LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIABETES GESTASIONAL & PREEKLAMSI RINGAN
A.
DEFINISI
Ibu hamil
adalah wanita yang sedang berada dalam masa kehamilan, yaitu suatu kondisi
fisiologis di mana terjadi proses konsepsi hingga perkembangan janin di dalam
rahim. Masa kehamilan berlangsung sekitar 280 hari atau 40 minggu, yang
dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT), dan terbagi menjadi tiga
trimester. Selama kehamilan, tubuh ibu mengalami berbagai perubahan anatomi,
fisiologis, dan psikologis guna menunjang pertumbuhan janin.
Ibu hamil adalah sebutan bagi
seorang wanita yang sedang mengandung atau membawa janin dalam rahimnya.
Kehamilan terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi oleh sperma menempel pada
dinding rahim dan mulai berkembang menjadi embrio, lalu menjadi janin. Secara
medis, masa kehamilan biasanya berlangsung selama kurang lebih 40 minggu atau
sekitar 9 bulan, yang dihitung sejak hari pertama haid terakhir (HPHT) (Handayani dkk.,
2025)
. Masa ini dibagi menjadi tiga tahap, yang disebut trimester:
1.
Trimester pertama (0–13 minggu): Tahap awal
perkembangan janin dan penyesuaian tubuh ibu terhadap kehamilan. Biasanya
ditandai dengan mual, muntah, kelelahan, dan perubahan hormon.
2.
Trimester kedua (14–27 minggu): Masa kehamilan mulai
terasa lebih stabil, perut mulai membesar, dan gerakan janin bisa mulai
dirasakan.
3.
Trimester ketiga (28–40 minggu): Janin berkembang lebih
besar dan tubuh ibu bersiap untuk proses persalinan.
Meskipun kehamilan adalah proses
alami, tidak semua kehamilan berjalan tanpa komplikasi. Beberapa ibu hamil
mengalami gangguan atau penyakit yang dapat membahayakan dirinya maupun janin,
seperti preeklamsia
dan diabetes gestasional.
Preeklamsia ringan adalah salah
satu bentuk komplikasi kehamilan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah
≥140/90 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu, disertai dengan proteinuria
(≥300 mg/24 jam). Preeklamsia merupakan bagian dari gangguan hipertensi dalam
kehamilan dan berpotensi berkembang menjadi kondisi yang lebih serius jika
tidak ditangani. Preeklamsia ringan memerlukan pemantauan ketat terhadap
tekanan darah, status protein urin, serta tanda-tanda klinis lainnya untuk
mencegah progresivitas ke preeklamsia berat maupun eklamsia (UTARI, 2022).
Diabetes gestasional adalah
kondisi intoleransi glukosa yang pertama kali dikenali selama kehamilan. Hal
ini terjadi akibat perubahan hormonal yang mempengaruhi kerja insulin, sehingga
kadar gula darah meningkat. Diabetes gestasional umumnya terjadi pada trimester
kedua atau ketiga dan dapat meningkatkan risiko komplikasi seperti bayi besar
(makrosomia), persalinan prematur, dan risiko jangka panjang diabetes tipe 2
pada ibu maupun anak. Manajemen diabetes gestasional mencakup pengaturan pola
makan, olahraga ringan, pemantauan gula darah, dan pada beberapa kasus
memerlukan terapi insulin (Solikhati Yana,
2024).
Ibu hamil yang mengalami preeklamsia
ringan dan diabetes gestasional merupakan kondisi
berisiko tinggi yang membutuhkan pemantauan dan intervensi secara menyeluruh
dari tim kesehatan. Penanganan yang tepat bertujuan untuk menjaga kestabilan
kondisi ibu, mencegah komplikasi, serta menjamin pertumbuhan dan perkembangan
janin yang optimal hingga waktu persalinan.
Secara umum, DM pada kehamilan dibagi
menjadi dua kelompok :
1. DM yang memang sudah diketahui sebelumnya dan kemudian menjadi
hamil (Diabetes Mellitus Hamil/DMH/DM pragestasional).
2. DM yang baru ditemukan saat hamil (Diabetes Melitus Gestasional/DMG).
Diabetes mellitus gestasional
didefinisiskan sebagai suatu intoleransi glukosa yang terjadi atau pertama kali ditemukan pada saat hamil. Definisi
ini berlaku dengan tidak memandang apakah pasien
diabetes mellitus hamil yang mendapat
terapi insulin atau diet
saja, juga apabila pada pasca persalinan keadaan intoleransi glukosa masih
menetap. Demikian pula ada kemungkinan pasien tersebut sebelum
hamil sudah terjadi intoleransi
glukosa. Meskipun memiliki perbedaan pada awal perjalanan penyakitnya, baik
penyandang DM tipe 1 dan 2 yang hamil
maupun DMG memiliki penatalaksanaan yang kurang lenih sama (Widyawati dkk., 2021).
B. PATHWAY ( TERLAMPIR )
-
C. ETIOLOGI
1. Etiologi Preeklamsia Ringan
Etiologi pasti
preeklamsia hingga saat ini belum sepenuhnya dipahami, namun terdapat beberapa
teori dan faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya preeklamsia, di
antaranya:
·
Gangguan
perkembangan plasenta: Terjadi
kelainan pada proses invasi trofoblas ke pembuluh darah rahim, yang menyebabkan
gangguan aliran darah ke plasenta.
·
Disfungsi
endotel: Adanya kerusakan atau
gangguan fungsi sel endotel pembuluh darah, yang memicu peningkatan tekanan
darah dan proteinuria.
·
Faktor
genetik: Riwayat keluarga
dengan preeklamsia dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi serupa.
·
Faktor
imunologis: Adanya respon imun
abnormal terhadap janin atau plasenta.
·
Faktor
risiko lainnya:
o
Kehamilan
pertama (primigravida)
o
Usia ibu
<20 tahun atau >35 tahun
o
Kehamilan
ganda (kembar)
o
Obesitas
o
Riwayat
hipertensi kronis atau penyakit ginjal
2. Etiologi Diabetes Gestasional
Diabetes mellitus dapat merupakan
kelainan herediter dengan cara insufisiensi atau absennya insulin dalam
sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi. Berkurangnya glikogenesis.
Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan
menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga
dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya diabetes akan mempengaruhi kehamilan dan
persalinan. Diabetes gestasional
terjadi akibat gangguan metabolisme glukosa selama kehamilan, yang disebabkan
oleh:
·
Perubahan
hormonal: Selama kehamilan,
plasenta menghasilkan hormon-hormon seperti estrogen, progesteron, human
placental lactogen (HPL), dan kortisol yang dapat menyebabkan resistensi
insulin.
·
Resistensi
insulin: Tubuh ibu menjadi
kurang responsif terhadap insulin, sehingga kadar glukosa dalam darah
meningkat.
·
Faktor
risiko lainnya:
o
Riwayat
keluarga dengan diabetes mellitus
o
Obesitas
atau berat badan berlebih sebelum hamil
o
Usia ibu
hamil >25 tahun
o
Riwayat
diabetes gestasional pada kehamilan sebelumnya
o
Riwayat
melahirkan bayi dengan berat >4.000 gram
o
Riwayat
abortus berulang atau lahir mati tanpa sebab jelas
D. Klasifikasi
1. Klasifikasi
Preeklamsia
Preeklamsia
diklasifikasikan berdasarkan derajat keparahan gejala menjadi dua jenis:
·
a. Preeklamsia Ringan
o
Tekanan darah ≥140/90 mmHg hingga <160/110 mmHg
setelah usia kehamilan 20 minggu.
o
Proteinuria ≥300 mg/24 jam atau hasil urin dipstick +1
hingga +2.
o
Tidak disertai gejala berat seperti nyeri kepala
hebat, gangguan penglihatan, atau nyeri epigastrium.
o
Fungsi organ (ginjal, hati, darah) masih dalam batas
normal.
·
b. Preeklamsia Berat
o
Tekanan darah ≥160/110 mmHg.
o
Proteinuria >2 gram/24 jam atau dipstick +3 atau
lebih.
o
Terdapat tanda-tanda bahaya: nyeri kepala berat,
gangguan penglihatan, nyeri epigastrium, edema paru, gangguan fungsi hati atau
ginjal, dan trombositopenia.
o
Dapat berkembang menjadi eklampsia jika
disertai kejang.
2. Klasifikasi
Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional diklasifikasikan berdasarkan
kebutuhan terapi dan ada tidaknya diabetes sebelum kehamilan, menurut beberapa
pedoman seperti American Diabetes Association (ADA):
·
Diabetes Gestasional (GDM)
o
Didiagnosis pertama kali selama kehamilan.
o
Kadar gula darah abnormal tetapi belum memenuhi
kriteria untuk diabetes tipe 1 atau tipe 2 sebelum kehamilan.
o
Dikelola dengan:
§
GDM A1 : Terkontrol dengan diet dan olahraga
saja.
§
GDM A2 : Membutuhkan terapi tambahan, seperti
insulin atau obat hipoglikemik oral.
·
Pregestational Diabetes Mellitus (PGDM)
o
Diabetes sudah ada sebelum kehamilan (baik tipe 1
maupun tipe 2), dan tetap berlangsung selama kehamilan.
E. Manifestasi klinis
1. Manifestasi Klinis
Preeklamsia Ringan
Preeklamsia ringan umumnya memiliki
gejala yang tidak terlalu mencolok, sehingga penting dilakukan pemeriksaan
rutin kehamilan. Beberapa manifestasi klinisnya antara lain:
·
Tekanan
darah ≥140/90 mmHg (diukur
pada dua kali pengukuran dengan jarak waktu minimal 4 jam).
·
Proteinuria
ringan (≥300 mg/24 jam atau
hasil urin dipstick +1 hingga +2).
·
Edema
ringan (terutama pada wajah,
tangan, dan kaki).
·
Peningkatan
berat badan secara mendadak
akibat retensi cairan.
·
Tidak
disertai gejala berat seperti
nyeri kepala hebat, gangguan penglihatan, atau nyeri epigastrium.
Pada preeklamsia ringan, ibu sering
kali tidak menyadari adanya gangguan karena gejalanya bisa terasa ringan atau
bahkan tidak dirasakan sama sekali.
2. Manifestasi Klinis Diabetes Gestasional
Sebagian besar
kasus diabetes gestasional bersifat asimptomatik (tanpa gejala), sehingga
biasanya diketahui melalui skrining glukosa darah pada trimester kedua. Namun,
pada beberapa ibu hamil, gejala berikut dapat muncul:
·
Sering
merasa haus (polidipsia).
·
Sering
buang air kecil (poliuria).
·
Cepat
merasa lapar (polifagia).
·
Kelelahan
berlebihan.
·
Infeksi
saluran kemih atau infeksi vagina berulang.
·
Penglihatan
kabur.
·
Berat
badan janin yang besar (makrosomia) saat pemeriksaan USG.
·
Adanya
gula dalam urin (glukosuria) saat pemeriksaan laboratorium
F. Patofisiologi
1.
Patofisiologi Diabetes Melitus Gestasional (DMG)
Pada kehamilan
normal, tubuh ibu mengalami perubahan hormonal yang signifikan. Hormon-hormon
seperti human placental lactogen (hPL), estrogen, progesteron, kortisol,
dan prolaktin akan meningkat. Hormon-hormon ini bersifat anti-insulin
(insulin resistance), yang berarti mereka menghambat kerja insulin untuk menjaga
glukosa darah tetap mencukupi bagi janin. Namun, pada beberapa ibu hamil,
pankreas tidak mampu meningkatkan produksi insulin untuk mengimbangi
resistensi insulin tersebut, sehingga terjadi hiperglikemia (kadar gula
darah tinggi). Inilah yang disebut diabetes melitus gestasional.
Akibat dari
hiperglikemia ini:
·
Glukosa
menyeberang plasenta → janin mendapat glukosa berlebih.
·
Janin
meningkatkan produksi insulin → risiko makrosomia (janin besar).
·
Ibu
berisiko mengalami preeklamsia, infeksi, dan persalinan prematur.
2. Patofisiologi Preeklamsia Ringan
Preeklamsia
terjadi karena adanya gangguan pada pembentukan dan fungsi plasenta.
Pada kehamilan normal, pembuluh darah rahim mengalami perubahan agar dapat
menyuplai darah ke janin secara optimal. Pada preeklamsia, proses ini tidak
terjadi sempurna, sehingga aliran darah ke plasenta terganggu.
Akibatnya:
·
Terjadi hipoksia
plasenta → plasenta melepaskan zat toksik ke sirkulasi ibu.
·
Zat
tersebut menyebabkan disfungsi endotel, vasokonstriksi, dan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah.
·
Terjadi hipertensi,
proteinuria, dan edema.
·
Pada
preeklamsia ringan, gejala ini masih dalam batas awal dan belum menimbulkan
gangguan organ yang berat.
Jadi bisa juga terjadi keterkaitan
antara DM Gestasional dan Preeklamsia yang mana DM gestasional meningkatkan
risiko preeklamsia karena:
·
Hiperglikemia
memperburuk kerusakan endotel.
·
Meningkatkan
aktivitas inflamasi dan stres oksidatif.
·
Menyebabkan
gangguan metabolik yang memperberat kerja sistem vaskular ibu.
Sehingga ibu
hamil dengan DMG lebih berisiko mengalami gangguan pembuluh darah, yang
berkontribusi terhadap terjadinya preeklamsia ringan maupun berat.
G. Komplikasi
1. Komplikasi
Diabetes Melitus Gestasional (DMG)
a. Bagi Ibu:
·
Preeklamsia: DMG meningkatkan risiko terjadinya
preeklamsia karena pengaruh hiperglikemia terhadap pembuluh darah dan fungsi
endotel.
·
Infeksi saluran kemih dan infeksi jamur vagina karena
kadar gula darah tinggi.
·
Polihidramnion (jumlah air ketuban berlebih).
·
Persalinan prematur atau tindakan operatif (seperti
sectio caesarea).
·
Diabetes melitus tipe 2 setelah melahirkan (risiko
jangka panjang).
·
Perdarahan post partum karena distensi uterus oleh
janin besar atau polihidramnion.
b. Bagi Janin/Bayi:
·
Makrosomia (berat lahir >4.000 gram), yang dapat
menyebabkan trauma lahir seperti distosia bahu.
·
Hipoglikemia neonatal akibat tingginya kadar insulin
janin.
·
Hipoksia janin dan risiko lahir mati (stillbirth).
·
Gangguan pernapasan (RDS – respiratory distress
syndrome).
·
Risiko obesitas dan DM tipe 2 di kemudian hari.
2. Komplikasi
Preeklamsia Ringan
Jika tidak tertangani dengan baik,
preeklamsia ringan bisa berkembang menjadi preeklamsia berat dan menyebabkan
komplikasi serius.
a. Bagi Ibu:
·
Perkembangan ke preeklamsia berat atau eklampsia
(kejang pada ibu hamil).
·
HELLP syndrome (Hemolysis, Elevated Liver enzymes, Low
Platelet count).
·
Gangguan fungsi ginjal dan hati.
·
Edema paru.
·
Abrupsio plasenta (lepasnya plasenta sebelum
waktunya).
·
Kematian maternal (pada kasus berat yang tidak
tertangani).
b. Bagi Janin:
·
Restriksi pertumbuhan intrauterin (IUGR) karena suplai
darah ke plasenta terganggu.
·
Asfiksia janin (kekurangan oksigen).
·
Prematuritas karena indikasi medis untuk segera
mengakhiri kehamilan.
·
Kematian janin dalam kandungan (IUFD – intrauterine
fetal death).
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Diabetes
Melitus Gestasional (DMG)
Penatalaksanaan bertujuan untuk menjaga kadar glukosa darah ibu dalam
batas normal dan mencegah komplikasi pada ibu maupun janin.
a. Non-farmakologis:
·
Pendidikan kesehatan: Edukasi tentang pentingnya kontrol gula darah dan
perubahan gaya hidup.
·
Pengaturan pola makan (diet diabetes):
o Diet seimbang rendah
gula dan lemak.
o Porsi kecil namun
sering (3 kali makan utama + 2 camilan sehat).
o Menghindari makanan
tinggi gula sederhana.
·
Olahraga ringan: Seperti jalan kaki atau senam hamil, jika tidak ada
kontraindikasi.
·
Pemantauan gula darah secara teratur: Gula darah puasa <95 mg/dL, 1
jam postprandial <140 mg/dL.
b. Farmakologis (jika tidak terkontrol dengan diet dan olahraga):
·
Insulin: Terapi pilihan utama karena aman untuk janin.
·
Obat oral: Hanya jika direkomendasikan dokter (misalnya metformin –
meskipun penggunaannya masih hati-hati pada kehamilan).
c. Monitoring kehamilan:
·
USG berkala untuk menilai pertumbuhan janin.
·
NST (Non-Stress Test) atau CTG untuk memantau kesejahteraan janin.
·
Persiapan persalinan: Jika janin makrosomik, mungkin direkomendasikan SC
(sectio caesarea).
2. Penatalaksanaan Preeklamsia Ringan
Tujuannya adalah mencegah perkembangan ke kondisi yang lebih berat dan
melindungi ibu serta janin.
a. Pemantauan rutin:
·
Monitoring tekanan darah secara berkala.
·
Pemeriksaan urin untuk mendeteksi proteinuria.
·
Pemantauan tanda-tanda bahaya: seperti nyeri kepala, gangguan
penglihatan, nyeri epigastrium, atau penurunan gerakan janin.
·
Monitoring pertumbuhan janin dengan USG.
b. Terapi non-farmakologis:
·
Istirahat cukup, idealnya berbaring miring ke kiri untuk meningkatkan
perfusi plasenta.
·
Pengurangan aktivitas fisik berat.
c. Terapi farmakologis:
·
Antihipertensi (jika diperlukan):
o Metildopa, labetalol,
atau nifedipin (obat yang aman untuk kehamilan).
·
Suplemen kalsium dan aspirin dosis rendah (pada kasus tertentu sebagai
pencegahan dini – atas instruksi dokter).
d. Perencanaan persalinan:
·
Jika kondisi stabil, kehamilan dapat dilanjutkan hingga cukup bulan
(37–40 minggu).
·
Jika muncul tanda preeklamsia berat atau gangguan janin, mungkin
dilakukan terminasi kehamilan lebih awal.
I. RENCANA
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Identitas
Usia : perlu diketahui
kapan ibu dan berapa tahun ibu mendeita Diabetes melitus, karena semakin
lama ibu menderita DM semakin berat komplikasi yang muncul. Seperti yang
dijelaskan pada klasifikasi DM.
a.
Keluhan Utama
Biasanya ibu hamil dengan DM mengeluh Mual, muntah,
penambahan berat badan berlebihan atau tidak adekuat, polipdipsi, poliphagi,
poluri, nyeri tekan abdomen dan retinopati.
b.
Riwayat Kehamilan
c.
Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu dikaji apakah
ada keluarga yang menderita DM, karena DM bersifat
keturunan.
d.
Riwayat Obstetri
Ø Riwayat menstruasi meliputi:
Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT.
Ø Riwayat perkawinan meliputi :
Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai hamil
Ø Riwayat hamil,
persalinan dan nifas yang lalu
Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah
ada abortus, retensi plasentadan perlu dikaji apakah ada riwayat Diabetes
mellitus gestasional, Hipertensi karena kehamilan, Infertilitas, Bayi low
gestasional age, Riwayat kematian
janin, Lahir mati tanpa sebab jelas, Anomali
congenital, Aborsi spontan, Polihidramnion, Makrosomia atau berat bayi
lebih dari 4000 gram.
Ø Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong,
tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau
mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir
Ø Riwayat nifas meliputi:
Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu
saat nifas, tinggi fundus uteri, kontraksi, dan adanya infeksi.
e.
Riwayat Kehamilan sekarang
Ø Hamil muda, keluhan selama
hamil muda
Ø Hamil tua, keluhan selama
hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan,
peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain.
f.
Riwayat antenatal care meliputi :
Dimana tempat pelayanan, beberapa kali,
perawatan serta pengobatannya yang didapat. Pada saat antenatalcare perlu
diobservasi secara ketat juga kepatuhan ibu dalam menjalani diet, kadar gula
darah dan perawatan yang diberikan.
g.
Pola Aktivitas Sehari-hari
Ø Pola nutrisi
Frekuensi makan : pasien dengan DM biasanya
mengeluh sering lapar dan
haus.
Ø Pola eliminasi
BAK : pasien dengan DM memiliki gejala yaitu poliuri
atau sering berkemih. BAB : biasanya tidak ada
gangguan.
Ø Pola personal hygiene
Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas.
Ø Pola istirahat dan tidur
Gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan
kelelahan yang berlebihan.
Ø Pola aktifitas dan latihan
Aktivitas yang berlebih pada keadaan hipoglikemi dapat
menyebabkan rasa lapar meningkat, pusing, nyeri kepala, berkeringat, letih,
lemah, pernapasan dangkal dan pandangan kabur. Jika ini terjadi maka ibu akan
rentan terhapad cedera dan jika rasa lapar berlebih ini akan menyebabkan
ketidakpatuhan diet ibu.
h.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: jika dalam keadaan hipoglikemi ibu bisa
merasa lemah dan letih TD: ibu dengan DM perlu diobservasi tekanan darahnya
karena komplikasi dari ibu dengan DM adalah preeklamsia dan eklamsia.
Nadi: pada keadaan
hiperlikemi biasanya nadi lemah dan cepat.
Respirasi: pada keadaan
hiperglikemi atau diabetik
ketoasidosis biasanya RR meningkat dan napas bau keton.
Suhu: tidak ada gangguan, tetapi biasanya kulit pasien lembab pada kondisi hipoglikemi.
Berat badan: ibu dengan DM biasanya memiliki berat badan
berlebih, dan terjadi peningkatan berat badan waktu hamil yang berlebih.
Ø Kepala dan rambut: Tidak
gangguan
Ø Wajah: Pasien pada keadaan
hipoglekmia biasanya terlihat
pucat.
Ø Mata: Pada keadaan
hipoglikemi pasien akan mengeluh pandangan kabur atau ganda dan pada keadaan
hiperglikemi pasien akan mengeluh pandangan redup.
Ø Hidung: Pasien dengan hiperglikemia pernapasana cepat dan dangkal, napas bau keton.
Ø Keadaan mulut: Tidak ada gangguan.
Ø Telinga: Tidak ada gangguan.
Ø Leher: Tidak ada gangguan.
Ø Dada dan payudara: Dada (Pasien dengan
hiperglikemia pernapasana cepat
dan dangkal, napas bau keton), Sirkulasi jantung (Perlu dikaji
peningkatan tekanan darah dan nadi pasien), Payudara (Pada umumnya tidak
gangguan), Ekstremitas dan kulit (Pada keadaan hipoglikemia pasien akan berkeringat dan kulit pasien
lembab).
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Resiko Penurunan Curah Jantung ( D.0011 )
b.
Ansietas ( D.0080 )
c.
Ketidak Stabilan Kadar Glukosa
Darah ( D.0027 )
d.
Resiko Cedera pada Janin ( D.0138 )
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah tahap
pelaksanaan dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun sebelumnya. Pada
tahap ini, perawat melakukan intervensi keperawatan yang bertujuan untuk
mencapai tujuan dan luaran yang telah ditentukan. Implementasi dapat berupa
tindakan mandiri maupun kolaboratif, termasuk pemberian edukasi, observasi,
monitoring, maupun tindakan fisik tertentu sesuai kebutuhan pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah proses
penilaian terhadap efektivitas tindakan keperawatan yang telah dilakukan, untuk
mengetahui apakah tujuan dan luaran keperawatan tercapai. Evaluasi dilakukan
dengan cara membandingkan kondisi pasien setelah intervensi dengan kriteria
hasil yang telah ditetapkan dalam SLKI. Evaluasi bisa bersifat harian, berkala,
atau akhir dari suatu intervensi keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani,
S., Fajri, U. N., Fitriyani, T., & Zulfatunnisa, N. (2025). Asuhan
Kebidanan Kehamilan. Penerbit Tahta Media.
Solikhati
Yana, N. (2024). Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Dengan
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Menggunakan Penerapan Intervensi Relaksasi
Otot Progresif Di Ruang Wardah RSI Yapalis.
UTARI, D.
(2022). HUBUNGAN USIA IBU HAMIL DENGAN TINGKAT KEJADIAN PREEKLAMPSIA DI
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2020.
Widyawati,
W., Suwarni, A., & Putra, F. A. (2021). Hubungan Determinan DM Tipe II
Terhadap Komplikasi DM Tipe II di Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Selogiri.
DOWNLOAD LP DIABETES
Comments
Post a Comment