DOWNLOAD LAPORAN PENDAHULUAN GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE (GERD)
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN JUDUL GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE (GERD)
DAFTAR ISI
BAB
I
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
a.
Latar belakang.......................................................................................................... 1
b.
Tujuan ...................................................................................................................... 1
c.
Manfaat..................................................................................................................... 1
BAB
II
PEMBAHASAN.................................................................................................... 2
1.
Definisi gerd ............................................................................................................ 2
2.
Etiologi gerd ............................................................................................................ 2
3.
Patofisiologi.............................................................................................................. 2
4.
Komplikasi................................................................................................................ 3
5.
Manifestasi klinik..................................................................................................... 3
6.
Pemeriksaan penunjang............................................................................................ 3
7.
Penatalaksanaan medis............................................................................................. 4
8.
Pengobatan/obat obatan............................................................................................ 5
9.
Diangnosa keperawatan............................................................................................ 5
10. Definisi..................................................................................................................... 5
11. Tanda
mayor dan minor............................................................................................ 5
12. Factor
berhubungan.................................................................................................. 6
13. Kondisi
klinis............................................................................................................ 6
14. Standar
luaran/tujuan keperawatan........................................................................... 7
15. Intervensi
keperawatan............................................................................................. 7
BAB
III
PENUTUP ........................................................................................................... 9
KESIMPULAN................................................................................................................ 9
SARAN............................................................................................................................ 9
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................................ 11
BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar belakang
Geard
b.
Tujuan
1.
Definisi
2.
Etiologi
3.
Patofisiologi
4.
Komplikasi
5.
Pemeriksaan penunjang
6.
Penatalaksanaan
7.
Pengobatan/obat obatan
c.
Manfaat
1.
Diangnosa keperawatan
a.
Definisi
b.
Tanda mayor dan minor
c.
Factor berhubungan
d.
Kondisi
2.
Standar luaran/tujuan keperawatan
3.
Intervensi keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI GERD
Gastroesophageal
reflux disease (GERD) adalah penyakit kronik pada sistem pencernaan. GERD
terjadi ketika asam lambung naik kembali ke esofagus (kerongkongan). Hal ini
dapat menyebabkan terjadinya iritasi pada esofagus.
Penyakit
refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) didefinisikan
sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke
dalam esofagus yang menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu (troublesome)
di esofagus maupun ekstra esofagus dan atau komplikasi (Susanto, 2002),
2. ETIOLOGI GERD
Beberapa
penyebab terjadinya GERD meliputi:
a.
Menurunnya tonus LES (Lower Esophageal
Sphincter)
b.
Bersihan asam dari lumen esofagus menurun
c.
Ketahanan epitel esofagus menurun.
d.
Bahan refluksat mengenai dinding esofagus
yaitu Ph 2, adanya pepsin, garam empedu, HCL
e.
Kelainan pada lambung
f.
Infeksi H. Pylori dengan corpus predominan
gastritis
g.
Non acid refluks (refluks gas) menyebabkan
hipersensitivitas
h.
Alergi makanan atau tidak bisa menerima
makanan juga membuat refluks
i.
Mengkonsumsi makanan berasam, coklat,
minuman berkafein dan berkarbonat, alkohol, merokok, dan obat-obatan yang
bertentangan dengan fungsi esophageal sphincter bagian bawah termasuk yang
memiliki efek antikolinergik (seperti beberapa antihistamin), penghambat saluran
kalsium, progesteron, dan nitrat.
j.
Kelaianan anatomi, seperti penyempitan
kerongkongan (Yusuf, 2009),
3. PATOFISIOLOGIS
Dalam
keadaan normal, makanan seharusnya masuk ke mulut menuju sfingter esofagus
bagian bawah, dan menutup saat makanan sudah masuk ke lambung untuk mencegah
naiknya makanan atau asam lambung kembali ke esofagus. Di sana makanan umumnya
bertahan selama tiga hingga empat jam untuk dicerna.
Namun
pada kasus GERD terdapat kelainan berupa terlalu kendur (relaksasi) atau
lemahnya sfingter esofagus bagian bawah sehingga makanan yang sudah ditampung
di lambung naik kembali ke kerongkongan atau bisa saja hanya berupa cairan asam
lambungnya.
Ketika
asam lambung atau makanan naik kembali ke kerongkongan, umumnya penderita
mengalami sensasi terbakar atau panas di dadanya. Seseorang dapat mengalami
GERD ringan setidaknya 2 kali dalam seminggu dan GERD sedang sampai berat
setidaknya 1 kali dalam seminggu.
Gangguan
yang cukup berat dan mengganggu aktivitas serta tidur juga bisa menjadi
indikasi GERD. Jika tidak ditangani dengan baik, maka dapat timbul komplikasi
yang bisa merugikan Anda. Misalnya peradangan pada esofagus (esofagitis) yang
dapat menyebabkan perdarahan, luka, tukak, hingga jaringan parut pada esofagus.
Jaringan
parut ini dapat membuat esofagus menjadi lebih sempit yang selanjutnya akan
mengganggu proses menelan. Di antara 10-15% penderita GERD yang berkepanjangan
dapat memicu masalah kesehatan yang lebih serius. Salah satunya adalah
Barrett's esofagus yang bisa menjadi kanker esofagus di kemudian hari.
4. KOMPLIKASI
1.
Erosif esophagus
2.
Esofagus barrett’s
3.
Striktur esophagus
4.
Gagal tumbuh (failur to thrive)
5.
Perdarahan saluran cerna akibat iritasi
6.
Aspirasi
5. MANIFESTASI KLINIK
a.
Sensasi terbakar di dada yang terkadang
menjalar ke kerongkongan. Rasa terbakar ini dapat berlangsung selama 2 jam, dan
umumnya memberat setelah makan. Berbaring juga dapat memperberat gejala.
b.
Sensasi tersebut bisa juga disertai dengan
rasa asam atau pahit di mulut
c.
Nyeri dada
d.
Sulit menelan
e.
Batuk kering
f.
Nyeri tenggorokan dan suara serak
g.
Penurunan berat badan
h.
Anemia
i.
Hematemesis atau melena
j.
Odinofagia (Bestari, 2011).
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.
Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi saluran cerna
bagian atas merupakan standar baku untuk diagnosis GERD dengan ditemukannya
mucosal break di esophagus. (esofagitis refluks). Jika tidak ditemukan mucosal
break pada pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas pada pasien dengan
gejala khas GERD, keadaan ini disebut nonerosive reflux disease (NERD).
b.
Esofagografi
Dengan barium dibandingkan dengan
endoskopi, pemeriksaan ini kurang peka dan seringkali tidak menunjukkan
kelainan, terutama pada kasus esofagitis ringan. Pada keadaan yang lebih berat,
gambar radiology dapat berupa penebalan dinding dan lipatan mukosa, ulkus, atau
penyempitan lumen.
c.
Monitoring pH 24 jam
Episode refluks gastroesofageal
menimbulkan asidifikasi bagian distal esophagus. Episode ini dapat dimonitor
dan direkam dengan menempatkan mikroelektroda pH pada bagian distal esophagus.
Pengukuran pH pada esophagus bagian distal dapat memastikan ada tidaknya
refluks gastroesofageal. pH dibawah 4 pada jarak 5 cm di atas LES dianggap
diagnostik untuk refluks gastroesofageal.
d.
Tes Perfusi Berstein.
Tes ini mengukur sensitivitas mukosa
dengan memasang selang transnasal dan melakukan perfusi bagian distal esophagus
dengan HCl 0,1 M dalam waktu kurang dari 1 jam. Tes ini bersifat pelengkap
terhadap monitoring PH 24 jam pada pasienpasien dengan gejala yang tidak khas.
Bila larutan ini menimbulkan rasa nyeri dada seperti yang biasanya dialami
pasien, sedangkan larutan NaCl tidak menimbulkan rasa nyeri, maka test ini
dianggap positif. Test Bernstein yang negative tidak menyingkirkan adanya nyeri
yang berasal dari esophagus.
e.
Manometri esophagus
Pengukuran tekanan pada katup kerongkongan
bawah menunjukan kekuatannya dan dapat membedakan katup yang normal dari katup
yang berfungsi buruk kekuatan sphincter.
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Terapi Farmakologis
v Antasid
Golongan obat ini cukup efektif dan aman dalam
menghilangkan gejala GERD tetapi tidak menyembuhkan lesi esofagitis. Selain
sebagai buffer terhadap HCI, obat ini dapat memperkuat tekanan sfingter
esophagus bagian bawah.
v Antagonis
reseptor H
Yang termasuk dalam golongan obat ini
adalah simetidin, ranitidine. famotidin, dan nizatidin. Sebagai penekan sekresi
asam, dan efektif pada pengobatan esofagitis derajat ringan sampai sedang serta
tanpa komplikasi.
v Obat-obatan
prokinetik. Secara teoritis, obat ini paling sesuai untuk pengobatan GERD
karena penyakit ini lebih condong kearah gangguan motilitas. Namun, pada
prakteknya, pengobatan GERD sangat bergantung pada penekanan sekresi asam.
v Metoklopramid
dan Domperidon. Obat ini bekerja sebagai antagonis reseptor dopamine. Golongan
obat ini adalah antagonis reseptor dopamine dengan
v Sukralfat
(Aluminium hidroksida sukrosa oktasulfat). Berbeda dengan antasid dan penekan
sekresi asam, obat ini tidak memiliki efek langsung terhadap asam lambung Obat
ini bekerja dengan cara meningkatkan pertahanan mukosa esophagus, sebagai
buffer terhadap HCl di eesofagus serta dapat mengikat pepsin dan garam empedu.
b.
Terapi Non-Farmakologis
v Tidak
merokok
v Tempat
tidur bagian kepala ditinggikan
v Tidak
minum alkohol
v Diet
rendah lemak
v Hindari
mengangkat barang berat
v Penurunan
berat badan pada pasien gemuk
v Jangan
makan terlalu kenyang
v Hindari
pakaian yang ketat, terutama di daerah pinggang.
8. PENGOBATAN/OBAT OBATAN
1.
Ondan
2.
Betahiskin
3.
Neurosanbe
4.
Nasa canul
5.
Ns
9.DIANGNOSA KEPERAWATAN
1.
Nyeri akut (D.0077)
2.
Gangguan menelan (D.0063)
10.DEFINISI
Nyeri
akut : mengalami sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lampat dan berintersitas ringan hingga berat,yang berlangsung kurang dari 3
bulan.
Gangguan
menelan : fungsi menelan abnormal akibat deficit struktur atau
fungsi oral,faring atau esophagus
Nyeri
akut :
Gejala
dan tanda minor
Ds
:
1.
mengeluh nyeri
Do
:
1)
tampak meringis
2)
bersikap protetif (mis,waspada,posisi
menghindari nyeri
3)
gelisah
4)
sulit tidur
gejala
dan tanda minor
Ds
:
1)
tidak tersedia
Do
:
1.
tekanan darah meningkat
2.
pola napas berubah
3.
nafsu makan berubah
4.
proses berpikir terganggu
Gangguan
menelan :
Gejala
dan tanda minor
Ds
:
1.
mengeluh sulit menelan
Do
:
1.
batuk sebelum menelan
2.
batuk setelah makan dan minum
3.
tersedak
4.
makanan tertinggal di rongga mulut
gejala
dan tanda minor
Ds
:
1.tidak
tersedia
Do
:
1.bolus
masuk terlalu cepat
2.
refluks nasal
3.
tidak mampu membersihkan rongga mulut
4.
makan terdorong keluar dari mulut
5.
sulit mengunyah
6.
muntah sebelum menelan
12.FACTOR BERHUBUNGAN
1.
nyeri akut : b.d dengan
inflamasi lapisan esophagus
2.
gangguan menelan : b.d penyepitan sturkut pada esophagus akibat
gastroefegeal reflux disease
13.KONDISI KLINIS
Nyeri
akut : cedera traumatis
Gangguan
menelan : cerebral palsy
14.STANDAR LUARAN/TUJUAN KEPERAWATAN
Tingkat
Nyeri :
1.
keluhan nyeri (menurun)
2.
meringis (menurun)
3.
kesulitan tidur (menurun)
4.
mual (menurun)
5.
muntah (menurun)
6.
pola napas (membaik)
7.
tekanan farah (membaik)
8.
proses berpikir (membaik)
9.
nafsu makan (membaik)
10. pola
tidur (membaik)
status
menelan :
1.
mempertahankan makanan di mulut
(meningkat)
2.
reflek menelan (meningkat)
3.
kemampuan mengosongkan mulut (meningkat)
4.
Kemampuan mengunyah (meningkat)
5.
Usaha menelan (meningkat)
6.
Frekuensi tersedak (meningkat)
7.
Batuk (menurun)
8.
Muntah (menurun)
9.
Refluks lambung (menurun)
10. Gelisah
(menurun)
11. Regurgitasi
(menurun)
12. Penerimaan
makanan (membaik)
13. Kualitas
suara (membaik)
15. INTERVENSI
KEPERAWATAN
Menejemen
nyeri :
Tindakan
Observasi
1.
Identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2.
identifikasi skala nyeri
3.
Identifikasi respons nyeri non verbal
4.
Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
5.
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
6.
Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
7.
identifikasi pengetahuan dan keyaninan
tentang nyeri
8.
Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
9.
Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
1.
Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing. kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2.
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3.
Fasilitasi istirahat dan tidur
4.
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
:
1.
Kolaborasi pemberian obat, jika perlu
Pemberian
menelan :
Tindakan
Observasi
1.
dentifikasi makanan yang diprogramkan
2.
Identifikasi kemampuan menelan
3.
Periksa mulut untuk residu pada akhir makan
Terapeutik
1.
Lakukan kebersihan tangan dan mulut
sebelum makan Sediakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan (missima
agar tidak terlihat)
2.
Berikan posisi duduk atau semi Fowler saat
makan Berikan makanan hangat, jika memungkinkan
3.
Sediakan sedotan, sesuai kebutuhan
4.
Berikan makanan sesuai keinginan, jika
memungkinkan Tawarkan mencium aroma makanan untuk merangsang nafsu makan Pertahankan
perhatian saat menyusui
5.
Cuci muka dan tangan setelah makan
Edukasi
1.
Anjurkan orang tua atau keluarga membantu
memberi makan kepada pasien
Kolaborasi
1.
Kolaborasi pemberian analgesik yang
adekuat sebelum makan, jika pertu
2.
Kolaborasi pemberian antiemetil sebelum
makan, jika perlu
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
GERD
adalah penyakit yang umum. Gejala GERD kronis dan secara signifikan dapat
mengganggu kualitas hidup. Pengobatan dengan inhibitor pompa proton adalah
pengobatan yang efektif, tetapi kebutuhan untuk terapi seumur hidup mahal
biasanya diperlukan. Operasi adalah alternatif yang baik untuk terapi medis
yang berkepanjangan. Pasien dengan GERD parah dan rumit harus disarankan untuk
menjalani operasi, yang tampaknya memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan
dengan terapi medis. Operasi mengoreksi penyebab GERD; itu perbaikan hernia
hiatus, menambah esophageal sphincter rendah dan meningkatkan pengosongan
lambung dan esofagus motilitas tubuh. Ini menciptakan penghalang yang mencegah
tidak hanya dari refluks asam, tetapi juga dari refluks isi empedu dan
regurgitasi makanan. Oleh karena itu, operasi tampaknya lebih efektif dalam
mengontrol kedua gejala dan perkembangan penyakit ke bentuk yang lebih serius
dari metaplasia Barrett dan mungkin adenokarsinoma. Fundoplication Laparoskopi
adalah standar emas untuk pengobatan bedah GERD.
SARAN
1. Perubahan Gaya Hidup
- Makan perlahan dan tidak
terburu-buru.
- Hindari makan sebelum tidur.
- Berat badan ideal.
- Berhenti merokok.
- Batasi konsumsi alkohol.
2. Makanan yang Harus Dihindari
- Makanan pedas
- Makanan berlemak
- Cokelat
- Kafein
- Jeruk dan buah asam
3. Makanan yang Baik untuk GERD
- Makanan rendah lemak
- Buah-buahan tidak asam (pisang,
apel)
- Sayuran (wortel, kentang)
- Gandum utuh
4. Pengobatan Medis
- Antasid (Tums, Rolaids)
- H2 blocker (ranitidin, famotidin)
- Proton pump inhibitor (PPI)
(omeprazol, lansoprazol)
5. Terapi Alternatif
- Akupunktur
- Terapi relaksasi
- Yoga
6. Pengobatan Bedah
- Fundoplikasi (operasi untuk
mengencangkan katup kerongkongan
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Hardhi. 2013.
Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Medis &
NANDA NIC-NOC. Jilid 1.
Jakarta: Media Action Publishing.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
(2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta,
Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI,
(2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta,
Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
(2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta,
Persatuan Perawat Indonesia
DOWNLOAD FILENYA
Comments
Post a Comment