laporan pendahuluan open fraktur
A.
Konsep Dasar
1.
Definisi
Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma
dandigolongkan sesuai dengan jenis arah garis fraktur (Tambayong, 2000 hal :
124).Menurut Mansjoer (2000, hal : 346) fraktur adalah terputusnya kontinuitas
jaringan tulang dan tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa.Smeltzer (2001, hal : 2357) mendefinisikan fraktur sebagai suatu
keadaanterputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai dengan jenis dan
luasnya.Sedangkan Price (2005, hal : 1183) mengemukakan bahwa fraktur merupakan
patah tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Fraktur femur
adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yangdisebabkan oleh trauma
langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu sepertigenerasi tulang /
osteoporosis (Widya, 2009). Sedangkan menurut Hartanto(2011) fraktur femur
adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang terjadiakibat trauma langsung
dan umumnya sering dialami oleh laki-laki dewasa. Berdasarkan beberapa definisi
diatas, maka penulis menyimpulkan bahwafraktur femur ialah rusaknya kontinuitas
tulang yang disebabkan oleh trauma fisik atau tanga fsisik uyang terjadi secara
langsung.
2.
Etiologi
Corwin (2009, hal : 336) menyebutkan penyebab fraktur yang palingsering
adalah trauma, terutama pada anak-anak dan dewasa muda. Adapun beberapa jenis
penyebab terjadinya fraktur adalah sebagai berikut:
a.
Fraktur patologis , yaitu fraktur
yang diakibatkan oleh trauma minimal atautekanan ringan dan sering terjadi pada
orang tua yang mengidap osteoporosis atau penderita tumor, infeksi atau
penyakit lain.
b.
Fraktur stress ( fatigue fraktur),
yaitu dapat terjadi pada tulang normal akibat strestingkat rendah yang
berkepanjangan. Fraktur ini terjadi pada mereka yangmenjalani olahraga daya
tahan misalnya lari jarak pendek.
Menurut Rasjad (2007) bahwa penyebab terjadi fraktur adalah sebagai
berikut:
a.
Fraktur fisiologis Suatu kerusakan
jaringan tulang yang diakibatkan oleh kecelakaan, tenagafisik dan trauma yaitu
dapat disebabkan oleh :
b.
Cedera langsung, yaitu pukulan
langsung terhadap tulang sehingga tulang patahsecara spontan.
c.
Cedera tidak langsung, yaitu
pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,misalnya jatuh dengan tangan
terjulur menyebabkan fraktur klavikula atau orangtua yang terjatuh menganai
bokong dan berakibat fraktur kolom femur .
d.
Fraktur patologis
Dalam hal ini kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit
dimanadengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur. Hal ini dapat terjadi
pada berbagai keadaan, antara lain : tumor tulang (jinak dan ganas), infeksi
seperti osteomielitis , scurvy (penyakit gusi berdarah), osteomalasia ,
rakhitis, osteoporosis .
3.
Manifestasi Klinis
Smeltzer (2001, hal : 2358) menyebutkan bahwa manifestasi klinis
darifraktur adalah sebagai berikut :
a.
Nyeri terus menerus dan bertambah
beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi .
b.
Deformitas terjadi karena
pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai,ekstremitas yang diketahui
dengan membandingkan esktremitas normal.
c.
Pemendekan tulang terjadi pada
fraktur panjang karena kontraksi otot yangmelekat diatas dan dibawah tempat
fraktur.
d.
Krepitus teraba saat ekstremitas
diperiksa dengan tangan, yang teraba akibatgesekan antara fragmen satu dengan
yang lainnya.
e.
Pembengkakan dan perubahan warna
kulit lokal pada kulit yang terjadi akibattrauma dan pendarahan yang mengalami
fraktur.
Corwin (2009, hal 337) juga menyebutkan dan menjelaskan
bahwamanifestasi klinis dari fraktur adalah sebagai berikut :
a.
Nyeri biasanya patah tulang
traumatik dan cedera jaringan lunak. Spasme ototdapat terjadi setelah patah
tulang dan menimbulkan nyeri aktivitas dan berkurangdengan istirahat. Fraktur
patologis mungkin tidak disertai nyeri.
b.
Posisi tulang atau ekstremitas
yang tidak alami mungkin tampak jelas.
c.
Pembengkakan di sekitar tempat
fraktur akan menyertai proses inflamasi.
d.
Gangguan sensasi atau kesemutan
dapat terjadi, yang menandakan kerusakansaraf. Denyut nadi di bagian distal
fraktur harus utuh dan sama dengan bagian nonfraktur . Hilangnya denyut nadi di
sebelah distal dapat menandakan sindrom kompartemen .
e.
Krepitus (suara gemeretak) dapat
terdengar saat tulang digerakkan karena ujungujung patahan tulang bergeser satu
sama lain.
4.
Klasifikasi Corwin (2009, hal :
335) mengemukakan istilah-istilah yang digunakanuntuk menjelaskan berbagai
jenis fraktur, antara lain :
a.
Fraktur komplit, yaitu fraktur
yang mengenai suatu tulang secara keseluruhan.
b.
Fraktur inkomplit, yaitu fraktur
yang meluas secara parsial pada tulang.
c.
Fraktur sederhana (tertutup),
yaitu fraktur yang tidak menyebabkan robeknyakulit.
d.
Fraktur compound (terbuka), yaitu
fraktur yang menyebabkan robeknya kulit.
Menurut Mansjoer (2000, hal : 364) klasifikasi fraktur adalah sebagai
berikut :
a.
Fraktur tertutup ( closed ), bila
tidak terdapat hubungan antara fragmen tulangdengan dunia luar.
b.
Fraktur terbuka ( open compund ),
bila terdapat hubungan antara fragmen tulangdengan dunia luar karena adanya
perlukaaan di kulit. Adapun klasifikasi fraktur terbuka berdasarkan tingkat
derajatnya, yaitu:
1)
Derajat I : luka kurang 1 cm,
kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tandaluka remuk, fraktur sederhana,
transversal , oblik / kominutif ringan dankontaminasi minimal.
2)
Derajat II : Laserasi kurang 1 cm,
kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap / avulsi , fraktur kominutif sedang,
kontaminasi sedang.
3)
Derajat III : terjadi kerusakan
jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit,otot dan neurovaskuler serta
kontaminasi derajat tinggi.
Smeltzer (2001, hal : 2358) menyebutkan bahwa klasifikasi fraktur
berdasarkan pergeseran anatomis tulang bergeser atau tidak bergeser,
adalahsebagai berikut :
a.
Greenstik , yaitu fraktur dimana
salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya.
b.
Transversal , yaitu fraktur
sepanjang garis tengah tulang.
c.
Oblik , yaitu fraktur yang
membentuk sudut garis tengah tulang (lebih tidak stabildibandingkan transversal
)
d.
Spiral , yaitu fraktur memuntir
seputar tulang
e.
Kominutif , yaitu fraktur dengan
tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
f.
Depresi, yaitu fraktur dengan
fragmen patahan dorongan ke dalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan
wajah)
g.
Kompresi , yaitu fraktur dimana
tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang).
h.
Patologik , yaitu fraktur yang
terjadi pada daerah tulang berpenyakit ( kista tulang, metastasis tulang,
tumor).
i.
Avulsi , tertariknya fragmen oleh
ligament / tendon pada perlekatannya.
j.
Epifesial , yaitu fraktur melalui
epifisis .
k.
Impaksi , yaitu fraktur dimana
fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.
Selanjutnya, Smeltzer (2001) menyebutkan bahwa klasifikasi fraktur
femur ada 6 (enam) tipe, antara lain :
a.
Fraktur Subtrochanter Femur
Fraktur subtrochanter femur yaitu fraktur di mana garis patahnya berada 5cm
dari distal trochanter minor , fraktur ini dibagi dalam beberapa
klasifikasitetapi lebih sederhana dan mudah dipahami adalah klasifikasi
Fielding dan Magliato , yaitu :
1)
Tipe I yaitu garis fraktur satu
level dengan trochanter minor
2)
Tipe II yaitu garis patah berada
1-2 inch di bawah dari batas trochanter minor .
3)
Tipe III yaitu garis patah berada
2-3 inch di distal dari batas atas trochanter minor .
b.
Fraktur Batang Femur (Dewasa)
Fraktur batang femur biasanya terjadi karena truma langsung akibatkecelakaan atau
jatuh dari ketinggian, patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang
cukup banyak, sehingga mengakibatkan penderita jatuh dalam shock, salah satu
klasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang
berhubungan dengan daerah yang patah, yaitu dengan 2 jenis antara lain:
1)
Fraktur tertutup
2)
Fraktur terbuka, ketentuan fraktur
femur bila terdapat hubungan tulang yang patah dengan dunia luar dibagi dalam 3
(tiga) derajat, yaitu :
a)
Derajat I, terjadi apabila
hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil, biasanyadiakibatkan oleh tusukan
fragmen tulang dari dalam menembus keluar.
b)
Derajat II, terjadinya luka lebih
besar (> 1 cm) dan luka ini disebabkan karena benturan dari luar.
c)
Derajat III, terjadinya luka lebih
luas dari derajat kedua, lebih kotor dan jaringanlunak banyak yang ikut rusak.
c.
Fraktur Supracondyler Femur
Fraktur supracondyler femur fragmen bagian distal selalu terjadi dislokasike
posterior , hal ini biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari otot-otot
gastrocnemius , bisanya fraktur ini disebabkan oleh trauma langsung
karenakecepatan tinggi sehingga terjadi gaya axial stres valgus atau varus
disertairotasi.
d.
Fraktur Intercondyler Femur 8, Fraktur
intercondyler femur biasanya diikuti oleh fraktur supercondyler ,sehingga terjadi
bentuk T atau Y pada fraktur.
e.
Fraktur Condyler Femur Mekanisme
trauma fraktur condyler femur biasanya merupakan kombinasidari gaya
hiperabduksi dan abduksi disertai dengan tekanan pada sumbu femur keatas.
f.
Fraktur Colum Femur Fraktur colum
femur dapat disebabkan oleh trauma langsung, misalnya penderita jatuh dengan
posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsungterbentur dengan benda
keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak langsung yaitu karena
gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah.Fraktur ini dibagi menjadi 2
(dua) jenis, yaitu :
1)
Fraktur intrakapsuler yaitu
fraktur femur yang terjadi di dalam sendi, pangguldan kapsula, melalui kepala
femur ( capital fraktur) dan melalui leher dari femur .
2)
Fraktur ekstrakapsuler yaitu fraktur
yang terjadi di luar sendi dan kapsul melalui trochanter femur yang lebih besar
/ kecil pada daerah intertrochanter dan terjadidi bagian distal menuju leher
femur tetapi tidak lebih dari 2 (dua) inch di bawah trochanter kecil.
5.
Patofisiologi
Corwin (2009, hal : 337) menjelaskan bahwa patofisologi pada fraktur
yaitu ketika tulang patah, sel tulang mati. Perdarahan biasanya terjadi di
sekitar tempat patah dan ke dalam
jaringan lunak di sekitar tulang tersebut. Jaringanlunak biasanya mengalami kerusakan
akibat cedera. Reaksi inflamasi yang intensterjadi setelah patah tulang. Sel
darah putih dan sel mast berakumulasi sehinggamenyebabkan peningkatan aliran
darah ke area tersebut. Fagositosis dan pembersihan debris sel mati dimulai.
Bekuan fibrin ( hematoma fraktur) terbentuk di tempat patah dan berfungsi
sebagai jala untuk melekatnya sel-sel baru.Aktivitas osteoblas segera
terstimulasi dan terbentuk tulang baru imatur yangdisebut kalus . Bekuan fibrin
segera direabsorbsi dan sel tulang baru secara perlahan mengalami remodeling
untuk membentuk tulang sejati. Selanjutnya, Corwin (2009, hal : 337)
menambahkan bahwa tulang sejatimenggantikan kalus dan secara perlahan mengalami
kalsifikasi. Penyembuhanmemerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan
(fraktur pada anak sembuh lebih cepat). Penyembuhan dapat terganggu atau
terlambat apabila hematoma fraktur atau kalus rusak sebelum tulang sejati
terbentuk, atau apabilasel tulang baru rusak selama kalsifikasi dan pengerasan.
6.
Penatalaksanaan
Suratun (2008, hal : 150) menyebutkan bahwa ada 4 (empat) konsep dasar
yang harus dipertimbangkan untuk menangani fraktur, yaitu :
a.
Rekognisi , yaitu menyangkut
diagnosis fraktur pada tempat kecelakaan danselanjutnya di rumah sakit dengan
melakukan pengkajian terhadap riwayatkecelakaan, derajat keparahan, jenis
kekuatan yang berperan pada peristiwa yang terjadi, serta menentukan
kemungkinan adanya fraktur melalui pemeriksaan dankeluhan dari klien.
b.
Reduksi fraktur, yaitu
mengembalikan posisi tulang ke posisi anatomis , dengan cara :
1)
Reduksi terbuka : dengan
pembedahan, memasang alat fiksasi interna (misalnya pen, kawat, sekrup, plat,
paku dan batangan logam)
2)
Reduksi tertutup : ekstremitas
dipertahankan dengan gips, traksi, brace , bidai, dan fiksator eksternal.
c.
Imobilisasi : setelah direduksi ,
fragmen tulang harus diimobilisasi ataudipertahankan dalam posisi dan
kesejajaran yang benar hingga terjadi penyatuan.Metode imobilisasi dilakukan
dengan fiksasi eksterna dan interna.
d.
Mempertahankan dan mengembalikan
fungsi, meliputi :
1)
Mempertahankan reduksi dan
imobilisasi
2)
Meninggikan daerah fraktur untuk
meminimalkan pembengkakan
3)
Memantau status neuromuskular
4)
Mengontrol kecemasan dan nyeri
5)
Latihan isometrik dan setting otot
6)
Kembali pada aktivitas semula
secara bertahap.
Menurut Corwin (2009, hal : 339) penatalaksanaan yang dilakukan
padakasus fraktur, yaitu :
a.
Fraktur harus segera diimobilisasi
untuk memungkinkan pembentukan hematoma fraktur dan meminimalkan kerusakan.
b.
Penyambungan kembali tulang (
reduksi ) penting dilakukan agar terjadi pemulihan posisi dan rentang gerak
kembali normal. Sebagian besar reduksi dapat dilakukantanpa intervensi bedah (
reduksi tertutup). Apabila diperlukan pembedahan untuk fiksasi ( reduksi
terbuka), pin atau sekrup dapat dipasang untuk mempertahankansambungan. Traksi
dapat diperlukan untuk mempertahankan reduksi danmenstimulasi penyembuhan.
c.
Imobilisasi jangka panjang setelah
reduksi penting dilakukan agar terjadi pembentukan kalus dan tulang baru.
Imobilisasi jangka panjang biasanyadilakukan dengan pemasangan gips, atau
penggunaan bidai.
Smeltzer (2001, hal 2359) menjelaskan bahwa penatalaksanaankedaruratan
yang dilakukan pada kasus fraktur adalah sebagai berikut :
a.
Segera setelah cedera, pasien
berada dalam keadaan bingung, tidak menyadariadanya fraktur dan berusaha
berjalan dengan tungkai yang patah. Maka biladicurigai adanya fraktur, penting
untuk mengimobilisasi bagian tubuh segerasebelum pasien dipindahkan. Bila
pasien yang mengalami cedera harusdipindahkan dari kenderaan sebelum dapat
dilakukan pembidaian, ekstremitasharus disangga di atas dan dibawah tempat
patah untuk mencegah gerakan rotasimaupun angulasi. Gerakan fragmen patahan
tulang dapat menyebabkan nyeri,kerusakan jaringan lunak dan perdarahan lebih
lanjut.
b.
Nyeri sehubungan dengan fraktur
sangat berat dan dapat dikurangi denganmenghindarkan gerakan fragmen tulang dan
sendi sekitar fraktur. Pembidaianyang memadai sangat penting untuk mencegah
kerusakan jaringan lunak oleh fragmen tulang. 12
c.
Daerah yang cedera diimobilisasi
dengan memasang bidai sementara dengan bantalan yang memadai, yang kemudian
dibebat dengan kencang. Imobilisasi tulang panjang ekstremitas bawah juga dapat
dilakukan dengan membebat keduatungkai bersama, dengan ekstremitas yang sehat
bertindak sebagai bidai bagiekstremitas yang cedera. Pada cedera ekstremitas
atas, lengan dapat dibebatkan kedada, atau lengan bawah yang cedera digantung
pada sling .
d.
Pada fraktur terbuka, luka ditutup
dengan pembalut bersih (steril) untuk mencegahkontaminasi jaringan yang lebih
dalam. Jangan sekali-kali melakukan reduksi fragmen , bahkan bila ada fragmen
tulang yang keluar melalui luka maka pasangkan bidai sesuai yang diterangkan
diatas.
e.
Pada bagian gawat darurat, pasien
dievaluasi dengan lengkap. Pakaian dilepaskandengan lembut, pertama pada bagian
tubuh yang sehat dan kemudian dari sisiyang cedera. Pakaian pasien mungkin
harus dipotong pada sisi yang cedera.Ekstremitas sebisa mungkin jangan sampai
digerakkan untuk mencegah kerusakanlebih lanjut.
7.
Komplikasi
Menurut Suratun (2008, hal : 150)
komplikasi pada kasus fraktur adalahsebagai berikut :
a.
Komplikasi awal
1)
Syok yaitu dapat berupa fatal
dalam beberapa jam setelah odema
2)
Emboli lemak yaitu dapat terjadi
24-72 jam
b.
Komplikasi
1)
Mal union / non union
2)
Nekrosis avaskular tulang
3)
Reaksi terhadap alat fiksasi
interna
8.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penyembuhan Fraktur Smeltzer (2001, hal 2361) menyebutkan bahwa faktor-faktor
yangmempengaruhi penyembuhan fraktur adalah sebagai berikut :
a.
Faktor yang mempercepat
penyembuhan fraktur, yaitu :
1)
Imobilisasi fragmen tulang,
2)
Kontak fragmen tulang maksimal,
3)
Asupan darah yang memadai,
4)
Nutrisi yang baik,
5)
Latihan pembebanan berat badan
untuk tulang panjang,
6)
Hormon-hormon pertumbuhan, tiroid
, kalsitonin, vitamin D, steroid anabolik ,
7)
Potensial listrik pada patahan
tulang
b.
Faktor yang memperlambat
penyembuhan fraktur, yaitu :
1)
Trauma lokal akstensif ,
2)
Kehilangan tulang,
3)
Imobilisasi tidak memadai,
4)
Rongga atau jaringan diantara
fragmen ,
5)
Infeksi, 14
6)
Keganasan lokal,
7)
Penyakit tulang metabolik ,
8)
Radiasi tulang ( nekrosis
radiasi),
9)
Nekrosis avaskuler ,
10) Fraktur intraartikuler (cairan sinovial mengandung fibrolisin , yang
akanmelisis bekuan darah awal dan memperlambat pembentukan jendalan),
11) usia (lansia sembuh lebih lama),
12) kortikosteroid (menghambat percepatan perbaikan).
Comments
Post a Comment