LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK PADA CVA (AKTIFITAS DAN MOBILITAS)

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK PADA CVA

(AKTIFITAS DAN MOBILITAS)

 

BAB 1

1.1  Konsep Dasar Gangguan  Mobilitas Fisik

1.1.1        Definisi

Gangguan mobilitas fisik merupakan keterbatasan dalam Gerakan fisik yang terjadi pada satu atau lebih ekstremitas secara mandiri (Tim Pokja SDKI PPNI, 2017). Menurut Syabariyah (2020) gangguan mobilitas fisik atau imobilitas adalah keadaan dimana seseorang memiliki keterbatasan geraj secara mandiri dan terarah yang terjadi pada ekstremitas bawah. Gangguan mobilitaa fisik juga diartikan sebagai suatu kondisi di mana seseorang tidak hanya kurang mampu beraktivitas, tetapi juga tidak mampu bergerak secara total atau Sebagian (Ernawati, 2012). Perubahan mobilitas fisik dapat mengakibatkan perbatasan gerakan seperti istirahat di tempat tidur, perbatasan Gerakan fisik saat menggunakan alat bantu eksternal, membatasi gerakan secara sukarela, atau hilangnya fungsi motoric atau pergerakan. Hal ini menyebabkan seseorang tidak dapat bergerak dengan bebas karena situasi yang menganggu pergerakan. Imobilitas yang berhubungan dengan stroke iskemia menyebabkan penderitaan fisiologis dan psikologis pada pasien.

1.1.2        Etiologi

Penyebab gangguan mobilitas fisik disebabkan oleh :

1.      Kerusakan integritas struktur tulang

2.      Perubahan metabolisme

3.      Ketidakbugaran fisik

4.      Penurunan kendali otot

5.      Penurunan massa otot

6.      Keterlambatan perkembangan

7.      Kekakuan sendi

8.      Keengganan melakukan pergerakan

9.      Efek agen farmakologis

10.  Mainutrisi


 

1.1.3        Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang sering terjadi pada pasien dengan diagnosa “Gangguan Mobilitas Fisik” sesuai dengan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) dapat dilihat pada table berikut ini :

 

Gejala dan Tanda Mayor

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

Subjektif

Mengeluh sulit menggerakkan ekstermitas

1.      Nyeri saat bergerak

2.      Enggan melakukan pergerakan

3.      Merasa cemas saat bergerak

 

Objektif

Objektif

1.      Kekuatan otot menurun

2.      Rentang gerak (ROM) menurun

1.      Sendi kaku

2.      Gerakan tidak terkoordinasi

3.      Gerakan terbatas

4.      Fisik lemah

 

1.1.4        Manifestasi Klinis

Menurut SDKI 2019 kondisi klinis terkait gangguan mobilitas fisik meliputi :

1.      Stroke

2.      Cedera medulla spinalis

3.      Trauma

4.      Fraktur

5.      Osteoarthritis

6.      Ostemalasia

7.      Keganasan

1.1.5        Patofisiologi

Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Stroke terjadi karena sumbatan (Stroke Iskemik)  atau perdarahan (Stroke Hemoragik). Peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan terjadinya stroke hemoragik, sehingga perlu untuk mengobservasi dan melakukan pengukuran tekanan darah untuk mencegah terjadinya stroke hemogarik serta mengurangi angka kematian (Rahmadani & Rustandi, 2019)

2.2  Konsep Dasar CVA

2.2.1        Definisi

   Stroke atau Cerebro Vaskuler Accident  (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh terhentinya suplai darah ke bagian otak. Sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesif, cepat berupa deficit neurologis vocal atau global yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan bisa berlangsung menimbulkan kematian. Kondisi ini semata-mata disebabkan oleh peredaran darah ke otak non traumatic (Wijaya & putri, 2017). Masalah-masalah yang ditimbulkan oleh stroke bagi kehidupan manusia sangatlah kompleks. Adanya gangguan-gangguan seperti halnya fungsi vital otal seperti gangguan koordinasi, gangguan keseimbangan, gangguan control postur, gangguan sensasu, dan gangguan gerak yang dapat menghambat aktivitas sehari-hari pada penderita stroke. (Irfan, 2016)

 

2.2.2        Etiologi

   Penyebab terjadinya penyakit stroke yang banyak terjadi adalah pecahnya pembuluh darah otak yang Sebagian besar diakibatkan oleh rendahnya kualitas pembuluh darah otak. Sehingga dengan adanya tekanan darah yang tinggi pembuluh darah menjadi rentan pecah (Padila, 2015)

Stroke dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

1.      Thrombosis serebri

Aterosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab yang paling umum terjadi pada penyakit stroke. Trombosis lebih sering ditemukan sebanyak 40% dari banyaknya kasus stroke, hal ini telah dibuktikan oleh para ahli patologi. Pada kasus thrombosis secebri biasanya ada kaitannya dengan kerusakan local pada dinding pembuluh darah akibat aterosklerosis.

2.      Emboli serebri

Embolisme serebri kondisi dimana aliran darah terhambat akibat benda asing (embolus), seperti bekuan darah yang berada didalam aliran darah yang dapat menghambat pembuluh darah. Emboli serebri termasuk dalam urutan ke dua dari berbagai peyebab utama stroke.

3.      Hemoragi (pendarahan)

Hemoragi atau perdarahan saat pecahnya salah satu arteri sehingga aliran darah pada Sebagian otak berkurang atau terputus yang mengakibatkan pasokan oksigen ke otak menjadi berkurang sehingga fungsi otak dapat terganggu. Hemoragi dapat terjadi di luar durameter (hemoragi ekstra dural atau spidural) dibawah durameter (hemoragi subdural), diruang subarachnoid (hemoragi subaraccchnoid atau dalam substansi intra serebral)

 

2.2.3        Klasifikasi CVA

    Besarnya CVA  (CerebroVaskuler Accident) ada 2 tipe menurut gejala kliniknya, yaitu :

1.      Stroke Hemoregik

Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas, atau bisa juga terjadi pada saat beristirahat. Pada stroke hemoregik umumnya kesadaran pasien akan menurun.

2.      Store non hemoregikk (stroke Iskemi)

Stroke non hemoregik biasannta berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral yang terjadi pada saat beristirahat, naru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan pada stroke non hemoregik atau stroke iskemik, namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan mengakibatkan edema     sekunder. Menurut perjalanan penyakit atau stadium pada stroke iskemik :

a.      TIA  (Trans iskemik attack)

Gangguan neurologis yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam dengan gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dalam waktu kurang dari 24 jam.

b.      Stroke Involusi

Stroke yang dapat terus berkembang dimana gangguan neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses involusi ini dapat berjalan selama 24 jam atau beberapa hari.

2.2.4        Manifestasi Klinis

     Pada Cva atau stroke non hemoregik gejala utama yang sering muncul adalah timbulnya deficit neurologis secara mendadak atau subakut, yang didahului dengan timbulnya gejala prodromal yang terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi, yang timbul tanpa disertai dengan penurunan kesadaran.

Menurut WHO, stroke dapat dibagi atas :

1.      Perdarahan Intraserebral (PIS)

Stroke akibat dari perdarahan intraserebral mempunyai gejala yang tidak jelas, kecuali penderita stroke merasakan nyeri kepala akibat dari Hipertensi. Gejala ini seringkali ini seringkali timbul setiap hari pada saat aktivitas dan pada saat emosi atau marah, sifat nyeri yang dutimbulkan oleh perdarahan intrasebral sangat hebat. Mual dan muntah seringkali terjadi pada saat awal serangan. Kesadaran mengalami penurunan sangat cepat dan mengarah pada kondisi koma 65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara ½ sampai dengan 2 jam dan 12% terjadi setelah 2 jam sampai 19 hari.

2.      Perdarahan subrachnoid (PSA)

Pada pasien dengan perdarahan subarachnoid didapatkan gejala yang timbul berupa nyeri kepala hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan gejala yang timbul sangat bervariasi. Ada gejala atau tanda rangsangan meningeal dan edema pupil dapat terjadi apabila ada perdarahan subharachnoid karena pechanya aneeurisma pada arteri komunikasi anterior atau artei karotisinterna. Gejala neurologis yang timbul tergantung pada berat ringannta gangguan pembuluh darah dan lokasinya.

Manifestasi stroke atau CVS dapat berupa :

a.       Kelumpuhan anggota badan atau anggota gerak yang terjadi secara mendadak.

b.      Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih pada anggota badan

c.       Terjadi perubahan secara mendadak pada status mental.

d.      Afrasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan dan kesulitan memahami ucapan)

e.       Ataksia anggota badan yang mengakibatkan kesulitan untuk berjalan, berbicara, terganggu fungsi penglihatan, dan gangguan menelan.

f.        Vertigo, mual, muntah dan nyeri kepala

3.      Gejala khusus yang timbul pada penderita stroke :

a.       Kehilangan motoric

Stroke adalah penyakit motor neuron atas yang mengakibatkan kehilangan control volunteer terhadaop Gerakan motoric

b.      Hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi tubuh)

c.       Hemiparesis (kelemahan pada salah satu sisi tubuh)

d.      Menurunnya tonus otot abnormal.

 

2.2.5        Komplikasi CVA

1.      Berhubungan dengan imobilisasi

a.       Infeksi pernafasan

b.      Timbulnya rasa nyeri pada daerah yang tertekan

c.       Konstipasi

d.      Tromboflebitis

2.   Berhubungan dengan mobilisasi

a.       Nyeri pada daerah panggung

b.      Dislokasi sendi

c.       Hambatan mobilitas fisik

3.   Berhubungan dengan kerusakan Otak

a. Epilepsy

b.Sakit kepala

c. Kraniotomi

d.Hidocefalus

 

2.2.6           Penatalaksanaan

1.   Penatalaksanaan Umum CVA fase akut

a.    Posisi kepala dan badan atas 20-3- derajat, posisi lateral bila di sertai  dengan muntah

b.   Bebaskan jalan napas dan usahakan ventilasi adekuat bila perlu berikan oksigen 1-2 liter/menit

c.    Memasangkan kateter untuk jalan buang air kecil

d.   Control tekanan darah pertahankan dalam konsisi stabil dan normal

2.      Penatalaksaan setelah fase akut

a.       Berikan nutrisi per oral setelah tes fungsi menelan baik. Bila terdapat gangguan menelan atau pasien mengalami penurunan kesadaran menurun, anjurkan pasang NGT

b.      Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika ada kontrakasi

3.      Penatalaksanaan Medis

a.       Obatantihipertensi – pada penderita stroke baru, biasanya tekanan darah tidak diturunkan terlalu rendah untuk menjaga suplai darah ke otak

b.      Anti platelet untuk mencegah pembekuan darah, digunakan obat antiplatet, seperti aspirin

c.       Antiloagulan untuk mencegah pembekuan darah, pasien dapat diberikan obat-obatan antikoagulan. Seperti heparin yang bekerja dengan cara mengubah komposisi faktor pembekuan dalam darah

 


 

DAFTAR PUSTAKA

Esti, A. & Johan, T. (2020). Buku Ajar Keperawatn Keluarga Askep Stroke. Padang: Pustaka Galeri Mandiri

 

Amanda, D.S.. (2018). Laporan Kasus Stroke Infark. Klinik Ilmu Penyakit Saraf Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa.

 

Mutiarasari, Diah. (2019). Ischemic Stroke: Symptoms, Risk Factors, And Prevention. Medika Tadulako, Jurnal Ilmiah Kedokteran,

 

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2017). Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa. Jogja: Nuha Medika.

 

 unduh format ms. word lp gangguan mobilitas fisik pada cva

Comments

Popular posts from this blog

DOWNLOAD CONTOH SURAT LAMARAN DAPUR MBG

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. M.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM (HIPERTERMIA)

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE