UNDUH FILE LAPORAN PENDAHULUAN Dengue Hemorhagic Fever (DHF)

 

I.            DEFINISI KASUS DAN KLASIFIKASI

Dengue Hemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia (kadar darah putih rendah), ruam, limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), dan trombositopenia. Pada DHF terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokosentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. (Nurarif & Kusuma 2015).

Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh Aedes Aebopictus (Wijayaningsih 2017). Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) menular melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (Harmawan 2018).

Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu (Nurarif & Kusuma 2015):

1.     Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi.

2.     Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau perdarahan di tempat lain.

3.     Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi disertai dengan sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak tampak gelisah.

4.     Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratur

II.             ETIOLOGI

Virus dengue merupakan penyebab dari penyakit DHF. Virus dengue menular melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty atau nyamuk Aedes Albopictus yang terinfeksi oleh virus. Dalam waktu 3 sampai 14 hari setelah virus masuk kedalam tubuh, tubuh akan memberikan tanda dan gejala sebagai perlawanan alami dari dalam (Handayani, 2019).

Etiologi dari penyakit DHF meliputi :

1.      Gigitan nyamuk


Penyakit DHF merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan disebarkan oleh nyamuk terutama spesies nyamuk Aedes aegypti yang menularkan virus saat menggigit dan menghisap darah.

2.      Daya tahan tubuh lemah

Daya tahan tubuh yang kuat hanya akan menyebabkan gejala ringan saat seseorang terkena demam berdarah. Sementara pada orang yang daya tahan tubuhnya lemah, infeksi virus dengue dapat menyebabkan DHF dengan gejala yang parah.

3.      Riwayat terinfeksi virus dengue

Jika seseorang pernah mengalami demam dengue sebelumnya, maka ia berisiko tinggi terkena DHF apabila kembali terinfeksi virus dengue.

4.      Gaya hidup

Kebersihan lingkungan yang kotor dapat menyebabkan tempat bersarangnya nyamuk penyebab DHF. Nyamuk tersebut akan berkembang biak dan menyebarkan virus dengue lewat gigitan atau saat menghisap darah.

III.             MANIFESTASI KLINIS

1.      Demam Dengue

Merupakan penyakit demam tinggi yang berlangsung secara mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari ditandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut :

a         Nyeri kepala

b        Nyeri di belakang bola mata (retro-orbital) c  Nyeri pada otot (Mialgia)

d        Ruam kulit (tampak bercak-bercak merah)

e         Manifestasi pendarahan (uji tourniquet positif atau petekie) f Leukopenia

g    Pemeriksaan serologi Dengue positif (Ariyati, 2017).

2.      Demam Berdarah Dengue

Menurut kriteria (WHO, 2016) Diagnosa Demam berdarah dengue dapat ditegakkan bila semua hal dibawah ini terpenuhi, yaitu:

a         Demam tinggi antara 2-7 hari, biasanya bersifak bifasik


b        Manifestasi pendarahan :

1)      Uji torniquet positif

2)      Petekie (ruam), ekimosis atau pupura (lebab atau memar)

3)      Pendarahan   mukosa    (epitaksis    (pendarahan    dihidung), pendarahan gusi)

4)      Hematemesis atau melena (muntah darah) c      Trombositopenia < 100.000/ml

d        Kebocoran plasma yang ditandai dengan :

1)      Peningkatan nilai hematokrit > 20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis kelamin.

2)      Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan yang adekuat.

e         Tanda kebocoran plasma seperti: hipoproteinemi, asietas (gelisah), efusi pleura (penumpukan cairan dirongga pleura).

3.      Sindrome Syok Dengue

Seluruh kriteria DBD diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu :

a    Penurunan kesadaran b Gelisah

c    Hipotensi (tekanan darah menurun) < 20mmHg d      Nadi cepat, lemah

e    Kulit dingin-lembab (Kemenkes RI, 2017)

 

 

IV.             PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a.       Laboratorium

1.      Pemeriksaan Darah lengkap

1)      Hemoglobin biasanya meningkat, apabila sudah terjadi pendarahan yang banyak dan hebat. Hb biasanya menurun. Nilai normal : Hb 10-16 gr/dL

2)      Hematokrit meningkat 20% karena darah mengental dan terjadi kebocoran plasma. Nilai normal : 33-38%


3)      Trombosit biasanya menurun akan mengakibatkan: Trombositopenia <100.000/ml. Nilai normal : 200.000- 400.000/ml Leukosit mengalami penurunan dibawah normal Nilai normal : 9.000-12.000/ml

2.      Pemeriksaan Kimia darah

Hipoproteinemia, hiponatremia (Nilai normal: 135-147 meq/l), hipokloremia (Nilai normal: 100-106 meq/1).

3.      Pemeriksaan analisa gas darah :

1)      PH darah biasanya meningkat: Nilai normal: 7,35-7,45

2)      Dalam keadaan lanjut biasanya terjadi asidosis metabolic mengakibatkan PCO2 menurun dari nilai normal (35-40mmHg) dan HCO3 rendah.

3)      Isolasi virus

4.      Uji Serologi

1)      Uji hemaglutinasi inhibisi (HI Test)

2)      Uji komplemen fiksasi (CF Test)

3)      Uji neutralisasi (Nt Test)

4)      IgM ELISA

5)      Pada renjatan yang berat, periksa : PCV (setiap jam), faal hemostatis, FDP, EKG, BUN, kreatinin serum (Ns. Yuliastati, S.Kep & Amelia Arnis, 2020).

5.      Radiologi

Pada foto dada terdapat efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi bila terjadi pembesaran plasma hebat, efusi pleura ditemui dikedua hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral (Kemenkes RI, 2017)


V.           

Permeabilitas meningkat

Resiko Defisit Nutrisi

Kurang intake nutrisi

Mual muntah

acsites

abdomen

Hipertermia

Peningkatan suhu tubuh

Peningkatan kerja thermostat

Aktivasi interleukin di hipotalamus

Proses inflamasi

Kebocoran plasma

 

 

Ke ekstravaskuler

 

Kerusakan endotel pembuluh darah

 

 

DIC

 

 

Hipoksia jaringan

 

 

Asidosis metabolik

 

 

Resiko Syok Hipovolemik

 

Agregasi trombosit

 

 

Trombositopeni

 

 

Resiko pendarahan

 

 

Resiko Perfusi Perifer Tidak Efektif

 

Paru-paru

 

 

Efusi pleura

 

 

Pola Napas Tidak Efektif

 

hepar

 

 

hepatomegali

 

 

Penekanan intraabdomen

 

 

Nyeri Akut

 

PATOFISIOLOGI

A.    

Gigitan nyamuk, daya tahan tubuh lemah, riwayat terinfeksi virus,gaya hidup tidak sehat

SKEMA

 

Arbovirus melalui nyamuk aedes aegypti

Beredar dalam darah


 

 

Infeksi virus Dengue

Dengue Hemorhagic Fever (DHF)

Membentuk dan melepaskan zat c3a, c5a (bradykinin, serotonin, thrombin, dan histamine)


 


B.     URAIAN

Lingkungan yang kotor dapat menyebabkan sarang berkembang biaknya nyamuk aedes aegypti, nymuk tersebut menyebarkan virus dengue melalui gigitan dan virus dengue menyebar ke seluruh tubuh melalui darah. Darah yang terkena virus dengue menjadi terinfeksi dan menyebabkan penyakit Dengue Hemorhagic Fever (DHF). Akibat dari penyakit DHF tubuh membentuk dan melepaskan zat c3a dan c5a (senyawa yang memberikan stimulasi pada sel untuk melepaskan histamin yang meningkatkan kontraksi otot polos). Hormon tersebut menyebabkan agregasi trombosit, kerusakan endotel pembuluh darah, kebocoran plasma serta proses infamasi (respon pertahanan tubuh terganggu). Agregasi trombosit (kemampuan melekatnya trombosit membentuk suatu sumbatan) sumbatan dapat mengakibatkan trombositopeni (kekurangan sel darah merah) sehingga beresiko pendarahan dan menyebabkan maslaah keperawatan Resiko perfusi perifer tidak efektif. Kerusakan endotel dalam pembuluh darah yang menyebabkan DIC ( kondisi yang mempengaruhi kemampuan darah membeku) gumpalan darah yang abnormal dapat menyebabkan hipoksia jaringan (kekurangan oksigen). Kekurangan oksigen membentuk lemak yang berlebih sehingga menyebabkan masalah keperawatan resiko syok hipovolemik. Akibat preabilitas meningkat, plasma akan mengalami kebocoran dan menyebar ke ekstravaskuler yaiti paru-paru, hepar serta abdomen. Kebocoran plasma pada paru-paru menyebabkan efusi pleura (penumpukan cairan) sehingga menimbulkan masalah keperawatan pola napas tidak efektif. Pembengkakan pada hati (hepar) dapat menekan intra abdomen sehingga dapat menimbulkan masalah keperawatan Nyeri akut. Sedangkan kebocoran plasma pada abdomen dapat menyebabkan ascites (pembengkakan perut) yangmerangsang mual munta sehingga mengurangi nafsu makan dan dapat menyebabkan masalah keperawatan Resiko Defisit Nutrisi. Selain dari kebocoran plasma, permeabilitas yang meningkat dapat menyebabkan proses inflamasi (respon pertahanan tubuh terganggu) danmenibgkatkan kerja thermosthat sehingga tubuh mengalami peningkatan yang menyebabkan Hipertermia.


VI.             PENGKAJIAN FOKUS

1.      Biodata

Identitas pasien meliputi nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, pekerjaan, agama, pendidikan terakhir, Alamat, tanggal MRS.

2.      Diagnose medis

Berisi diagnose yang diderita pasien

3.      Keluhan utama

Pada pasien DHF pada umumnya adalah demam yang disertai sakit kepala atau pusing.

4.      Riwayat penyakit sekarang

Pada umumnya didapatkan keluhan pasien demam, yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu tubuh meningkat dan timbulnya bintik-bintik merah, pendarahan spontan dulu.

5.      Riwayat penyakit kesehatan/penyakit yang lalu

Ada kemungkinan anak yang telah terinfeksi penyakit DHF bisa berulang terjangkit DHF lagi, tetapi penyakit ni tak ada hubungan dengan penyakit yang pernah diderita.

6.      Riwayat kesehatan keluarga

Meliputi penyakit keturunan atau menular yang pernah diderita anggota keluarga

7.      Genogram

Meliputi informasi dari hubungan antar keluarga

8.      Aktivitas sehari hari

-          Pada umumnya pola makan dan minum pasien DHF mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh gejala penyakit seperti mual dan muntah

-          Pola istirahat dan tidur pasien DHF mengalami gangguan karena merasakan badan yang panas sehingga tidak dapat tidur/istirahat dengan nyaman.

-          Pola kebersihan pasien DHF biasa dibantu karena keadaan umum pasien yang lemas.


9.      Riwayat psikososial

Meliputi data konsep diri, pola peran hubungan dengan orang lain, pola seksual, pola mekanisme koping serta pola kognisi dan sensori.

10.  Data spiritual

Meliputi kepercayaan yang dianu pasien

11.  Pemeriksaan fisik

a.       Tingkat kesadaran : composmetis, apatis, somnolen, sopor, koma.

b.      Keadaan umum : pasien DHF tampak lemah dan lemas.

c.       Tanda-tanda vital :

1.      Suhu : di atas (37,5°C)

2.      Tekanan Darah : dapat meningkat pada DF dan DHF

3.      Nadi: > 60x/menit

4.      Frekuensi Pernapasan :>20x/menit

d.      Wajah : tampak kemerahan, teraba hangat.

e.       Mata : konjutiva anemis, sklera merah.

f.        Integumen : ruam, petekie, ekimosis, pupura, hematom, hiperemi, sianosis.

g.      Kardiovarkuler : pada DHF dapat hipotensi dan hipertensi, takikardia dan bradikardia.

h.      Mukuloskeletal : nyeri sendi dan otot.

12.  Pemeriksaan neurologis

Meliputi tingkat GCS, kemampuan sensorik dan motoric, reflek serta 12 nervus.

13.  Pemeriksaan penunjang

Meliputi pemeriksaan darah lengkap,urine, serologi dll.

 

 

 

VII.             MASALAH KEPERAWATAN

1.      Hipertermia

2.      Resiko Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif

3.      Resiko Syok Hipovolemik

4.      Pola Napas Tidak Efektif

5.      Nyeri Akut


6.      Resiko Deficit Nutrisi

VIII.             MASALAH KOLABORATIF

-

IX.             DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1.      Hipertermia (D.00130)

Definisi : suhu tubuh meningkat diatas rentaqng normal tubuh Penyebab :

1.      Dehidrasi

2.      Terpapar lingkungan panas

3.      Proses penyakit (mis: infeksi, kanker)

4.      Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan

5.      Peningkatan laju metabolisme

6.      Respon trauma

7.      Aktivitas berlebihan

8.      Penggunaan inkubator Gejala Dan Tanda Mayor

-   Subjektif : (tidak tersedia)

-   Objektif :

1. Suhu tubuh diatas nilai normal Gejala Dan Tanda Minor:

-   Subjektif : (tidak tersedia)

-   Objektif :

1.  Kulit merah

2.  kejang

3.  takikardi

4.  takipnea

5.  kulit terasa hangat

 

 

2.      Resiko Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif (D.0015)

Definisi : berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh.

Faktor risiko :

1.      Hiperglikemia


 

2.      Gaya hidup kurang gerak

3.      Hipertensi

4.      Merokok

5.      Prosedur endovaskuler

6.      Trauma

7.      Kurang terpapat informasi tentang faktor pemberat (misalnya merokok, gaya hidup kurang gerak, obesitas, imobilitas)

 

3.      Resiko Syok Hipovolemik (D.0039)

Definisi : berisiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa.

Faktor risiko :

1.      Hipoksemia

2.      Hipoksia

3.      Hipotensi

4.      Kekurangan volume cairan

5.      Sepsis

6.      Sindrom respons inflamasi sistemik (systemic inflammatory response syndrome/SIRS)

 

4.      Pola Napas Tidak Efektif (D.0005)

Definisi : inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.

Penyebab :

1.      Depresi pusat pernapasan

2.      Hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan)

3.      Deformitas dinding dada

4.      Deformitas tulang dada

5.      Gangguan neuromuskular


6.      Gangguan neurologis (mis. elektroensefalogram [EEG] positif, cidera kepala, gangguan kejang)

7.      Imaturitas neurologis

8.      Penurunan energi

9.      Obesitas

10.  Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru

11.  Sindrom hipoventilasi

12.  Kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf C5 keatas)

13.  Cidera pada medula spinalis

14.  Efek agen farmakologis

15.  Kecemasan Gejala Dan Tanda Mayor

- Subjektif :

1.  Dipsnea

-   Objektif :

1.  Penggunaan otot bantu pernapasan

2.  Fase ekspirasi memanjang

3.   Pola napas abnormal Gejala Dan Tanda Minor:

-   Subjektif :

1. ortopnea

-   Objektif :

1.  pernapasan pursed-lip

2.  pernapasan cuping hidung

3.  diameter thoraks anterior-posterior meningkat

4.  ventilasi semenit menurun

5.  kapasitas vital menurun

6.  tekanan ekspirasi menurun

7.  Tekanan inspirasi menurun

8.  eksursi dada berubah

 

 

5.      Nyeri Akut (D.0077)

Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional.


Penyebab :

1.      Agen pencedera fisiologis

2.      Agen pencedera kimiawi

3.      Agen pencedera fisik Gejala Dan Tanda Mayor

- Subjektif :

1.  Mengeluh nyeri

-   Objektif :

1.      tampak meringis

2.      bersikap protektif

3.      gelisah

4.      frekuensi nadi meningkat

5.      sulit tidur Gejala Dan Tanda Minor:

-   Subjektif : (tidak tersedia)

-   Objektif :

1.      Tekanan darah meningkat

2.      Pola napas berubah

3.      Nafsu makan berubah

4.      Proses berpikir terganggu

5.      Menarik diri

6.      Berfokus pada diri sendiri

7.      Diaphoresis

 

 

6.      Resiko Deficit Nutrisi (D.0032)

Definisi : berisiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.

Faktor resiko :

1.      Ketidakmampuan menelan makanan

2.      Ketidakmampuan mencerna makanan

3.      Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien

4.      Peningkatan kebutuhan metabolisme

5.      Faktor ekonomi (mis: finansial tidak mencukupi)


6.      Faktor psikologis (mis:  stres, keengganan untuk makan)

 

 

X.            INTERVENSI KEPERAWATAN

1.      Hipertermia

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa termoregulasi membaik adalah:

1.      Menggigil menurun

2.      Suhu tubuh membaik

3.      Suhu kulit membaik

 

Intervensi : manajemen hipertermia Observasi

1.      Identifikasi penyebab hipertermia (mis: dehidrasi, terpapar lingkungan panas, penggunaan inkubator)

2.      Monitor suhu tubuh

3.      Monitor kadar elektrolit

4.      Monitor haluaran urin

5.      Monitor komplikasi akibat hipertermia Terapeutik

1.      Sediakan lingkungan yang dingin

2.      Longgarkan atau lepaskan pakaian

3.      Basahi dan kipasi permukaan tubuh

4.      Berikan cairan oral

5.      Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis (keringat berlebih)

6.      Lakukan pendinginan eksternal (mis: selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)

7.      Hindari pemberian antipiretik atau aspirin

8.      Berikan oksigen, jika perlu Edukasi

1. Anjurkan tirah baring Kolaborasi


1.      Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

2.      Resiko Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif Kriteria hasil :

1.      Kekuatan nadi perifer meningkat

2.      Warna kulit pucat menurun

3.      Pengisian kapiler membaik

4.      Akral membaik

5.      Turgor kulit membaik Intervensi : pencegahan syok Observasi

1.      Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP)

2.      Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)

3.      Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)

4.      Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil

5.      Periksa Riwayat alergi Terapeutik

1.      Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen > 94%

2.      Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu

3.      Pasang jalur IV, jika perlu

4.      Pasang kateter urin untuk menilai produksi urin, jika perlu

5.      Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi Edukasi

1.      Jelaskan penyebab/faktor risiko syok

2.      Jelaskan tanda dan gejala awal syok

3.      Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala awal syok

4.      Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

5.      Anjurkan menghindari alergen Kolaborasi

1.      Kolaborasi pemberian IV, jika perlu

2.      Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu

3.      Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu


3.      Resiko syok hipovolemik Kriteria hasil :

1.      Kekuatan nadi meningkat

2.      Output urin meningkat

3.      Tingkat kesadaran meningkat

4.      Akrat dingin menurun

5.      Pucat menurun

6.      Tekanan arteri rata-rata membaik (LIHAT: Kalkulator MAP)

7.      Tekanan darah sistolik membaik

8.      Tekanan darah diastolik membaik

9.      Tekanan dari membaik

10.  Pengisian kapiler membaik

11.  Frekuensi nadi membaik

12.  Frekuensi napas membaik Intervensi : Manajemen syok Observasi

1.      Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP)

2.      Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)

3.      Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)

4.      Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil

5.      Periksa Riwayat alergi Terapeutik

1.      Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen > 94%

2.      Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu

3.      Pasang jalur IV, jika perlu

4.      Pasang kateter urin untuk menilai produksi urin, jika perlu

5.      Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi Edukasi

1.      Jelaskan penyebab/faktor risiko syok

2.      Jelaskan tanda dan gejala awal syok

3.      Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala awal syok

4.      Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

5.      Anjurkan menghindari alergen


Kolaborasi

1.      Kolaborasi pemberian IV, jika perlu

2.      Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu

3.      Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu

4.      Pola napas tidak efektif Kriteria hasil :

1.      Dispnea menurun

2.      Penggunaan otot bantu napas menurun

3.      Pemanjangan fase ekspirasi menurun

4.      Frekuensi napas membaik

5.      Kedalaman napas membaik Intervensi : manajemen jalan napas Observasi

1.      Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)

2.      Monitor bunyi napas tambahan (misalnya: gurgling, mengi, wheezing, ronchi kering)

3.      Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) Terapeutik

1.      Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin- lift (jaw thrust jika curiga trauma fraktur servikal)

2.      Posisikan semi-fowler atau fowler

3.      Berikan minum hangat

4.      Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

5.      Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik

6.      Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal

7.      Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill

8.      Berikan oksigen, jika perlu Edukasi

1.      Anjurkan    asupan    cairan    2000    ml/hari,    jika    tidak    ada kontraindikasi

2.      Ajarkan Teknik batuk efektif

3.      Kolaborasi

 

 

4.      Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.


5.      Nyeri akut Kriteria hasil :

1.      Keluhan nyeri menurun

2.      Meringis menurun

3.      Sikap protektif menurun

4.      Gelisah menurun

5.      Kesulitan tidur menurun

6.      Frekuensi nadi membaik Intervensi : manajemen nyeri Observasi

1.      Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

2.      Identifikasi skala nyeri

3.      Idenfitikasi respon nyeri non verbal

4.      Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

5.      Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

6.      Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

7.      Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

8.      Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan

9.      Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik

1.      Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (mis: TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)

2.      Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)

3.      Fasilitasi istirahat dan tidur

4.      Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi

1.      Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

2.      Jelaskan strategi meredakan nyeri

3.      Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri


4.      Anjurkan menggunakan analgesik secara tepat

5.      Ajarkan Teknik farmakologis untuk mengurangi nyeri Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

6.      Resiko Deficit Nutrisi Kriteria hasil

Intervensi : manajemen nutrisi Observasi

1.      Identifikasi status nutrisi

2.      Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

3.      Identifikasi makanan yang disukai

4.      Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien

5.      Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik

6.      Monitor asupan makanan

7.      Monitor berat badan

8.      Monitor hasil pemeriksaan laboratorium Terapeutik

1.      Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu

2.      Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis: piramida makanan)

3.      Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

4.      Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

5.      Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

6.      Berikan suplemen makanan, jika perlu

7.      Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastik jika asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi

1.      Ajarkan posisi duduk, jika mampu

2.      Ajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi

1.      Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis: Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu

2.      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu


DAFTAR PUSTAKA

 

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI : Jakarta

PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI

: Jakarta

 

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat PPNI : Jakarta

Andra Saferi Wijaya. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogyakarta: Nuha Medika.

Amin Huda Nurarif & Kusuma, Hardhi. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC (Edisi Revisi). MediAction.

Wijayaningsih, Kartika Sari. 2017. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: TIM. Harmawan. 2018. Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta.


UNDUH FILENYA

Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SYOK SEPSIS DI RUANG ICU

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. M.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM (HIPERTERMIA)