LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS TBC (TUBERKULOSIS)

         I.            KONSEP DASAR

1.      Pengertian

Tubercolosis    (TB)    Merupakan      penyakit           yang    disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis (Ramadhan et al., 2021). Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh organisme kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang meliputi M. africanum, M. bovis, dan M. canetti (dan lainnya yang tidak memengaruhi manusia). Penyakit ini ditularkan melalui saluran napas kecil yang terinfeksi (sekitar 1-5 mm) dan dikeluarkan berupa droplet nuklei dari pengidap TB dan dihirup individu lain kemudian masuk sampai ke dalam alveolus melalui kontak dekat (Wijaya et al., 2021). TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobakterium Tuberkolosis yang telah menginfeksi sepertiga bagian penduduk di dunia sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi dapat juga mengenai oragan tubuh yang lainya. Cara penyebarannya sangat mudah yaitu melalui droplet yang disebarkan melalui udara. TBC dapat menyerang siapa saja dan semua golongan, segala kelompok umur serta jenis kelamin (Ismaildin et al., 2020).

 

2.      Klasifikasi

Mardiah (2019) mengemukakan bahwa penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberkulosis memerlukan Suatu suatu definisi kasus yang meliputi 4 hal , yaitu :

1        Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru.

2        Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis): BTA positif atau BTA negativ.

3        Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat.

4        Riwayat pengobatan TB sebelumnya,baru atau sudah pernah diobati.

 

Ø  Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:

1        Tuberculosis paru adalah tuberculosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.

2        Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain  selain  paru,  misalnya  pleura,  selaput  otak,  selaput  jantung (pericardium), kelenjar limfa, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain

 

Ø  Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB Paru:

1        Tuberkulosis paru BTA positif

a.       Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.

b.      Spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis.

c.       Spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif

d.      1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT (Obat Anti Tuberkulosis)

2        Tuberkulosis paru BTA negatif

Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:

a.       Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative.

b.      Foto toraks tidak menunjukkan gambaran tuberculosis

 

3        Macam-macam penyakit TBC

1.      TBC Paru

Jenis yang paling umum. Menyerang paru-paru dan biasanya menimbulkan batuk lama, kadang berdarah, disertai sesak napas, demam, dan berat badan turun.

2.      TBC Kelenjar

Menyerang kelenjar getah bening, paling sering di leher. Gejalanya berupa benjolan yang tidak nyeri, terasa lunak, dan bisa makin besar jika tidak diobati.


 

3.      TBC Tulang dan Sendi

Bakteri menyerang tulang belakang, pinggul, atau sendi besar. Menyebabkan nyeri, pembengkakan, dan kadang sulit bergerak atau bahkan kelumpuhan bila dibiarkan.

4.      TBC Otak (Meningitis TB)

Mengenai selaput otak. Gejalanya seperti sakit kepala berat, demam, leher kaku, muntah, hingga kejang dan gangguan kesadaran. Termasuk bentuk TB yang berbahaya.

5.      TBC Milier

TB yang menyebar lewat aliran darah ke seluruh tubuh. Gejalanya bisa sangat umum seperti demam terus-menerus, lemas, dan berat badan turun drastis.

6.      TBC Perut (Peritoneal)

Menyerang rongga perut. Biasanya ditandai dengan perut yang terasa penuh, kembung, nyeri, atau gangguan pencernaan.

7.      TBC Ginjal dan Saluran Kemih

Bakteri menyerang ginjal atau kandung kemih. Gejalanya bisa berupa nyeri saat buang air kecil, darah dalam urin, atau sering buang air kecil.

8.      TBC Organ Reproduksi

Biasanya menyerang rahim atau saluran tuba pada wanita, dan bisa menyebabkan gangguan kesuburan. Kadang gejalanya tidak begitu jelas.

9.      TBC Kulit

Jarang terjadi, tapi bisa muncul sebagai luka kronis atau benjolan di kulit yang tidak sembuh-sembuh.

10.  TBC Mata

Menyerang bagian dalam mata, seperti retina atau lapisan uvea. Bisa menurunkan penglihatan dan menyebabkan mata merah atau nyeri.

3.      Pengertian TB Millier

-          TB Milier adalah bentuk tuberkulosis yang menyebar luas ke berbagai organ tubuh melalui aliran darah. Nama "milier" berasal dari penampakan bercak-bercak kecil (seukuran biji millet) yang terlihat pada pemeriksaan rontgen paru. Ini terjadi karena bakteri TB (Mycobacterium tuberculosis) masuk ke pembuluh darah dan menyebar secara sistemik ke banyak organ seperti paru-paru, hati, limpa, otak, ginjal, dan sumsum tulang.

-          Penyebab

Penyebab utamanya tetap sama seperti TB biasa, yaitu infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. TB milier biasanya terjadi ketika infeksi TB tidak terkontrol, atau saat sistem imun seseorang sangat lemah, misalnya pada, Pasien HIV/AIDS, Anak-anak atau lansia, Orang yang sedang menjalani kemoterapi atau imunosupresan

-          Gejala TB Milier

Gejalanya bisa sangat beragam dan tidak khas, karena tergantung organ mana saja yang terlibat. Tapi secara umum, gejala yang sering muncul antara lain:

         Demam tinggi yang berlangsung lama, biasanya tanpa sebab yang jelas

         Berkeringat di malam hari

         Penurunan berat badan drastis

         Lemas dan lesu

         Sesak napas, terutama jika paru-paru banyak terkena

         Batuk, kadang berdarah (kalau paru ikut terlibat)

         Hati dan limpa membesar (bisa diraba di perut)

         Gangguan kesadaran atau kejang, jika menyebar ke otak

         Kulit pucat atau anemia, karena sumsum tulang bisa ikut terpengaruh

-          Pengobatan

Pengobatan TB milier sama prinsipnya dengan TB biasa, yaitu dengan obat anti-TB (OAT). Namun, karena bentuk ini lebih berat, pengobatan bisa berlangsung lebih lama dari 6 bulan — bisa sampai 9–12 bulan tergantung kondisi pasien. Obat utama yang diberikan biasanya kombinasi dari:

         Rifampisin

         Isoniazid

         Pyrazinamide

         Ethambutol

 

4.      Etiologi

Agen penyebab penyakit TB paru disebabkan oleh bakt bakteri Mycobacterium tuberculosis, penyakit ini menular langsung melalui droplet orang yang telah terinfeksi. Bakteri penyebab tuberkulosis bisa hidup tahan lama di ruangan berkondisi gelap, lembab, dingin, dan tidak memiliki ventilasi yang baik. sehingga rentan terhadap sinar matahari langsung. Tidak hanya itu bakteri ini bersifat dormant (tidak aktif atau tertidur) di dalam jaringan tubuh dalam waktu yang sangat lama. TB paru dapat berkembang cepat di dalam tubuh karena memiliki kemampuan untuk memperbanyak diri di dalam sel-sel fagosit (Mathofani & Febriyanti, 2020).

 

5.      Patofisiologi

Tuberkulosis disebabkan oleh Kuman Mycobacterium tuberkulosis. Mycobacterium tuberkulosis cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun Penularan tuberkulosis terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluranpernafasan, kuman Mycobacterium tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian- bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Mardiah, 2019).


 

6.      Manifestasi Klinis

Menurut Nuriyanto (2018) Bebrapa tanda dan gejala TB Paru antara lain :

1)      Penurunan berat badan

2)      kehilangan nafsu makan

3)      lemas (malaise)

4)      Sering berkeringat

5)      Batuk disertai lendir atau darah

6)      Sesak Nafas

7)      Demam di malam hari.

Sedangkan menurut Mardiah (2019) gejala umum dari tuberkulosis yang harus diketahui secara praktis adalah batuk terus menerus, berdahak atau bercampur darah dan nyeri dada yang berlansung selama 2 minggu atau lebih. Gejala lainnya adalah nafsu makan hilang, berat badan menurun, berkeringat malam tanpa ada kegiatan, demam dan sesak nafas. Gejala-gejala dari tuberculosis kelenjar adalah timbulnya pembengkakan pada kelenjar getah bening yang terinfeksi jika mengenai selaput otak (meningen) akan timbul gejala seperti meningitis yaitu sakit kepala, demam, kejang, kaku kuduk, dan gangguan mental.

 

7.      Pemeriksaan Penunjang

Menurut Alisjahbana et al (2020) Pemeriksan penunjang pada pasien Tubercolosis paru antara lain :

a)      Pemeriksaan Foto Thorax

Foto thorax berperan dalam mengevaluasi terduga TBC dengan hasil BTA negaitif atau TCM negative. Foto thorax juga bermanfaat sebagai metode skiring untuk TBC.

b)      Pemeriksaan Bakteriologi

1     Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung/BTA

Untuk menegakan diagnosis, dahak pasien perlu diperiksa untuk adanya BTA secara mikroskopis. Pasien diminta mengumpulkan 2 contoh uji dahak dengan kualitas yang baik berupa dahak sewaktu dan pagi (PG) atau dahak sewaktu-waktu (SS). Dahak sewaktu (S) ditampung di fasyenkes, sedangkan dahak pagi (P) ditampung pada pagi segera setlah bangun tidur. Selain itu pemeriksaan BTA juga dilakukan untuk menilai keberhasilan pengobatan. Jika kedua contoh uji dahak menunjukan hasil BTA negate maka penegakan diagnosis TBC dapat dilakukan secara klinis yang sesuai. Pasien dengan tanda, gejala dan foto thorax positif dapat didiagnosis sebagai TB klinis.

2     Pemeriksaan Kultur/biakan

Pemeriksaan kultur dapat dilakukan dengan media padat (Lowenstein-Jensen) dan media cair (Mycobacteria Growth Indicator Tube) untuk mengidentifikasi kuman M.tubercolosis.

c)      Pemeriksaan Resistensi

a.       Tes Cepat Molekuler (TCM) TBC

b.      Uji Kepekaan obat/drug Susceptibility Testing (DST), bertujuan untuk menentukan ada atau tidaknya kuman MTB yang resisten terhadap OAT.

 

8.      Komplikasi

Komplikasi tuberculosis dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu komplikasi dini dan komplikasi lanjut. Gangguan yang termasuk dalam komplikasi dini diantaranya adalah: pleurutis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus, Poncet's arthropathy. Sedangkan Gangguan yang termasuk dalam komplikasi lanjut diantaranya yaitu: obstruksi jalan napas hingga Sindrom Gagal Napas Dewasa (ARDS), sindrom obstruksi pasca tuberkulosis, kerusakan parenkim yang sudah berat, fibrosis paru, korpulmonal, amiloidosis, karsinoma pada paru, dan komplikasi paling pada beberapa organ akibat TBC milier komplikasi penderita yang termasuk stadium lanjut adalah hemoptisis berat atau perdarahan dari saluran napas bagian bawah. Dikatakan stadium lanjut karena dapat berakibat kematian yang disebabkan oleh adanya syok, kolaps spontan akibat kerusakan jaringan paru, serta penyebaran infeksi ke organ tubuh lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal, dan lain sebagainya (Pratiwi, 2020)


 

9.      Penatalaksanaan

Menurut danusantoso (2017) Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan Obat anti Tuberkulosis (OAT) harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. penatalaksanaan pasien TBC :

a.       Diagnosis:

Pemeriksaan dahak, rontgen paru, dan tes cepat molekuler untuk memastikan apakah TBC biasa atau resisten obat.

b.      Pengobatan:

TBC sensitif obat: 6 bulan pengobatan dengan kombinasi obat (Rifampisin, Isoniazid, Pyrazinamide, Ethambutol).

c.       TBC resisten obat:

Pengobatan lebih lama (9-20 bulan), menggunakan obat lini kedua.

d.      Pemantauan:

Kontrol rutin setiap bulan.

e.       Pemeriksaan dahak ulang untuk melihat respons pengobatan.

f.        Edukasi Pasien:

Pentingnya disiplin minum obat hingga selesai, Cara mencegah penularan (masker, kebersihan).

g.      Pencegahan Penularan:

Pasien pakai masker selama pengobatan awal. Ventilasi rumah harus baik, dan orang serumah diperiksa.

 


 

     II.            KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A.    Pengkajian

Menurut Rohmah & Walid (2019) Pengkajian adalah proses melakukan pemeriksaan atau penyelidikan oleh seorang perawat untuk mempelajari kondisi pasien sebagai langkah awal yang akan dijadikan  pengambilan keputusan klinik keperawatan. Oleh karena itu pengakjian harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh kebutuhan keperawatan dapat teridentifikasi. Pada pasien tuberculosis pengkajian meliputi :

Anamnesa

a.       Identitas diri pasien dan penanggung jawa

Yang terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, agama dan lain- lain

b.      Keluhan utama

Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB Paru meminta pertolongan pada tenaga medis dibagi menjadi 3 keluhan, yaitu

1)      BatukKeluhan batuk timbul paling awal dan paling sering dikeluhkan, apakah betuk bersifat produktif/nonproduktif, sputum bercampur darah, Seberapa banyak darah yang keluar atau hanya blood streak, berupa garis atau bercak-bercak darah

2)      Sesak Nafas

Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal menyertai seperti efusi pleura, pneumotoraks, anemia, dll.

3)      Nyeri Dada

Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleural terkena TB

c.       Keluhan sistematis

Biasanya pasien tb paru akan mengalami demam yang bersifat hilang timbul Subfebris, febris (40-410C). Keluhan lain yang timbul antara lain : keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan dan malaise.

2.      Riwayat Kesehatan

a.       Riwayat Kesehatan

Keadaan pernapasan (napas pendek), Nyeri dada, Batuk disertai sputum


 

b.      Riwayat Kesehatan Dahulu

1)      Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh

2)      Pernah berobat tetapi tidak sembuh

3)      Pernah berobat tetapi tidak teratur

4)      Riwayat kontak dengan penderita TB paru

5)      Daya tahan tubuh yang menurun

6)      Riwayat vaksinasi yang tidak teratur

7)      Riwayat putus OAT

c.       Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asma, alergi dan TB

3.      Pemeriksaan Fisik

a.     Keadaan umum & Tanda-tanda vital

Hasil pemeriksaan tanda — tanda vital klien biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas meningkat disertai sesak napas, denyut nadi meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan dan tekanan darah.

b.     Persistem

1)    Kepala

Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak meringis, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, hidung tidak sianosis, mukosa bibir kering, biasanya adanya pergeseran trakea.

Palpasi   :  Apakah ada benjolan dan nyeri tekan atau tidak

2)    Mata

Inspeksi : Melihat apakah kedua mata simteris atau tidak, apakah ada peradangan pada mata, serta melihat fungsi indra penglihatan

3)    Mulut & Faring

Inspeksi : Mengamati bibir apakah ada kelainan congenital (bibir sumbing) warna, apakah simetris, apakah lembab, ada bengkak, luka, amati bentuk dan jumlah gigi, warna plak dan lubang serta kecerahan gigi

Palpasi        : Melihat apakah ada massa, tumor, bengkak atau nyeri dengan cara pegang dan tekan darah pipi

4)    Hidung

Inspeksi       : Kaji adanya obtruksi/tidak,   simetris/tidak,ada secret/tidak

5)    Telinga

Inspeksi       : Kaji Telinga Luar bersih/tidak, membran tympani, ada secret/tidak

Palpasi        : Ada/tidak nyeri tekan lokasi dan penjalaran

6)    Leher

Inspeksi : Melihat mbentuk, warna kulit, jejaring parut, mengamati pembesaran kelenjar tiroid, amati bentuk leher apakah ada kelainan atau tidak.

Palpasi : Melihat apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dengan cara meraba leher klien, intruksikan pasien menelan dan merasakan adanya massa atau pembesaran pada kelenjar tyroid.

a)     Dada/Thorax & Jantung

Inpeksi   :  Kadang  terlihat  retraksi  interkosta  dan  tarikan

dinding dada, biasanya pasien kesulitan saat inspirasi Auskultasi : Memahami bunyi nafas, vesikuler, wheezing atau

crecles, pada jantung dengarkan bunyi jantung 1 dan 2

Palpasi        : Fremitus        paru     yang    terinfeksi          biasanya lemah, apakah ada nyeri tekan

Perkusi        : Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak

b)    Abdomen

Inspeksi       : Lihat kesimetrisan abdomen, warna sekitar abdomen dan apakah ada pembengkakan atau tidak

Auskultasi : Mendengarkan            bising   usus pasien,     dengan nilai normal 10 12x/menit.

Palpasi        : Mengidentifikasi massa dan reflek sakit saat ditekan Perkusi Biasanya terdapat suara tympani

c)     Ekstermitas atas & bawah

Periksa CRT pasien,biasanya akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada edema.

4.  Pola Fungsi Kesehatan

a.     Aktivitas dan istirahat

Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek karena kerja , kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil dan/atau berkeringat.

Tanda : Takikardi, takipnea/dispnea pada saat kerja , kelelahan otot, nyeri, sesak (tahap lanjut).

b.     Integritas Ego

Gejala : Adanya faktor stres lama, masalah keuangan, perasaan tidak berdaya/putus asa.

Tanda : Menyangkal (khususnya pada tahap dini), ansietas, ketakutan,mudah terangsang

c.     Makanan dan cairan

Gejala : Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan berat badan.

Tanda : Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan otot/hilang lemak subkutan.

d.     Nyeri dan kenyamanan

Gejala         : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Tanda          : Berhati-hati    pada     area      yang    sakit,    perilaku distraksi, gelisah.

e.     Pernafasan

Gejala : Batuk, produktif atau tidak produktif , nafas pendek, riwayat tuberkulosis/terpajan pada individu terinfeksi.

Tanda : Peningkatan frekuensi pernafasan Penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleura), Pengembangan pernafasan tak simetris (effusi pleural). Perkusi pekak dan penurunan  fremitus  (cairan  pleural  atau  penebalan

pleural). Bunyi nafas menurun / tak ada secara bilateral atau unilateral (effusi pleural/pneumotorak). Bunyi nafas

tubuler dan / atau bisikan pektoral di atas lesi luas. Krekel tercatat diatas apek paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek.

f.     Keamanan

Gejala  : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker, tes HIV positif.

Tanda  :  Demam rendah atau sakit panas akut

g.     Interaksi social

Gejala : Perasaan terisolasi/penolakan karena penyakit menular, perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.

h.     Penyuluhan/penyerahan

Gejala : Riwayat keluarga TB , ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk, gagal untuk membaik/kambuhnya TB, tidak berpartisipasi dalam terapi.

 


 

B.     Diagnosa Keperawatan

Diagnosa         keperawatan    merupakan       suatu    penilaian          klinis    mengenai respons klien            terhadap masalah         kesehatan         atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus diare menurut PPNI (2017) sebagai berikut :

1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)

2.      Pola nafas tidak efektif (D.0005)

3.      Hipertermia (D.0130)

4.      Nausea (D.0076)

5.      Defisit nutrisi (D0019)

C.     Intervensi Keperawatan

NO

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

1.        

Bersihan jalan napas tidak efektif

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka diharapkan bersihan jalan napas meningkat, dengan kriteria hasil :

  1. Batuk efektif meningkat
  2. Produksi sputum menurun
  3. Mengi menurun
  4. Wheezing menurun
  5. Mekonium (pada neonatus) menurun

Manajemen Jalan Napas (I.01011)

Observasi

  • Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
  • Monitor bunyi napas tambahan (misalnya: gurgling, mengi, wheezing, ronchi kering)
  • Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

Terapeutik

  • Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw thrust jika curiga trauma fraktur servikal)
  • Posisikan semi-fowler atau fowler
  • Berikan minum hangat
  • Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
  • Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
  • Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
  • Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
  • Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

  • Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada kontraindikasi
  • Ajarkan Teknik batuk efektif

Kolaborasi

  • Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

2.        

Hipertermia

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka temoregulasi membaik dengan kriteria hasil:

  1. Menggigil menurun
  2. Suhu tubuh membaik
  3. Suhu kulit membaik

 

Manajemen Hipertermia (I.15506)

 

Observasi

  • Identifikasi penyebab hipertermia (mis: dehidrasi, terpapar lingkungan panas, penggunaan inkubator)
  • Monitor suhu tubuh
  • Monitor kadar elektrolit
  • Monitor haluaran urin
  • Monitor komplikasi akibat hipertermia

Terapeutik

 

  • Sediakan lingkungan yang dingin
  • Longgarkan atau lepaskan pakaian
  • Basahi dan kipasi permukaan tubuh
  • Berikan cairan oral
  • Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis (keringat berlebih)
  • Lakukan pendinginan eksternal (mis: selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
  • Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
  • Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

 

  • Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

  • Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

3.        

Nausea

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka stingkat nausea menurun, dengan kriteria hasil:

  1. Perasaan ingin muntah menurun

Manajemen Mual (I.03117)

 

Observasi

  • Identifikasi pengalaman mual
  • Identifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan (mis: bayi, anak-anak, dan mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif)
  • Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup (mis: nafsu makan, aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur)
  • Identifikasi faktor penyebab mual (mis: pengobatan dan prosedur)
  • Identifikasi antiemetik untuk mencegah mual (kecuali mual pada kehamilan)
  • Monitor mual (mis: frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan)

Terapeutik

 

  • Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual (mis: bau tidak sedap, suara, dan rangsangan visual yang tidak menyenangkan)
  • Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual (mis: kecemasan, ketakutan, kelelahan)
  • Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
  • Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau, dan tidak berwarna, jika perlu

Edukasi

 

  • Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
  • Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual
  • Anjurkan makanan tinggi karbohidrat, dan rendah lemak
  • Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis untuk mengatasi mual (mis: biofeedback, hipnosis, relaksasi, terapi musik, akupresur)
  • Kolaborasi

 

  • Kolaborasi pemberian obat antiemetik, jika perlu

 

4.        

Pola napas tidak efektif

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka pola napas meningkat, dengan kriteria hasil:

  1. Dispnea menurun
  2. Penggunaan otot bantu napas menurun
  3. Pemanjangan fase ekspirasi menurun
  4. Frekuensi napas membaik
  5. Kedalaman napas membaik

Manajemen Jalan Napas (I.01011)

Observasi

  • Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
  • Monitor bunyi napas tambahan (misalnya: gurgling, mengi, wheezing, ronchi kering)
  • Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

Terapeutik

  • Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw thrust jika curiga trauma fraktur servikal)
  • Posisikan semi-fowler atau fowler
  • Berikan minum hangat
  • Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
  • Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
  • Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
  • Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
  • Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

  • Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada kontraindikasi
  • Ajarkan Teknik batuk efektif
  • Kolaborasi
  •  
  • Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.

5.        

Defisit nutrisi

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka status nutrisi membaik dengan kriteria hasil:

  1. Porsi makan yang dihabiskan meningkat
  2. Berat badan membaik
  3. Indeks massa tubuh (IMT) membaik

Manajemen Nutrisi (I.03119)

Observasi

  • Identifikasi status nutrisi
  • Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
  • Identifikasi makanan yang disukai
  • Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
  • Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
  • Monitor asupan makanan
  • Monitor berat badan
  • Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
  • Terapeutik
  •  
  • Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
  • Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis: piramida makanan)
  • Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
  • Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
  • Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
  • Berikan suplemen makanan, jika perlu
  • Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastik jika asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi

  • Ajarkan posisi duduk, jika mampu
  • Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

  • Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis: Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
  • Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

 

D.    Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun selama fase perencanaan. Hal ini terdiri dari aktivvitas perawat dalam membantu pasien mengatasi masalah kesehatannya dan juga

untuk mencapai hasil yang diharapkan dari pasien (Pangkey et al., 2021).

 

E.     Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, di mana pada dokumentasi ini akan membandingnkan secara sistematis dan terencana tentang kesehatan pada pasien dengan tujuan yang telah diformulasikan dengan kenyataan yang dialami oleh pasien dengan melibatkan pasien dan tenaga Kesehatan lainnya (Pangkey et al., 2021).

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

Alisjahbana, B., Panji Hadisoemarto, Lestari, B. W., Afifah, N., & Fatma, Z. H.

(2020). Diagnosis dan Pengelolaan Tubercolosis (cetakan I). Unpad Press. https://www.google.co.id/books/edition/Diagnosis_dan_Pengelolaan_Tuberkulo sis_u/d1crEAAAQBAJhl=id&gbpv=1&dq=pemeriksaan+penunjang+tb+paru&printsec=frontcover

 

Danusantoso, H. (2017). Buku Ilmu Penyakit Paru (Edisi 3). Penerbit buku Kedokteran EGC. Ismaildin, Puspita, S., & Rustanti, E. (2020). Hubungan Pengetahuan Tentang Penyakit Tb Paru Dengan Kepatuhan Minum Obat Di Puskesmas Peteronganjombang. Literasi Kesehatan Husada, 4(1), 12—17.

 

Mardiah, A. (2019). Skrining Tuberkulosis (Tb) Paru Di Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa   Tengah.           Jurnal   Kedokteran,     4(1),     694. https://doi.org/10.36679/kedokteran.v4i1.62

 

Mathofani, P. E., & Febriyanti, R. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Tuberkulosis ( TB ) Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Serang Kota Tahun 2019 The Factors Associated With The Incidence Of Pulmonary Tuberculosis In The Working Area Of Serang City Health Center 2019. Jurnal Ilmiah         Kesehatan Masyarakat,           l2,        1—10. https://jikm.upnvj.ac.id/index.php/home/article/download/53/45/

 

Nuriyanto, A. R. (2018). Manifestasi Klinis, Penunjang Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis Paru pada Anak. Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika, l(2), 62—70. http://jknamed.com/jknamed/article/view/70

 

Pangkey, B. C. ., Hutapea, A. D., & Stanggang, I. S. Y. F. (2021). Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Yayasan Kita Menulis.

 

Pratiwi, R. D. (2020). GAMBARAN KOMPLIKASI PENYAKIT TUBERKULOSIS BERDASARKAN   KODE INTERNATIONAL   CLASSIFICATION    OF DISEASE 10. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad Vol XIII, XIII(2), 93—101. http://e-jurnal.stikesalirsyadclp.ac.id/index.php/jka/article/view/136


DOWNLOAD FILE NYA DISINI

Comments

Popular posts from this blog

DOWNLOAD CONTOH SURAT LAMARAN DAPUR MBG

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. M.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM (HIPERTERMIA)

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SYOK SEPSIS DI RUANG ICU