Sedang

Cukup meningkat

Meningkat

Tingkat kesadaran

1

2

3

4

5

 

Meningkat

Cukup meningkat 

Sedang

Cukup menurun

Menurun

Dispnea

1

2

3

4

5

Bunyi napas tambahan

1

2

3

4

5

Pusing

1

2

3

4

5

Penglihatan kabur

1

2

3

4

5

Diaforesis

1

2

3

4

5

Gelisah

1

2

3

4

5

Nafas cuping hidung

1

2

3

4

5

 

Memburuk

Cukup memburuk

Sedang

Cukup membaik

Membaik

PC02

1

2

3

4

5

P02

1

2

3

4

5

Takikardia

1

2

3

4

5

Ph arteri

1

2

3

4

5

Sianosis

1

2

3

4

5

Pola napas

1

2

3

4

5

Warna kulit

1

2

3

4

5

Referensi

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI (94).

 

4.      Implementasi

Implementasi merupakan tahap dimana perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan (intervensi keperawatan) untuk membantu klien mencapai tujuan yang ditetapkan. Tujuan dari implementasi adalah membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping dengan baik jika pasien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam implementasi asuhan keperawatan (Hidayah, 2019).

STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA

1.      Latihan Batuk Efektif

Definisi

Melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif untuk membersihkan laring trakoa dan bronkiolus dari sekret atau benda asing di jalan napas.

Tindakan 

Observasi

1.      Identifikasi kemampuan batuk

2.      Monitor adanya retensi sputum

3.      Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas -Monitor input dan output cairan (mis. Jumlah dan karakteristik) 

Terapeutik

1. Atur posisi semi-Fowler atau Fowler 

2. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien 

3. Buang sekret pada tempat sputum

Edukasi 

1.      Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif

2.      Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik 

3.      Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali

4.      Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke-3

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, Jika perlu 

Referensi

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI (142).

2.      Manajemen Jalan Napas

Definisi

Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan napas.

Tindakan 

Oberversi

1.      Monitor pola napas (frekuenal, kedalaman, usaha napas)

2.       Monitor bunyi napas tambahan (mis gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)

3.      Monitor sputum (umlah, warna, aroma)

Terapeutik 

1.      Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tit dan chin-lit jaw-thrust ka curiga trauma servikal)

2.      Posisikan semi-Fowler atau Fowler -Barkan minum hangat

3.      Lakukan fisioterapi dada, jika perlu.

4.      Lakukan penghisapan landir kurang dari 15 detik

5.       Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal Kaluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill 

6.      Berikan oksigen, jika perlu

 

Edukasi

1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikas! 

2. Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika pertu

Referensi

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI (186-187).

3.      Pemantauan Respirasi

Definisi

Mengumpulkan dan menganalisis data untuk memastikan kepalanan jalan napas

dan keefektifan pertukaran gas.

Tindakan 

Observasi

1.      Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas 

2.      Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes,Biot, ataksik)

3.       Monitor kemampuan batuk efektif

4.      Monitor adanya produksi sputum 

5.      Monitor adanya sumbatan jalan napas

6.       Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

7.      Auskultasi bunyi napas

8.      Monitor saturasi oksigen 

9.       Monitor nilai AGD

10.   Monitor hasil x-ray toraks 

Terapeutik

1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasion 

2. Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

Referensi 

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI (247-248).

5.      Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian dengan membandingkan perubahan keadaan pasien berdasarkan yang diamati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan dan mengkaji ulang tindakan keperawatan yang telah diberikan. Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi atau menghentikan rencana keperawatan (Hidayah, 2019).

Komponen evaluasi yang digunakan adalah SOAP untuk memudahkan perawat dalam mengevaluasi atau memantau pasien (Hidayah, 2019).

S: Data Subjektif 

Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah diberikan tindakan keperawatan.

O: Data Objektif

Data objektif merupakan data yang berdasarkan pada hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung kepada pasien dan yang dirasakan pasien setelah diberikan tindakan keperawatan.

A: Analisis

Analisis merupakan interpretasi data subjektif dan data objektif. Analisis merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga dapat dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan pasien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif.

P: Planning

Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya.

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

Anggeria, R. (2023). Konsep dasar kebutuhan oksigenasi dan komplikasinya. Pustaka Belajar.

Brunner, & Suddarth. (2022). Buku ajar keperawatan medikal-bedah (Edisi 13, Vol. 1). EGC.

Hidayah, N. (2019). Asuhan keperawatan: Teori dan praktik. Pustaka Ilmu.

Jon, F. (2023). Dasar-dasar kebutuhan oksigenasi manusia. Media Nusantara.

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. 1 ed. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan. 1 ed. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. 1 ed. Jakarta: DPP PPNI.

Uliyah, M., & Hidayat, A. A. A. (2021). Buku ajar keperawatan medikal bedah: Sistem pernapasan. Salemba Medika.


UNDUH FILE WORD LP

Comments

Popular posts from this blog

DOWNLOAD CONTOH SURAT LAMARAN DAPUR MBG

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. M.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM (HIPERTERMIA)

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE