Unduh File Laporan Pendahuluan KMB Diabetes Melitus Hipoglikemia

 

I.          DEFINISI KASUS :

          Diabetes Melitus adalah sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Brunner & Suddarth 2013). Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi karena pankreas tidak cukup menghasilkan insulin, atau saat tubuh tidak efektif memanfaatkan insulin yang dihasilkan (WHO, 2017). Diabetes melitus adalah salah satu penyakit tidak menular yang cukup serius yang dikarenakan insulin tidak dapat dihasilkan secara maksimal oleh pankreas (Safitri and Nurhayati, 2018).

II.                ETIOLOGI

Etiologi Diabetes Mellitus menurut Amin Huda dan Hardhi Kusuma dalam buku  Asuhan Keperawatan praktis berdasarkan NANDA NIC- NOC (2016) diantaranya adalah :

1)      Diabetes Mellitus tipe 1

Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel beta

pankreas yang    -disebabkan oleh :

(1)   Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecendurungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe ini

(2)    Faktor imunologi (autoimun)

 

(3)   Faktor lingkungan: virus atau toksik tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan ekstruksi sel beta.

2)      Diabetes Mellitus tipe II

Disebabkan kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor resiko

yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II: usia, obesitas,

riwayat dan keluarga.

Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan menurut Sudoyo

 (2009) dibagi menjadi 3 yaitu:

(1)  140 mg/dl normal

 

(2)  140-< 200 mg/dl : toleransi glukosa terganggu

 

(3)  200 mg/dl : diabetes

 

III.             MANIFESTASI KLINIS

          Brunner dan Suddarth (2013) menyebutkan manifestasi klinis pada penderita DM adalah sebagai berikut :

1.Poliuria (peningkatan pengeluaran urine), polidipsia (peningktan rasa haus), polifagia (peningkatan rasa lapar).

2.Keletihan dan kelemahan, perubahan pandangan secara mendadak, sensasi kesemutan atau kebas di tangan atau kaki, kulit kering, lesi kulit atau luka yang lambat sembuh, infeksi berulang.

3.DM tipe-1 dapat disertai dengan penurunan berat badan mendadak, mual, muntah, atau nyeri lambung.

4.DM tipe-2 disebabkan oleh intoleransi glukosa yang prgresif dan berlangsung perlahan (bertahun-tahun) dan mengakibatkan komplikasi jangka panjang apabila diabetes tidak

         Terdeteksi selama bertahun-tahun misalnya penyakit mata, neuropati perifer, dan penyakit vaskular perifer.

        Adapun tanda gejala dari hipoglikemia diklasifikasikan menjadi 2 yaitu neuroglikopenia dan autonom. Gejala neuroglikopenia yaitu gejala yang berhubungan langsung terhadap otak apabila terjadi kekurangan glukosa darah, sedangkan gejala autonom adalah gejala yang terjadi sebagai akibat dari aktivasi sistem adrenal sehingga terjadi perubahan persepsi fisiologi, yaitu gejala yang berhubungan langsung terhadap otak apabila terjadi kekurangan glukosa darah.

Tanda Gejala hipoglikemia menurut PERKENI (2015) diantaranya adalah :

1)      Tanda gejala autonom : Gemetar, palpitasi, berkeringat, gelisah, lapar, mual, kesemutan paresthesia (kesemutan / rasa tertusuk pada ekstremitas), palpitasi (jantung berdebar), pasien terlihat pucat, dan takikardia.

2)      Tanda gejala neuroglikopenia : kesulitan konsentrasi, bingung, lemah, lesu, pandangan kabur, pusing, pandangan kabur, diplopia.

IV.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK :

1.      Gula darah puasa.

Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram
oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.

2.      Gula darah 2 jam post prandial.

Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam.

3.      HBA1c.

Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3
bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal
antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita
DM dan beresiko terjadinya komplikasi.

4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu.

5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi.

 

V.       MASALAH KEPERAWATAN :

1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah  

2. Defisit Nutrisi

3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif

4. Gangguan perfusi perifer

5. Penurunan cardiak output (curah jantung)

6. Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

VI.    TINDAKAN KOLABORATIF :

1. Deteksi dan Penilaian Cepat:

Perawat: Merupakan lini pertama dalam mengidentifikasi tanda dan gejala hipoglikemia (misalnya, keringat dingin, gemetar, pusing, kebingungan, bicara pelo, perubahan perilaku, penurunan kesadaran). Mereka akan segera melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah (GDS) menggunakan glukometer.

Dokter: Setelah mendapatkan laporan dari perawat dan hasil GDS, dokter akan menilai kondisi klinis pasien, riwayat penyakit (terutama diabetes dan penggunaan obat-obatan), serta menentukan tingkat keparahan hipoglikemia.

2. Intervensi Medis Akut:

Dokter: Memberikan instruksi pengobatan berdasarkan tingkat kesadaran dan kemampuan menelan pasien.

Pasien Sadar dan Mampu Menelan:

Instruksi Dokter: Berikan karbohidrat sederhana secara oral (misalnya, 15-20 gram glukosa tablet, 150 ml jus buah, 2-3 sendok makan gula pasir yang dilarutkan dalam air).

Tindakan Perawat: Melaksanakan instruksi tersebut, memantau respons pasien, dan mengulang GDS dalam 15 menit. Ini dikenal sebagai "aturan 15-15".

Pasien Tidak Sadar atau Tidak Mampu Menelan:

Instruksi Dokter: Berikan Dextrose 40% intravena (IV) sebanyak 25-50 ml bolus (1-2 flakon) atau Dextrose 50% IV. Jika akses IV sulit, dapat dipertimbangkan glukagon intramuskular (IM) atau subkutan (SC) jika tersedia dan diindikasikan.

Tindakan Perawat: Memasang akses IV, mempersiapkan dan mengadministrasikan Dextrose 40% sesuai instruksi. Memantau tanda-tanda vital, tingkat kesadaran, dan GDS secara ketat setelah pemberian.

Dokter dan Perawat: Setelah pemberian Dextrose bolus, dokter mungkin menginstruksikan infus Dextrose 5% atau Dextrose 10% untuk mempertahankan kadar glukosa darah. Perawat bertanggung jawab untuk mengatur dan memantau infus ini.

3. Pemantauan dan Stabilisasi:

Perawat: Melakukan pemantauan ketat terhadap tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, laju pernapasan), tingkat kesadaran (menggunakan GCS), dan GDS setiap 15-30 menit hingga kadar glukosa darah stabil dalam rentang normal dan pasien menunjukkan perbaikan klinis.

Dokter: Mengevaluasi respons pasien terhadap terapi, menyesuaikan dosis infus Dextrose jika diperlukan, dan mempertimbangkan penyebab dasar hipoglikemia untuk mencegah kekambuhan.

4. Identifikasi dan Penanganan Penyebab Dasar:

Dokter: Menganalisis riwayat pasien, obat-obatan yang digunakan (terutama insulin dan obat hipoglikemia oral), pola makan, aktivitas fisik, dan fungsi organ (misalnya, ginjal, hati) untuk mengidentifikasi faktor pemicu hipoglikemia.

Farmasi: Memberikan informasi mengenai interaksi obat atau efek samping obat yang mungkin memicu hipoglikemia. Berkolaborasi dengan dokter dalam penyesuaian dosis obat antidiabetes.

Ahli Gizi: Memberikan rekomendasi pola makan yang sesuai, jadwal makan, dan porsi karbohidrat untuk mencegah hipoglikemia berulang, terutama pada pasien diabetes.

5. Edukasi Pasien dan Keluarga:

Tim Medis (Dokter, Perawat, Ahli Gizi): Secara kolaboratif memberikan edukasi komprehensif kepada pasien dan keluarga mengenai:

Tanda dan gejala hipoglikemia yang harus diwaspadai.

Langkah-langkah penanganan awal mandiri (aturan 15-15).

Pentingnya pemantauan GDS secara teratur.

Pola makan yang seimbang dan pentingnya tidak melewatkan makan.

Cara penggunaan insulin atau obat hipoglikemia oral yang benar, termasuk penyesuaian dosis jika diperlukan.

Pentingnya membawa identitas medis (misalnya, gelang diabetes) dan camilan manis.

Kapan harus mencari bantuan medis darurat.

 


 

VII. PATOFISIOLOGI :

A       SKEMA

 

..

 


B       URAIAN

   Penuaan, keturunan, infeksi, gaya hidup menyebakan sel beta pankreas rusak/terganggu mengakbitkan produksi insulin menurun hingga glukosa menurun. Ketika intake makanan kurang dari kebutuhan tubuh maka dapat menimbulkan hipoglikemia dimana kondisi gula darah kurang dari 60 g/dL, sehingga muncul masalah keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah.  Dapat juga berpengaruh pada penurunan nutrisi jaringan  otak menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh energi untuk bekerja meyebabkan sistem saraf pusat juga mengalami gangguan berat dan menyebabkan pusing serta penurunan kesadaran sehingga memunculkan masalah keperawatan Resiko Cedera dan gangguan perfusi jaringan serebral.  

Penurunan kesadaran menyebabkan reflek batuk dan kelemahan otot lidah menjadi tidak ada sehingga produksi cairan tidak bisa dikeluarkan dan lidah jatuh ke belakang dan menutup jalan napas memunculkan masalah keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif. Hipoglikemi menyebabkan glikogen dan asam amino mengalami pembongkaran sehingga massa otot dan kelemahan otot mengalami perubahan dan menyebabkan rasa mudah lelah sehingga memunculkan masalah keperawatan Intoleransi Aktivitas.

 

VIII.       PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN FOKUS KEPERAWATAN

1.      Identitas pasien

     Identitas pasien meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, no. register, tanggal MRS, dan diagnose medis.

2.      Keluhan utama.

3.      Riwayat penyakit sekarang dan terdahulu.

4.      Riwayat penyakit keluarga.

5.      Pemeriksaan fisik

      Pemeriksaan fisik meliputi observasi penampilan, perilaku, dan tingkat energi klien. Penampilan yang menyebabkan klien mengalami masalah tidur antara lain adanya lingkaran hitam di sekitar mata, konjungtiva kemerahan, kelopak mata bengkak, dan lain-lain. Sementara indikasi perilaku dapat meliputi iritabilitas, gelisah, tidak perhatian, bicara lambat, menguap. dan lain-lain. Di samping itu, klien yang mengalami masalah tidur juga dapat terlihat lemah, letargi, atau lelah akibat kekurangan energi.

 

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN (SDKI) :

1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah 

2. Defisit Nutrisi

3. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif

4. Gangguan perfusi perifer

5. Penurunan cardiak output (curah jantung)

6. Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

 

C. INTERVENSI KEPERAWATAN (SLKI dan SIKI) :

1. Manajemen Hipoglikemia

Observasi

- Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia

- Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia

Terapeutik

- Berikan karbohidrat sederhana, jika perlu

- Berikan glukagon, jika perlu

,- Berikan karbohidrat kompleks dan protein sesuai diet

- Pertahankan kepatenan jalan napas

- Pertahankan akses IV, jika perlu

- Hubungi layanan medis darurat, jika perlu

Edukasi

- Anjurkan membawa karbohidrat sederhana setiap saat Anjurkan memakal identitas darurat yang tepat

- Anjurkan monitor kadar glukosa darah

- Anjurkan berdiskusi dengan tim perawatan diabetes tentang penyesuaian program pengobatan

2. Manajemen Gangguan Makan

Observasi

- Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori

Terapeutik

- Timbang berat badan secara rutin

- Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas fisik (termasuk olahraga) yang sesual

- Lakukan kontrak perilaku (mis. Target berat badan, tanggung Jawab perilaku) Dampingi ke kamar mandi untuk pengamatan perilaku memuntahkan kembali makanan

- Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target dan perubahan prilaku

- Berikan konsekuensi jika tidak mencapal target sesuai kontrak

- Rencanakan program pengobatan untuk perawatan di rumah (mis. Medis, konseling)

Edukasi

- Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi pemicu pengeluaran makanan (mis. Pengeluaran yang disengaja, muntah, aktivitas berlebihan)

- Ajarkan pengaturan diet yang tepat

- Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah perilaku makan

Kolaborasi

- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan makanan

3. Manajemen Jalan Napas

Observasi

- Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)

- Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mangl, wheezing, ronkhi kering)

- Monitor sputum Gumlah, wama, aroma)

Terapeutik

- Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-ot dan chin-lift (jaw-thrust trauma servikal)

- Posisikan semi-Fowler atau Fowler Berikan minum hangat

- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 dotik

- Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal

- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill B

- Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

- Anjurkan asupan cairan 2000 mW/hari, jika tidak kontraindikasi

- Ajarkan teknik batuk elektif

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

    Pada tinjauan pustaka menurut Wikinson (2016) dan pada perencanaan tindakan keperawatan pada pasien menggunakan kriteria hasil yang mencapai pada pencapaian tujuan. Dalam intervensinya adalah memandirikan pasien dan keluarga dalam melaksanakan pemberian asuhan keperawatan melalui peningkatan pengetahuan (kognitif), keterampilan menangani masalah (psikomotor), dan perubahan tingkah laku (afektif).

    Tujuan tinjuan khusus dicantumkan kriteria waktu karena pada kasus nyata keadaan pasien secara langsung. Intervensi diagnosis keperawatan yang ditampilkan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat kesamaan, namun masing-masing intervensi tetap mengacu pada sasaran, data dan kriteria hasil yang ditetapkan.  

 

F. EVALUASI KEPERAWATAN

    Dilakukan pengkajian terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan atau dilaksanakan dengan berpedoman pada tujuan yang ingin dicapai. Pada bagian ini ditentukan apakah rencana tercapai atau tidak, masalah baru juga dapat muncul. Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam maka Nekrotik menurun, Keluhan nyeri menurun, Menjaga kebersihan diri dengan mandiri meningkat, Kadar glukosa darah meningkat.

 

IX.             DAFTAR PUSTAKA

Herdman, Heather. 2010. Nanda International Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2009- 2011. Jakarta: EGC

Jevon, Philip. 2010. Basic Guide ToMedical Emergencies InThe Dental Practice.
Inggris: Wiley

Blackwell Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic Hypoglycemia With Glucagon: an Underutilized Therapeutic Approach.

Dove Press Journal McNaughton, Candace D. 2011. Diabetes in the Emergency Department: Acute Care of Diabetes Patients. Clinical Diabetes

RA, Nabyl. 2009. Cara mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes Mellitus. Yogyakarta: Aulia Publishing

Setyohadi, Bambang. 2011. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Hadiatma, Mega. 2012. NURSING CARE IN HYPOGLYCEMIA IN PATIENTS WITH DIABETES MELLITUS IN THE INSTALLATION EMERGENCY HOSPITAL. Naskah publikasi UMS.pdf

Hidayah, N., & Masithoh, R. F. (2021). CONTINUOUS GLUCOSE
MONITORING (CGM) PADA KEGAWATDARURATAN DIABETES
MELLITUS (HIPOGLIKEMIA): LITERATURE REVIEW. Jurnal
Keperawatan BSI, 9(2), 211-219.

Hutagalung, D. N. (2019). Proses keperawatan dalam melakukan dokumentasi
keperawatan.

Munawaroh, S., & Pohan, V. Y. (2019). Efektifitas Media Audio Visual (Video)
Untuk Meningkatkan Ketrampilan Pemeriksaan Fisik Pada Mahasiswa S1
Keperawatan. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 4(2).

Prastiwi, M. I., Purwanti, O. S., & Kep, M. (2021). Gambaran Pengetahuan
Hiperglikemia dan Hipoglikemia pada Penderita Diabetes Melitus di
Puskesmas Karangpandan (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).

Rusdi, M. S. (2020). Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes Melitus. Journal Syifa
Sciences and Clinical Research (JSSCR), 2(2), 83-90.

Rusdi, M. S., & Afriyeni, H. (2019). Pengaruh hipoglikemia pada pasien
diabetesmelitus tipe 2 terhadap kepatuhan terapi dan kualitas hidup.
Journal of Pharmaceutical And Sciences, 2(1), 24-29.

Sari, Y. K. (2017). PENGALAMAN PENCEGAHAN DAN PENANGANAN
HIPOGLIKEMIA PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI KELURAHAN
SENDANG MULYO KOTA SEMARANG (Doctoral dissertation,
UniversitasMuhammadiyah Semarang).

Sutawardana, J. H., & Waluyo, A. (2016). STUDI FENOMENOLOGI
PENGALAMAN PENYANDANG DIABETES MELITUS YANG
PERNAH MENGALAMI EPISODEHIPOGLIKEMIA.

Syarli, S., & Maulina, Y. (2021). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
Hipoglikemia PadaDiabetes Melitus di RSUD Embung Fatimah Kota
Batam. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 6(4).

Tan, E. I. A., Irfannuddin, I., & Murti, K. PENGARUH DIET KETOGENIK
TERHADAP PROLIFERASI DAN KETAHANAN SEL PADA
JARINGANPANKREAS. JMJ, 7, 102-116.

Valentina, D. C. D. (2021). Faktor Prediktif Prognosis Pasien dengan
Ensefalopati Hipoglikemia. JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran
Indonesia, 9(1),117-123.

Yunus, R. (2019). INTEGRITAS DALAM PENGKAJIAN KEPERAWATAN.

Brunner, & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Nur Aini, L. M. (2016). Asuhan Keperawata Pada Sistem Endokrin dengan Pendekatan NANDA NIC NOC. Jakarta: Salemba Medika.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI.   (2018).    Standar   Intervensi    Keperawatan   Indonesia   : Definisi      dan         Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Rusdi, M. S. (2020). Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes Melitus . Journal Syifa Sciences and Clinical Research, 83-90.


donlod ya

 

Comments

Popular posts from this blog

DOWNLOAD CONTOH SURAT LAMARAN DAPUR MBG

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. M.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM (HIPERTERMIA)

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SYOK SEPSIS DI RUANG ICU