unduh laporan pendahuluan abses

 I.          DEFINISI KASUS :

    Abses (Latin: ebsosssus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telan mati yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh bakteri atau parast) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan olah jaringan untuk mencegah penyebaran/perluasan infoksi ke bagian tubuh yang lain. Abhisas adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah (Siregar 2004).

 

    Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari infeksi yang melibatkan organisme plogenik, nanah merupakan suatu campuran dari jaringan nekotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicairkan oleh enzim autolitik (Morison, 2003 dalam Nurarif & Kusuma, 2013)

    Plantar fasciitis adalah kondisi umum yang disebabkan oleh penggunaan yang berlebihan atau terlalu banyak memberikan tekanan pada kaki. Pada kondisi ini, terjadi peradangan pada jaringan bawah kaki yang disebut dengan plantar fascia sehingga timbul rasa nyeri pada tumit dan foot arch (lengkungan kaki)

    Dari pengertian diatas dapat disimpulkan abses plantar adalah infekar kulit yang disebabkan oleh bakteri parasit atau karena adanya benda asing (misalnya luka peluru maupun jarum suntik) dan mengandung nanah yang merupakan campuran dari janngan nekrotik, hakten, dan sel darah putih yang sudah mati yang dicarkan oleh enzim autolitik yang timbul di kaki.

II.      ETIOLOGI

Menurut Siregar (2004) abses dapat disebabkan karena adanya :

1.      Infeksi mikrobial

Salah satu penyebab yang paling sating ditemukan pada proses radang salah infeksi mikrobial. Vinus menyebabkan kematian sel dengan cara multiplikasi intraseluler. Bakton melepaskan eksotoksin yang spesifik yatu suanı sintesis kinkawi yang secara spesifik mengawasi proses radang atau melepaskan endotoksin yang ada hubungannya dengan diriding sel.

2.      Reaksi hipersentivitas

Reaksi hipersentivitas terjadi bila perubahan kondisi respons imunolog mengakibatkan tidak sesuainya atau bedebihannya reaksi imun yang akan merusak jaringan.

3.      Agen fisik

Kerusakan jaringan yang terjadi pada proses radang dapat melalui traurna fisik, ultraviolet atau radiasiion, terbakar otau dingin yang berlebih (frosbine).

4.      Bahan kimia intan dan korosif

Bahan lumiawi yang menyebabkan korosif (bahan oksidan, asam, basa) akar merusak jaringan yang kemudian akan memprovokasi terjadinya proses radang. Disamping itu, egen penyebab infeksi dapat melepaskan bahan kimiawi spesifik yang mengintasi dan langsung mengakibatkan radang.

 

III. MANIFESTASI KLINIS

     Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk di kaki. Menurut Smeltzer & Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa:

1.      Nyeri

2.      Nyeri tekan

3.      Teraba hangat

4.      Pembengakakan

5.      Kemerahan

6.      Demam

Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai benjolan. Adapun lokasi abses antara lain keliak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih tumbuh lebih besar. Paling sering, abses akan menimbulkan Nyeri tekan dengan massa yang berwarna merah, hangat pada permukaan abses, dan lembut.

1.      Abses yang progresif, akan timbul "litik" pada kepala abses sehingga Anda dapat melihat materi dalam dan kemudian secara spontan akan terbuka (pecah).

2.      Sebagian besar akan terus bertambah buruk tanpa perawatan, Infeksi dapat menyebar ke jaringan di bawah kulit dan bahkan ke aliran darah.

Jika infeksi menyebar ke jaringan yang lebih dalam, Anda mungkin mengalami demam dan mulai merasa sakit. Abses dalam mungkin lebih menyebarkan infeksi keseluruh tubuh

 

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

-          Pemeriksaan laboratorium.

1.      Pada pemeriksaan laboratorium biasanya ditemukan peningkatan sel darah putih(leukosil) yang diakibatkan oleh terjadinnya inflamasi atau infeksi pada skrotum,

2.      Selain itu dapat dilakukan Kultur urin dan pewarnaan gram untuk mengetahui kuman penyebab infeksi

3.      Analisa urin untuk melihat apakah disertai pyuria atau tidak

4.      Kultur darah bila dicurigai telah terjadi infeksi sistemik pada penderita

-          Pemeriksaan pencitraan

1.      USG, CT Scan, atau MRI dan rongsen dilakukan untuk menentukan lokasi dan ukuran

.

V.    MASALAH KEPERAWATAN :

1.      Gangguan integritas jaringan

2.      Gangguan pola tidur

3.      Gangguan aman dan nyaman (nyeri)

4.      Resiko infeksi

5.      Ansietas

6.      Gangguan suhu tubuh (hipertermi)

 

VI. MASALAH KOLABORATIF :

1.    Kolaboratif dengan dokter DPJP sebagai penentu diagnosa medis pasien.

2.    Kolaboratif dengan ahli gizi sebagai pemberian diit pasien.

3.    Kolaboratif dengan farmasi sebagai pelayanan obat untuk pasien

 

VII.             PATOFISIOLOGI

A.    URAIAN

Menurut Guyton (2012), patofisiologi abses merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran atau perluasan infeksi ke bagian lain dari tubuh. Cedera jaringan yang disebabkan oleh infeksi microbial, reaksi sensitivitas, agen fisik, bahan kimia korosif, dan nekrosis menyebabkan peradangan atau inflamasi. Sehingga oleh jaringan dilepaskan histamin, bradikin, seratonin ke cairan sekitarnya. Zat-zat ini khususnya histamin meningkatkan aliran darah lokal dan juga meningkatkan permebilitas kapiler, vena dan vanula, memungkinkan sejumlah besar cairan dan protein, termasuk fibrinogen bocor masuk kedalam jaringan. Terjadi edema eksternal lokal serta cairan ekstrasel dari cairan limfe keduanya membeku karena efek koagulasi eksudat jaringan atas fibrinogen yang bocor. Lalu mengakibatkan edema hebat dalam ruang sekitar, hal ini mengakibatkan regangan dan distorsi jaringan yang menyebabkan nyeri (dolor) memperlihatkan tanda rubor dan kolor. Masalah keperawatan yang muncul adalah gangguan pemenuhan kebutuhan kenyamanan (nyeri). Magrofag dapat mengfagositosis jauh lebih banyak bakteri dari pada neutrofil dan mereka dapat juga memakan banyak jaringan nekrotik. Bila neutrofil dan magrofag menelan bakteri dan jaringan nekrotik dalam jumlah besar, maka neutrofil dan magrofag akan mati dan menyebabkan terbentuknya rongga dalam jaringan yang meradang yang berisi berbagai bagian jaringan nekrotik, neutrofil yang mati dan makrofag yang mati. Campuran ini disebut nanah. Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong. Jaringan pada sekitarnya tumbuh dikeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses, nekrosis jaringan dan kulit menyebabkan abses pecah dan menyebabkan kerusakan jaringan. Masalah keperawatan yang muncul Kerusakan Integritas Jaringan.

Setelah peradangan dimulai area yang radang diinvasi oleh netrofil dan makrofag serta memulai melakukan fungsi skavengernya membersihkan jaringan dari agen infeksi atau toksik. Makrofag yang telah berada dalam jaringan mulai kerja fagositiknya. Akibatnya leukosit dalam darah meningkat dan mengeluarkan pirogen. Pirogen endogen akan mengalir dalam darah dan akan bergerak dari tempat produksinya menuju pusat termogulator dihipotalamus. Pirogen endogen yang sudah berada pada hipotalamus, akan merangsang sel-sel hipotalamus untuk mensekresikan asam arakhidonat. Pensekresian asam arakhidonat akan menstimulasi pengeluaran prostaglandin E2 yang menyebabkan demam. Masalah keperawatan yang muncul adalah hipertermi


 

B.     SKEMA

Tertusuk benda tajam

(kayu, paku, besi dll)

 

 
                                                           

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Merangsang sel endotel hipotalamus

 
    

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 


VIII.     PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN FOKUS

a.       Identitas klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamt, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register dan diagnosa medis.

b.      Keluhan utama

Nyeri, panas, bengkak, dan kemerahan pada area abses.

c.       Riwayat keluhan utama:

-          Abses kulit atau bawah kulit sangat mudah dikenal, sedangkan abses dalam seringkali sulit ditemui.

-          Riwayat trauma, seperti tertusuk jarum tidak steril atau terkena peluru.

-          Riwayat infeksi (suhu tinggi) yang secara cepat menunjukkan rasa sakit yanng diikuti adanya eksudat tetapi tidak bisa dikeluarkan.

d.      Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat penyakit yang sedang dialalami sekarang.

e.       Riwayat kesehatan masa lalu

Riwayat penyakit menular dan kronis serta riwayat konsumsi obat- obatan rutin.

f.        Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus.

g.      Aktivitas istirahat

Gejala: malaise.

h.      Sirkulasi

Tanda: tekanan darah normal atau sedikit dibawah jangkauan normal. Denyut perifer kuat, cepat (perifer hiperdinamika): lemah atau lambat atau mudah hilang, takikardi ekstrem (syok), kuku hangat, vasodilatasi, pucat lembab, burik (vasokontraksi).

i.        Makanan dan cairan

Gejala:

anoreksia, mual, muntah

Tanda: penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan atau masa otot (malnutrisi). Penurunan haluaran konsentrasi urin.

j.        Neurosensori

Gejala: sakit kepala dan pusing.

Tanda: gelisah, kacau mental, ketakutan.

 

k.      Nyeri atau kenyamanan

Gejala: lokalisasi rasa sakit atau ketidaknyamanan.

PENILAIAN NYERI

l.        Pernapasan

Tanda: takipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan.

m.    Keamanan

Tanda: suhu umumnya meningkat (37,9°C atau lebih) tetapi mungkin normal, kadang abnormal (dibawah 36,6°C), menggigil, lokalisasi nyeri.

n.      Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik klien dengan abses ditemukan:

-          Luka terbuka atau tertutup.

-          Organ atau jaringan terinfeksi.

-          Massa eksudat dengan bermata.

-          Peradangan dan berwarna pink hingga kemerahan.

-          Abses superficial dengan ukuran berpariasi.

-          Rasa sakit dan bila dipalpasi aan terasa fluktuatif.

 

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN :

Diagnosis yang muncul pada pasien dengan abses menurut Nurarif & Kusuma (2015), adalah sebagai berikut:

1.      Nyeri akut

Definisi

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

Penyebab

1.      Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma).

2.      Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)

3.      Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong. mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

 

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif :

1.      mengeluh nyeri

Objektif :

1.      Tampak meringis

2.      Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)

3.      Gelisah

4.      Frekuensi nadi meningkat

5.      Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif (tidak tersedia)

Objektif :

1.      Tekanan darah meningkat

2.      Pola napas berubah

3.      Nafsu makan berubah

4.      Proses berpikir terganggu

5.      Menarik diri

6.      Berfokus pada diri sendiri

7.      Diaforesis

Kondisi Klinis Terkait

1.      Kondisi pembedahan

2.      Cedera traumatis

3.      Infeksi

4.      Sindrom koroner akut

5.      Glaukoma

 

2.      Hipertermi

Definisi

Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.

Penyebab

1.      Dehidrasi

2.      Terpapar lingkungan panas

3.      Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)

4.      Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan

5.      Peningkatan laju metabolisme

6.      Respon trauma

7.      Aktivitas berlebihan

8.      Penggunaan inkubator

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif (tidak tersedia)

Objektif:

1.      Suhu tubuh diatas nilai normal

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif (tidak tersedia)

Objektif :

1.      Kulit merah

2.      Kejang

3.      Takikardi

4.      Takipnea

5.      Kulit terasa hangat

Kondisi Klinis Terkait

1.      Proses infeksi

2.      Hipertiroid

3.      Stroke

4.      Dehidrasi

5.      Trauma

6.      Prematuritas

 

3.      Resiko infeksi

Definisi

Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.

Faktor Risiko :

1.      Penyakit kronis (mis. diabetes melitus)

2.      Efek prosedur invasif

3.      Malnutrisi

4.      Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan

5.      Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer:

-          Gangguan peristaltik

-          Kerusakan integritas kulit

-          Perubahan sekresi pH

-          Penurunan kerja siliaris

-          Ketuban pecah lama

-          Ketuban pecah sebelum waktunya

-          Merokok

-          Statis cairan tubuh

6.      Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:

-          .Penurunan hemoglobin

-          Imununosupresi

-          Leukopenia

-          Supresi respon inflamasi

-          Vaksinasi tidak adekuat

Kondisi Klinis Terkait

1.      AIDS

2.      Luka bakar

3.      Penyakit paru obstruktif kronis

4.      Diabetes melitus

5.      Tindakan invasif

6.      Kondisi penggunaan terapi steroid

7.      Penyalahgunaan obat

8.      Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW)

9.      Kanker

10.  Gagal ginjal

11.  Imunosupresi

12.  Lymphedema

13.  Leukositopenia

14.  Gangguan fungsi hati

 

4.      Kerusakan integritas jaringan

Definisi

Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau ligamen).

Penyebab

1.      Perubahan sirkulasi

2.      Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)

3.      Kekurangan/kelebihan volume cairan

4.      Penurunan mobilitas

5.      Bahan kimia iritatif

6.      Suhu lingkungan yang ekstrem

7.      Faktor mekanis (mis. penekanan pada tonjolan tulang, gesekan) atau faktor elektris (elektrodiatermi, energi listrik bertegangan tinggi)

8.      Efek samping terapi radiasi

9.      Kelembaban

10.  Proses penuaan

11.  Neuropati perifer

12.  Perubahan pigmentasi

13.  Perubahan hormonal

14.  Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/melindungi integritas jaringan

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif (tidak tersedia)

Objektif :

1.      Kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit.

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif (tidak tersedia)

Objektif  :

1.      Nyeri

2.      Perdarahan

3.      Kemerahan

4.      Hematoma

Kondisi Klinis Terkait

1.      Imobilisasi

2.      Gagal jantung kongestif

3.      Gagal ginjal

4.      Diabetes melitus

5.      Imunodefisiensi (mis. AIDS)


C.    INTERVENSI

No.

Diagnosa keperawatan

SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia)

SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia)

1.

Nyeri akut b.d agen pencedera fsiologi (inflamasi)

Tujuan : setelah dilakukan                                                 tindakan keperawatan …..x 24 jam diharapkan nyeri akut menurun, dengan kriteria hasil : (L.08066)

1.         Keluhan nyeri menurun

2.         Meringis menurun

3.         Sikap protektif menurun

4.         Kesulitan tidur menurun

5.         Frekuensi nadi membaik

Manajeman Nyeri (I. 1.08238)

Observasi

1.      Identifikasi         lokasi, karakteristik,      durasi, frekuensi,intensitas nyeri.

2.      Identifikasi skala nyeri.

3.      Identifikasi respons nyeri nonverbal

4.      Identifikasi      faktor      yang memperberat    dan memperingan nyeri.

5.      Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

6.      Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri.

7.      Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

8.      Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan.

9.      Monitor efek samping penggunaan analgetik 

Terapeutik

 

10.  Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (Mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,terapi

11.  Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan).

12.  Fasilitasi istirahat tidur

13.  Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri.

Edukasi

14.  Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

15.  Jelaskan strategi meredakan nyeri

16.  Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

17.  Anjurkan mengguankan analgesic secara tepat

18.  Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

Kolaborasi

19.  Kolaborasi pemberian analgesic, jika perlu.

2.

Hipertermi b.d proses penyakit

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..x24 jam, diharapkan Termoregulasi

(L.14134) membaik, dengan kriteria hasil:

1.      Menggigil menurun

2.      Kulit menurun. Merah

3.      Kejang menurun

4.      Akrosianosis menurun

5.      Konsumsi oksigen menurun

6.      Piloereksi menurun

7.      Vasokontriksi perifer menurun

8.      Kutis menurun memorata

9.      Pucat menurun

10.   Takikardi menurun

11.  Takipnea menurun

12.   Bradikardi menurun

13.  Dasar kuku sianolik menurun.

14.  Hipoksia menurun

15.   Suhu membaik tubuh

16.  Suhu membaik kulit

Manajemen Hipertermia 1.15506)

Observasi

1.      Identifikasi penyebab hipertermia (mis. dehidrasi, terpapar lingkungan penggunaan inkubator) panas.

2.      Monitor suhu tubuh

3.      Monitor elektrolit kadar

4.      Monitor urine haluaran

5.      Monitor komplikasi akibat hipertermia

Terapeutik

6.      Sediakan lingkungan. yang dingin

7.      Longgarkan lepaskan pakaian atau

8.      Basahi dan kipasi permukaan tubuh

9.      Berikan cairan oral

10.  Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis (keringat berlebih)

11.  Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)

12.  Hindari pemberian. antipiretik aspirin atau

13.  Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

14.  Anjurkan baring tirah

Kolaborasi

15.   Kalaborasi pernberian dan cairan elektrolit intravena, jika perlu

3.

Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan sekunder

Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama ....x24 jam maka infeksi dapat membaik dengan kriteria hasil :

1.      Demam menurun

2.      Kemerahan menurun

3.      Nyeri menurun

4.      Bengkak menurun

Pencegahan infeksi

Observesi

1.      Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik

Terapeutik

2.      Batasi jumlah pengunjung

3.      Berikan perawatan kulit pada area edema Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien

4.      Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi

Edukasi

 

5.      Jelaskan tanda dan gejala infeksi

6.      Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

7.      Ajarkan etika batuk

8.      Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi

9.      Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

10.  Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi

11.  Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu

4.

Kerusakan intregitas jaringan b.d trauma jaringan

Integritas Kulit dan Jaringan (L.14125)

Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama ....x24 jam maka Integritas kulit dan jaringan pada pasien dapat membaik dengan kriteria hasil:

1.      Perfusi jaringan meningkat

2.      Kenisakan jaringan menurun

3.      Kerusakan lapisan kulit menurun

4.      Hematoma menurun

5.      Tekstur membaik

Perawatan Integritas Kulit (1.11353)

Observasi:

1.      Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis, perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)

Terapeutik:

2.      Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring

3.      Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu

4.      Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare

5.      Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering

6.      Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif

7.      Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering

 

Edukasi:

8.      Anjurkan menggunakan pelembab (mis. lotion, serum)

9.      Anjurkan minum air yang cukup

10.  Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

11.  Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur

12.  Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem

13.  Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada di luar rumah

14.  Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya

 

 

 

 

 

 


 

D.    DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall & Moyet, Buku Saku; Diagnosis Keperawatan, 13th Edition, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2013

Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Editor dalam bahasa Inggris kurt J. Lessebacher. Et. Al editor bahasa Indnesia Ahmad H. Asdie. Edisi 13. jakarta: EGC. 2005.

Nanda International, Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2012

Nurarif, Amin Huda & Hardi Kusuma, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA; NIC-NOC, Mediaction Publishing, Jakarta, 2013

Siregar, R, S. Atlas Berwarna Saripati Kulit. Editor Huriawati Hartanta. Edisi 2. Jakarta:EGC,2004.

Suzanne, C, Smeltzer, Brenda G Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Bruner and Suddarth. Ali Bahasa Agung Waluyo. (et,al) Editor bahasa Indonesia Monica Ester. Edisi 8 jakarta: EGC,2007.



unduh laporan pendahuluan abses

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DOWNLOAD CONTOH SURAT LAMARAN DAPUR MBG

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. M.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM (HIPERTERMIA)