LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS TBC (TUBERKULOSIS)
I. KONSEP DASAR
1.
Pengertian
Tubercolosis (TB) Merupakan penyakit yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis
(Ramadhan et al., 2021). Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit yang
disebabkan oleh organisme kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang meliputi M.
africanum, M. bovis, dan M. canetti (dan lainnya yang tidak memengaruhi manusia).
Penyakit ini ditularkan melalui saluran napas kecil yang terinfeksi (sekitar
1-5 mm) dan dikeluarkan berupa droplet nuklei dari pengidap TB dan dihirup
individu lain kemudian masuk sampai ke dalam alveolus melalui kontak dekat
(Wijaya et al., 2021). TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman Mycobakterium Tuberkolosis yang telah menginfeksi sepertiga bagian
penduduk di dunia sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi dapat juga
mengenai oragan tubuh yang lainya. Cara penyebarannya sangat mudah
yaitu melalui droplet yang disebarkan melalui udara. TBC dapat menyerang siapa
saja dan semua golongan, segala kelompok umur serta jenis kelamin (Ismaildin et
al., 2020).
2. Klasifikasi
Mardiah (2019) mengemukakan bahwa
penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberkulosis memerlukan Suatu
suatu definisi kasus yang meliputi 4 hal , yaitu :
1
Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra
paru.
2
Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara
mikroskopis): BTA positif atau BTA negativ.
3
Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat.
4
Riwayat pengobatan TB sebelumnya,baru atau sudah pernah
diobati.
Ø Klasifikasi
berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1
Tuberculosis paru adalah tuberculosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar
pada hilus.
2
Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang
menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput
otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfa,
tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan
lain-lain
Ø Klasifikasi
berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB Paru:
1
Tuberkulosis paru BTA positif
a. Sekurang-kurangnya
2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
b. Spesimen
dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran
tuberkulosis.
c. Spesimen
dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif
d. 1 atau
lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT (Obat Anti Tuberkulosis)
2
Tuberkulosis paru BTA negatif
Kriteria diagnostik TB paru BTA
negatif harus meliputi:
a. Paling
tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative.
b. Foto
toraks tidak menunjukkan gambaran tuberculosis
3
Macam-macam penyakit TBC
1. TBC
Paru
Jenis yang paling umum. Menyerang
paru-paru dan biasanya menimbulkan batuk lama, kadang berdarah, disertai sesak
napas, demam, dan berat badan turun.
2. TBC
Kelenjar
Menyerang kelenjar getah bening,
paling sering di leher. Gejalanya berupa benjolan yang tidak nyeri, terasa
lunak, dan bisa makin besar jika tidak diobati.
3. TBC
Tulang dan Sendi
Bakteri menyerang tulang
belakang, pinggul, atau sendi besar. Menyebabkan nyeri, pembengkakan, dan
kadang sulit bergerak atau bahkan kelumpuhan bila dibiarkan.
4. TBC
Otak (Meningitis TB)
Mengenai selaput otak. Gejalanya
seperti sakit kepala berat, demam, leher kaku, muntah, hingga kejang dan
gangguan kesadaran. Termasuk bentuk TB yang berbahaya.
5. TBC
Milier
TB yang menyebar lewat aliran
darah ke seluruh tubuh. Gejalanya bisa sangat umum seperti demam terus-menerus,
lemas, dan berat badan turun drastis.
6. TBC
Perut (Peritoneal)
Menyerang rongga perut. Biasanya
ditandai dengan perut yang terasa penuh, kembung, nyeri, atau gangguan
pencernaan.
7. TBC
Ginjal dan Saluran Kemih
Bakteri menyerang ginjal atau
kandung kemih. Gejalanya bisa berupa nyeri saat buang air kecil, darah dalam
urin, atau sering buang air kecil.
8. TBC
Organ Reproduksi
Biasanya menyerang rahim atau
saluran tuba pada wanita, dan bisa menyebabkan gangguan kesuburan. Kadang
gejalanya tidak begitu jelas.
9. TBC Kulit
Jarang terjadi, tapi bisa muncul
sebagai luka kronis atau benjolan di kulit yang tidak sembuh-sembuh.
10. TBC
Mata
Menyerang bagian dalam mata,
seperti retina atau lapisan uvea. Bisa menurunkan penglihatan dan menyebabkan
mata merah atau nyeri.
3. Pengertian
TB Millier
-
TB Milier adalah bentuk tuberkulosis yang menyebar luas
ke berbagai organ tubuh melalui aliran darah. Nama "milier" berasal
dari penampakan bercak-bercak kecil (seukuran biji millet) yang terlihat pada
pemeriksaan rontgen paru. Ini terjadi karena bakteri TB (Mycobacterium
tuberculosis) masuk ke pembuluh darah dan menyebar secara sistemik ke banyak
organ seperti paru-paru, hati, limpa, otak, ginjal, dan sumsum tulang.
-
Penyebab
Penyebab utamanya tetap sama
seperti TB biasa, yaitu infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. TB milier
biasanya terjadi ketika infeksi TB tidak terkontrol, atau saat sistem imun
seseorang sangat lemah, misalnya pada, Pasien HIV/AIDS, Anak-anak atau lansia, Orang
yang sedang menjalani kemoterapi atau imunosupresan
-
Gejala TB Milier
Gejalanya bisa sangat beragam dan
tidak khas, karena tergantung organ mana saja yang terlibat. Tapi secara umum,
gejala yang sering muncul antara lain:
•
Demam tinggi yang berlangsung lama, biasanya tanpa sebab
yang jelas
•
Berkeringat di malam hari
•
Penurunan berat badan drastis
•
Lemas dan lesu
•
Sesak napas, terutama jika paru-paru banyak terkena
•
Batuk, kadang berdarah (kalau paru ikut terlibat)
•
Hati dan limpa membesar (bisa diraba di perut)
•
Gangguan kesadaran atau kejang, jika menyebar ke otak
•
Kulit pucat atau anemia, karena sumsum tulang bisa ikut
terpengaruh
-
Pengobatan
Pengobatan TB milier sama
prinsipnya dengan TB biasa, yaitu dengan obat anti-TB (OAT). Namun, karena
bentuk ini lebih berat, pengobatan bisa berlangsung lebih lama dari 6 bulan —
bisa sampai 9–12 bulan tergantung kondisi pasien. Obat utama yang diberikan
biasanya kombinasi dari:
•
Rifampisin
•
Isoniazid
•
Pyrazinamide
•
Ethambutol
4. Etiologi
Agen penyebab penyakit TB paru
disebabkan oleh bakt bakteri
Mycobacterium tuberculosis, penyakit ini menular langsung melalui droplet orang
yang telah terinfeksi. Bakteri penyebab tuberkulosis bisa hidup tahan lama di
ruangan berkondisi gelap, lembab, dingin, dan tidak memiliki ventilasi yang
baik. sehingga rentan terhadap sinar matahari langsung. Tidak hanya itu bakteri
ini bersifat dormant (tidak aktif atau tertidur) di dalam jaringan tubuh dalam
waktu yang sangat lama. TB paru dapat berkembang cepat di dalam tubuh karena
memiliki kemampuan untuk memperbanyak diri di dalam sel-sel fagosit (Mathofani
& Febriyanti, 2020).
5. Patofisiologi
Tuberkulosis disebabkan oleh
Kuman Mycobacterium tuberkulosis. Mycobacterium tuberkulosis cepat mati dengan
sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat
yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur
lama selama beberapa tahun Penularan tuberkulosis terjadi karena kuman
dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet (percikan dahak). Droplet
yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa
jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam
saluranpernafasan, kuman Mycobacterium tuberkulosis tersebut dapat menyebar
dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem
saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian- bagian tubuh
lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan
dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif
(tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
Kemungkinan seseorang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis ditentukan oleh
konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Mardiah,
2019).
6. Manifestasi
Klinis
Menurut Nuriyanto (2018) Bebrapa
tanda dan gejala TB Paru antara lain :
1) Penurunan
berat badan
2) kehilangan
nafsu makan
3) lemas
(malaise)
4) Sering
berkeringat
5) Batuk
disertai lendir atau darah
6) Sesak
Nafas
7) Demam
di malam hari.
Sedangkan menurut Mardiah (2019) gejala umum dari tuberkulosis yang harus
diketahui secara praktis adalah batuk terus menerus, berdahak atau bercampur
darah dan nyeri dada yang berlansung selama 2 minggu atau lebih. Gejala lainnya
adalah nafsu makan hilang, berat badan menurun, berkeringat malam tanpa ada
kegiatan, demam dan sesak nafas. Gejala-gejala dari tuberculosis kelenjar
adalah timbulnya pembengkakan pada kelenjar getah bening yang terinfeksi jika
mengenai selaput otak (meningen) akan timbul gejala seperti meningitis yaitu
sakit kepala, demam, kejang, kaku kuduk, dan gangguan mental.
7. Pemeriksaan
Penunjang
Menurut Alisjahbana et al (2020)
Pemeriksan penunjang pada pasien Tubercolosis paru antara lain :
a) Pemeriksaan
Foto Thorax
Foto thorax berperan dalam
mengevaluasi terduga TBC dengan hasil BTA negaitif atau TCM negative. Foto
thorax juga bermanfaat sebagai metode skiring untuk TBC.
b) Pemeriksaan
Bakteriologi
1 Pemeriksaan
dahak mikroskopis langsung/BTA
Untuk menegakan diagnosis, dahak
pasien perlu diperiksa untuk adanya BTA secara mikroskopis. Pasien diminta
mengumpulkan 2 contoh uji dahak dengan kualitas yang baik berupa dahak sewaktu
dan pagi (PG) atau dahak sewaktu-waktu (SS). Dahak sewaktu (S) ditampung di
fasyenkes, sedangkan dahak pagi (P) ditampung pada pagi segera setlah bangun
tidur. Selain itu pemeriksaan BTA juga dilakukan untuk menilai keberhasilan
pengobatan. Jika kedua contoh uji dahak menunjukan hasil BTA negate maka penegakan
diagnosis TBC dapat dilakukan secara klinis yang sesuai. Pasien dengan tanda,
gejala dan foto thorax positif dapat didiagnosis sebagai TB klinis.
2 Pemeriksaan
Kultur/biakan
Pemeriksaan kultur dapat
dilakukan dengan media padat (Lowenstein-Jensen) dan media cair (Mycobacteria
Growth Indicator Tube) untuk mengidentifikasi kuman M.tubercolosis.
c) Pemeriksaan
Resistensi
a. Tes
Cepat Molekuler (TCM) TBC
b. Uji
Kepekaan obat/drug Susceptibility Testing (DST), bertujuan untuk menentukan ada
atau tidaknya kuman MTB yang resisten terhadap OAT.
8. Komplikasi
Komplikasi tuberculosis dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
Gangguan yang termasuk dalam komplikasi dini diantaranya adalah: pleurutis,
efusi pleura, empiema, laringitis, usus, Poncet's arthropathy. Sedangkan
Gangguan yang termasuk dalam komplikasi lanjut diantaranya yaitu: obstruksi
jalan napas hingga Sindrom Gagal Napas Dewasa (ARDS), sindrom obstruksi pasca
tuberkulosis, kerusakan parenkim yang sudah berat, fibrosis paru, korpulmonal,
amiloidosis, karsinoma pada paru, dan komplikasi paling pada beberapa organ
akibat TBC milier komplikasi penderita yang termasuk stadium lanjut adalah
hemoptisis berat atau perdarahan dari saluran napas bagian bawah. Dikatakan
stadium lanjut karena dapat berakibat kematian yang disebabkan oleh adanya
syok, kolaps spontan akibat kerusakan jaringan paru, serta penyebaran infeksi
ke organ tubuh lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal, dan lain
sebagainya (Pratiwi, 2020)
9. Penatalaksanaan
Menurut danusantoso (2017)
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan Obat anti Tuberkulosis (OAT) harus
diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan
dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. penatalaksanaan pasien TBC :
a. Diagnosis:
Pemeriksaan dahak, rontgen paru,
dan tes cepat molekuler untuk memastikan apakah TBC biasa atau resisten obat.
b. Pengobatan:
TBC sensitif obat: 6 bulan
pengobatan dengan kombinasi obat (Rifampisin, Isoniazid, Pyrazinamide,
Ethambutol).
c. TBC
resisten obat:
Pengobatan lebih lama (9-20
bulan), menggunakan obat lini kedua.
d. Pemantauan:
Kontrol rutin setiap bulan.
e. Pemeriksaan
dahak ulang untuk melihat respons pengobatan.
f.
Edukasi Pasien:
Pentingnya disiplin minum obat
hingga selesai, Cara mencegah penularan (masker, kebersihan).
g. Pencegahan
Penularan:
Pasien pakai masker selama
pengobatan awal. Ventilasi rumah harus baik, dan orang serumah diperiksa.
II.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Menurut Rohmah & Walid
(2019) Pengkajian adalah proses melakukan pemeriksaan atau penyelidikan oleh
seorang perawat untuk mempelajari kondisi pasien sebagai langkah awal yang akan
dijadikan pengambilan keputusan klinik
keperawatan. Oleh karena itu pengakjian harus dilakukan dengan teliti dan
cermat sehingga seluruh kebutuhan keperawatan dapat teridentifikasi. Pada
pasien tuberculosis pengkajian meliputi :
Anamnesa
a. Identitas
diri pasien dan penanggung jawa
Yang terdiri dari nama pasien,
umur, jenis kelamin, agama dan lain- lain
b. Keluhan
utama
Keluhan yang sering
menyebabkan klien dengan TB Paru meminta pertolongan pada tenaga medis dibagi
menjadi 3 keluhan, yaitu
1) BatukKeluhan
batuk timbul paling awal dan paling sering dikeluhkan, apakah betuk bersifat
produktif/nonproduktif, sputum bercampur darah, Seberapa banyak darah yang
keluar atau hanya blood streak, berupa garis atau bercak-bercak darah
2) Sesak
Nafas
Keluhan ini ditemukan bila
kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal menyertai seperti
efusi pleura, pneumotoraks, anemia, dll.
3) Nyeri
Dada
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleural
terkena TB
c. Keluhan
sistematis
Biasanya pasien tb paru akan
mengalami demam yang bersifat hilang timbul Subfebris, febris (40-410C).
Keluhan lain yang timbul antara lain : keringat malam, anoreksia, penurunan
berat badan dan malaise.
2. Riwayat
Kesehatan
a. Riwayat
Kesehatan
Keadaan pernapasan (napas
pendek), Nyeri dada, Batuk disertai sputum
b. Riwayat
Kesehatan Dahulu
1) Pernah
sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
2) Pernah
berobat tetapi tidak sembuh
3) Pernah
berobat tetapi tidak teratur
4) Riwayat
kontak dengan penderita TB paru
5) Daya
tahan tubuh yang menurun
6) Riwayat
vaksinasi yang tidak teratur
7) Riwayat
putus OAT
c. Riwayat
Kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang
menderita empisema, asma, alergi dan TB
3. Pemeriksaan
Fisik
a. Keadaan umum &
Tanda-tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda — tanda vital klien biasanya didapatkan
peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat disertai
sesak napas, denyut nadi meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan
frekuensi pernapasan dan tekanan darah.
b. Persistem
1) Kepala
Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak meringis,
konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, hidung tidak sianosis, mukosa bibir
kering, biasanya adanya pergeseran trakea.
Palpasi : Apakah ada benjolan dan nyeri tekan atau
tidak
2) Mata
Inspeksi : Melihat apakah kedua mata simteris atau tidak, apakah ada
peradangan pada mata, serta melihat fungsi indra penglihatan
3) Mulut & Faring
Inspeksi : Mengamati bibir apakah ada kelainan congenital (bibir
sumbing) warna, apakah simetris, apakah lembab, ada bengkak, luka, amati bentuk
dan jumlah gigi, warna plak dan lubang serta kecerahan gigi
Palpasi : Melihat apakah ada
massa, tumor, bengkak atau nyeri dengan cara pegang dan tekan darah pipi
4) Hidung
Inspeksi : Kaji adanya obtruksi/tidak, simetris/tidak,ada secret/tidak
5) Telinga
Inspeksi : Kaji Telinga Luar
bersih/tidak, membran tympani, ada secret/tidak
Palpasi : Ada/tidak nyeri
tekan lokasi dan penjalaran
6) Leher
Inspeksi : Melihat mbentuk, warna kulit, jejaring parut, mengamati
pembesaran kelenjar tiroid, amati bentuk leher apakah ada kelainan atau tidak.
Palpasi : Melihat apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dengan cara
meraba leher klien, intruksikan pasien menelan dan merasakan adanya massa atau
pembesaran pada kelenjar tyroid.
a) Dada/Thorax & Jantung
Inpeksi : Kadang
terlihat retraksi interkosta
dan tarikan
dinding dada, biasanya pasien kesulitan saat inspirasi Auskultasi : Memahami
bunyi nafas, vesikuler, wheezing atau
crecles, pada jantung dengarkan bunyi jantung 1 dan 2
Palpasi : Fremitus paru yang terinfeksi biasanya
lemah, apakah ada nyeri tekan
Perkusi : Biasanya saat
diperkusi terdapat suara pekak
b) Abdomen
Inspeksi : Lihat kesimetrisan
abdomen, warna sekitar abdomen dan apakah ada pembengkakan atau tidak
Auskultasi : Mendengarkan bising usus pasien, dengan nilai normal 10 12x/menit.
Palpasi : Mengidentifikasi
massa dan reflek sakit saat ditekan Perkusi Biasanya terdapat suara tympani
c) Ekstermitas atas & bawah
Periksa CRT pasien,biasanya akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada
edema.
4. Pola Fungsi
Kesehatan
a. Aktivitas dan istirahat
Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek karena kerja ,
kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil dan/atau
berkeringat.
Tanda : Takikardi, takipnea/dispnea pada saat kerja , kelelahan otot,
nyeri, sesak (tahap lanjut).
b. Integritas Ego
Gejala : Adanya faktor stres lama, masalah keuangan, perasaan tidak
berdaya/putus asa.
Tanda : Menyangkal (khususnya pada tahap dini), ansietas,
ketakutan,mudah terangsang
c. Makanan dan cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan berat
badan.
Tanda : Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan
otot/hilang lemak subkutan.
d. Nyeri dan kenyamanan
Gejala : Nyeri dada
meningkat karena batuk berulang.
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah.
e. Pernafasan
Gejala : Batuk, produktif atau tidak produktif , nafas pendek, riwayat
tuberkulosis/terpajan pada individu terinfeksi.
Tanda : Peningkatan frekuensi pernafasan Penyakit luas atau fibrosis
parenkim paru dan pleura), Pengembangan pernafasan tak simetris (effusi
pleural). Perkusi pekak dan penurunan
fremitus (cairan pleural
atau penebalan
pleural). Bunyi nafas menurun / tak ada secara bilateral atau unilateral
(effusi pleural/pneumotorak). Bunyi nafas
tubuler dan / atau bisikan pektoral di atas lesi luas. Krekel tercatat
diatas apek paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek.
f. Keamanan
Gejala : Adanya kondisi penekanan
imun, contoh AIDS, kanker, tes HIV positif.
Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut
g. Interaksi social
Gejala : Perasaan terisolasi/penolakan karena penyakit menular,
perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran.
h. Penyuluhan/penyerahan
Gejala : Riwayat keluarga TB , ketidakmampuan umum/status kesehatan
buruk, gagal untuk membaik/kambuhnya TB, tidak berpartisipasi dalam terapi.
B. Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung
aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus
diare menurut PPNI (2017) sebagai berikut :
1. Bersihan
jalan nafas tidak efektif (D.0001)
2. Pola
nafas tidak efektif (D.0005)
3. Hipertermia
(D.0130)
4. Nausea
(D.0076)
5. Defisit
nutrisi (D0019)
C. Intervensi
Keperawatan
NO |
Diagnosa Keperawatan |
Tujuan dan Kriteria Hasil |
Intervensi |
1.
|
Bersihan jalan napas tidak efektif |
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24
jam, maka diharapkan bersihan jalan napas meningkat, dengan kriteria hasil :
|
Manajemen Jalan Napas (I.01011) Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
|
2.
|
Hipertermia |
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24
jam, maka temoregulasi membaik dengan kriteria hasil:
|
Manajemen
Hipertermia (I.15506) Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
|
3.
|
Nausea |
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24
jam, maka stingkat nausea menurun, dengan kriteria hasil:
|
Manajemen Mual (I.03117) Observasi
Terapeutik
Edukasi
|
4.
|
Pola
napas tidak efektif |
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24
jam, maka pola napas meningkat, dengan kriteria hasil:
|
Manajemen Jalan Napas (I.01011) Observasi
Terapeutik
Edukasi
|
5.
|
Defisit
nutrisi |
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24
jam, maka status nutrisi membaik dengan kriteria hasil:
|
Manajemen
Nutrisi (I.03119) Observasi
Edukasi
Kolaborasi
|
D. Implementasi
keperawatan
Implementasi
merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun selama
fase perencanaan. Hal ini terdiri dari aktivvitas perawat dalam membantu pasien
mengatasi masalah kesehatannya dan juga
untuk
mencapai hasil yang diharapkan dari pasien (Pangkey et al., 2021).
E. Evaluasi
Evaluasi
merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, di mana pada dokumentasi ini
akan membandingnkan secara sistematis dan terencana tentang kesehatan pada
pasien dengan tujuan yang telah diformulasikan dengan kenyataan yang dialami
oleh pasien dengan melibatkan pasien dan tenaga Kesehatan lainnya (Pangkey et
al., 2021).
DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana,
B., Panji Hadisoemarto, Lestari, B. W., Afifah, N., & Fatma, Z. H.
(2020).
Diagnosis dan Pengelolaan Tubercolosis (cetakan I). Unpad Press.
https://www.google.co.id/books/edition/Diagnosis_dan_Pengelolaan_Tuberkulo
sis_u/d1crEAAAQBAJhl=id&gbpv=1&dq=pemeriksaan+penunjang+tb+paru&printsec=frontcover
Danusantoso,
H. (2017). Buku Ilmu Penyakit Paru (Edisi 3). Penerbit buku Kedokteran EGC. Ismaildin,
Puspita, S., & Rustanti, E. (2020). Hubungan Pengetahuan Tentang Penyakit
Tb Paru Dengan Kepatuhan Minum Obat Di Puskesmas Peteronganjombang. Literasi
Kesehatan Husada, 4(1), 12—17.
Mardiah, A.
(2019). Skrining Tuberkulosis (Tb) Paru Di Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Kedokteran, 4(1), 694. https://doi.org/10.36679/kedokteran.v4i1.62
Mathofani,
P. E., & Febriyanti, R. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Penyakit Tuberkulosis ( TB ) Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Serang
Kota Tahun 2019 The Factors Associated With The Incidence Of Pulmonary
Tuberculosis In The Working Area Of Serang City Health Center 2019. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Masyarakat, l2, 1—10.
https://jikm.upnvj.ac.id/index.php/home/article/download/53/45/
Nuriyanto,
A. R. (2018). Manifestasi Klinis, Penunjang Diagnosis dan Tatalaksana
Tuberkulosis Paru pada Anak. Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika, l(2), 62—70. http://jknamed.com/jknamed/article/view/70
Pangkey, B.
C. ., Hutapea, A. D., & Stanggang, I. S. Y. F. (2021). Dasar-Dasar
Dokumentasi Keperawatan. Yayasan Kita Menulis.
Pratiwi, R.
D. (2020). GAMBARAN KOMPLIKASI PENYAKIT TUBERKULOSIS BERDASARKAN KODE INTERNATIONAL CLASSIFICATION OF DISEASE 10. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XIII, XIII(2),
93—101. http://e-jurnal.stikesalirsyadclp.ac.id/index.php/jka/article/view/136
DOWNLOAD FILE NYA DISINI
Comments
Post a Comment