LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN SPONTAN

 

A.    DEFINISI

Ibu hamil adalah wanita yang sedang berada dalam masa kehamilan, yaitu suatu kondisi fisiologis di mana terjadi proses konsepsi hingga perkembangan janin di dalam rahim. Masa kehamilan berlangsung sekitar 280 hari atau 40 minggu, yang dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT), dan terbagi menjadi tiga trimester. Selama kehamilan, tubuh ibu mengalami berbagai perubahan anatomi, fisiologis, dan psikologis guna menunjang pertumbuhan janin.

Ibu hamil adalah sebutan bagi seorang wanita yang sedang mengandung atau membawa janin dalam rahimnya. Kehamilan terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi oleh sperma menempel pada dinding rahim dan mulai berkembang menjadi embrio, lalu menjadi janin. Secara medis, masa kehamilan biasanya berlangsung selama kurang lebih 40 minggu atau sekitar 9 bulan, yang dihitung sejak hari pertama haid terakhir (HPHT) (Handayani dkk., 2025) . Masa ini dibagi menjadi tiga tahap, yang disebut trimester:

1.      Trimester pertama (0–13 minggu): Tahap awal perkembangan janin dan penyesuaian tubuh ibu terhadap kehamilan. Biasanya ditandai dengan mual, muntah, kelelahan, dan perubahan hormon.

2.      Trimester kedua (14–27 minggu): Masa kehamilan mulai terasa lebih stabil, perut mulai membesar, dan gerakan janin bisa mulai dirasakan.

3.      Trimester ketiga (28–40 minggu): Janin berkembang lebih besar dan tubuh ibu bersiap untuk proses persalinan.

Meskipun kehamilan adalah proses alami, tidak semua kehamilan berjalan tanpa komplikasi. Beberapa ibu hamil mengalami gangguan atau penyakit yang dapat membahayakan dirinya maupun janin, seperti preeklamsia dan diabetes gestasional.

Preeklamsia ringan adalah salah satu bentuk komplikasi kehamilan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah ≥140/90 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu, disertai dengan proteinuria (≥300 mg/24 jam). Preeklamsia merupakan bagian dari gangguan hipertensi dalam kehamilan dan berpotensi berkembang menjadi kondisi yang lebih serius jika tidak ditangani. Preeklamsia ringan memerlukan pemantauan ketat terhadap tekanan darah, status protein urin, serta tanda-tanda klinis lainnya untuk mencegah progresivitas ke preeklamsia berat maupun eklamsia (UTARI, 2022).

Diabetes gestasional adalah kondisi intoleransi glukosa yang pertama kali dikenali selama kehamilan. Hal ini terjadi akibat perubahan hormonal yang mempengaruhi kerja insulin, sehingga kadar gula darah meningkat. Diabetes gestasional umumnya terjadi pada trimester kedua atau ketiga dan dapat meningkatkan risiko komplikasi seperti bayi besar (makrosomia), persalinan prematur, dan risiko jangka panjang diabetes tipe 2 pada ibu maupun anak. Manajemen diabetes gestasional mencakup pengaturan pola makan, olahraga ringan, pemantauan gula darah, dan pada beberapa kasus memerlukan terapi insulin (Solikhati Yana, 2024).

Ibu hamil yang mengalami preeklamsia ringan dan diabetes gestasional merupakan kondisi berisiko tinggi yang membutuhkan pemantauan dan intervensi secara menyeluruh dari tim kesehatan. Penanganan yang tepat bertujuan untuk menjaga kestabilan kondisi ibu, mencegah komplikasi, serta menjamin pertumbuhan dan perkembangan janin yang optimal hingga waktu persalinan.

Secara umum, DM pada kehamilan dibagi menjadi dua kelompok :

1.    DM yang memang sudah diketahui sebelumnya dan kemudian menjadi hamil (Diabetes Mellitus Hamil/DMH/DM pragestasional).

2.    DM yang baru ditemukan saat hamil (Diabetes Melitus Gestasional/DMG).

 

Diabetes mellitus gestasional didefinisiskan sebagai suatu intoleransi glukosa yang terjadi atau pertama kali ditemukan pada saat hamil. Definisi ini berlaku dengan tidak memandang apakah pasien diabetes mellitus hamil yang mendapat terapi insulin atau diet saja, juga apabila pada pasca persalinan keadaan intoleransi glukosa masih menetap. Demikian pula ada kemungkinan pasien tersebut sebelum hamil sudah terjadi intoleransi glukosa. Meskipun memiliki perbedaan pada awal perjalanan penyakitnya, baik penyandang DM tipe 1 dan 2 yang hamil maupun DMG memiliki penatalaksanaan yang kurang lenih sama (Widyawati dkk., 2021).

B.     PATHWAY ( TERLAMPIR )

-

C.    ETIOLOGI

1.      Etiologi Preeklamsia Ringan

Etiologi pasti preeklamsia hingga saat ini belum sepenuhnya dipahami, namun terdapat beberapa teori dan faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya preeklamsia, di antaranya:

·         Gangguan perkembangan plasenta: Terjadi kelainan pada proses invasi trofoblas ke pembuluh darah rahim, yang menyebabkan gangguan aliran darah ke plasenta.

·         Disfungsi endotel: Adanya kerusakan atau gangguan fungsi sel endotel pembuluh darah, yang memicu peningkatan tekanan darah dan proteinuria.

·         Faktor genetik: Riwayat keluarga dengan preeklamsia dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi serupa.

·         Faktor imunologis: Adanya respon imun abnormal terhadap janin atau plasenta.

·         Faktor risiko lainnya:

o    Kehamilan pertama (primigravida)

o    Usia ibu <20 tahun atau >35 tahun

o    Kehamilan ganda (kembar)

o    Obesitas

o    Riwayat hipertensi kronis atau penyakit ginjal

2. Etiologi Diabetes Gestasional

Diabetes mellitus dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi atau absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi. Berkurangnya glikogenesis. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya diabetes akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan. Diabetes gestasional terjadi akibat gangguan metabolisme glukosa selama kehamilan, yang disebabkan oleh:

·         Perubahan hormonal: Selama kehamilan, plasenta menghasilkan hormon-hormon seperti estrogen, progesteron, human placental lactogen (HPL), dan kortisol yang dapat menyebabkan resistensi insulin.

·         Resistensi insulin: Tubuh ibu menjadi kurang responsif terhadap insulin, sehingga kadar glukosa dalam darah meningkat.

·         Faktor risiko lainnya:

o    Riwayat keluarga dengan diabetes mellitus

o    Obesitas atau berat badan berlebih sebelum hamil

o    Usia ibu hamil >25 tahun

o    Riwayat diabetes gestasional pada kehamilan sebelumnya

o    Riwayat melahirkan bayi dengan berat >4.000 gram

o    Riwayat abortus berulang atau lahir mati tanpa sebab jelas

D.    Klasifikasi

1.    Klasifikasi Preeklamsia

Preeklamsia diklasifikasikan berdasarkan derajat keparahan gejala menjadi dua jenis:

·         a. Preeklamsia Ringan

o    Tekanan darah ≥140/90 mmHg hingga <160/110 mmHg setelah usia kehamilan 20 minggu.

o    Proteinuria ≥300 mg/24 jam atau hasil urin dipstick +1 hingga +2.

o    Tidak disertai gejala berat seperti nyeri kepala hebat, gangguan penglihatan, atau nyeri epigastrium.

o    Fungsi organ (ginjal, hati, darah) masih dalam batas normal.

·         b. Preeklamsia Berat

o    Tekanan darah ≥160/110 mmHg.

o    Proteinuria >2 gram/24 jam atau dipstick +3 atau lebih.

o    Terdapat tanda-tanda bahaya: nyeri kepala berat, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium, edema paru, gangguan fungsi hati atau ginjal, dan trombositopenia.

o    Dapat berkembang menjadi eklampsia jika disertai kejang.

2.    Klasifikasi Diabetes Gestasional

Diabetes gestasional diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan terapi dan ada tidaknya diabetes sebelum kehamilan, menurut beberapa pedoman seperti American Diabetes Association (ADA):

·         Diabetes Gestasional (GDM)

o    Didiagnosis pertama kali selama kehamilan.

o    Kadar gula darah abnormal tetapi belum memenuhi kriteria untuk diabetes tipe 1 atau tipe 2 sebelum kehamilan.

o    Dikelola dengan:

§  GDM  A1       : Terkontrol dengan diet dan olahraga saja.

§  GDM  A2       : Membutuhkan terapi tambahan, seperti insulin atau obat hipoglikemik oral.

·         Pregestational Diabetes Mellitus (PGDM)

o    Diabetes sudah ada sebelum kehamilan (baik tipe 1 maupun tipe 2), dan tetap berlangsung selama kehamilan.

E.     Manifestasi klinis

1. Manifestasi Klinis Preeklamsia Ringan

Preeklamsia ringan umumnya memiliki gejala yang tidak terlalu mencolok, sehingga penting dilakukan pemeriksaan rutin kehamilan. Beberapa manifestasi klinisnya antara lain:

·         Tekanan darah ≥140/90 mmHg (diukur pada dua kali pengukuran dengan jarak waktu minimal 4 jam).

·         Proteinuria ringan (≥300 mg/24 jam atau hasil urin dipstick +1 hingga +2).

·         Edema ringan (terutama pada wajah, tangan, dan kaki).

·         Peningkatan berat badan secara mendadak akibat retensi cairan.

·         Tidak disertai gejala berat seperti nyeri kepala hebat, gangguan penglihatan, atau nyeri epigastrium.

Pada preeklamsia ringan, ibu sering kali tidak menyadari adanya gangguan karena gejalanya bisa terasa ringan atau bahkan tidak dirasakan sama sekali.

2. Manifestasi Klinis Diabetes Gestasional

Sebagian besar kasus diabetes gestasional bersifat asimptomatik (tanpa gejala), sehingga biasanya diketahui melalui skrining glukosa darah pada trimester kedua. Namun, pada beberapa ibu hamil, gejala berikut dapat muncul:

·         Sering merasa haus (polidipsia).

·         Sering buang air kecil (poliuria).

·         Cepat merasa lapar (polifagia).

·         Kelelahan berlebihan.

·         Infeksi saluran kemih atau infeksi vagina berulang.

·         Penglihatan kabur.

·         Berat badan janin yang besar (makrosomia) saat pemeriksaan USG.

·         Adanya gula dalam urin (glukosuria) saat pemeriksaan laboratorium

F.     Patofisiologi

1. Patofisiologi Diabetes Melitus Gestasional (DMG)

Pada kehamilan normal, tubuh ibu mengalami perubahan hormonal yang signifikan. Hormon-hormon seperti human placental lactogen (hPL), estrogen, progesteron, kortisol, dan prolaktin akan meningkat. Hormon-hormon ini bersifat anti-insulin (insulin resistance), yang berarti mereka menghambat kerja insulin untuk menjaga glukosa darah tetap mencukupi bagi janin. Namun, pada beberapa ibu hamil, pankreas tidak mampu meningkatkan produksi insulin untuk mengimbangi resistensi insulin tersebut, sehingga terjadi hiperglikemia (kadar gula darah tinggi). Inilah yang disebut diabetes melitus gestasional.

Akibat dari hiperglikemia ini:

·         Glukosa menyeberang plasenta → janin mendapat glukosa berlebih.

·         Janin meningkatkan produksi insulin → risiko makrosomia (janin besar).

·         Ibu berisiko mengalami preeklamsia, infeksi, dan persalinan prematur.

2.      Patofisiologi Preeklamsia Ringan

Preeklamsia terjadi karena adanya gangguan pada pembentukan dan fungsi plasenta. Pada kehamilan normal, pembuluh darah rahim mengalami perubahan agar dapat menyuplai darah ke janin secara optimal. Pada preeklamsia, proses ini tidak terjadi sempurna, sehingga aliran darah ke plasenta terganggu.

Akibatnya:

·         Terjadi hipoksia plasenta → plasenta melepaskan zat toksik ke sirkulasi ibu.

·         Zat tersebut menyebabkan disfungsi endotel, vasokonstriksi, dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah.

·         Terjadi hipertensi, proteinuria, dan edema.

·         Pada preeklamsia ringan, gejala ini masih dalam batas awal dan belum menimbulkan gangguan organ yang berat.

Jadi bisa juga terjadi keterkaitan antara DM Gestasional dan Preeklamsia yang mana DM gestasional meningkatkan risiko preeklamsia karena:

·         Hiperglikemia memperburuk kerusakan endotel.

·         Meningkatkan aktivitas inflamasi dan stres oksidatif.

·         Menyebabkan gangguan metabolik yang memperberat kerja sistem vaskular ibu.

Sehingga ibu hamil dengan DMG lebih berisiko mengalami gangguan pembuluh darah, yang berkontribusi terhadap terjadinya preeklamsia ringan maupun berat.

G.    Komplikasi

1. Komplikasi Diabetes Melitus Gestasional (DMG)

a. Bagi Ibu:

·         Preeklamsia: DMG meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia karena pengaruh hiperglikemia terhadap pembuluh darah dan fungsi endotel.

·         Infeksi saluran kemih dan infeksi jamur vagina karena kadar gula darah tinggi.

·         Polihidramnion (jumlah air ketuban berlebih).

·         Persalinan prematur atau tindakan operatif (seperti sectio caesarea).

·         Diabetes melitus tipe 2 setelah melahirkan (risiko jangka panjang).

·         Perdarahan post partum karena distensi uterus oleh janin besar atau polihidramnion.

b. Bagi Janin/Bayi:

·         Makrosomia (berat lahir >4.000 gram), yang dapat menyebabkan trauma lahir seperti distosia bahu.

·         Hipoglikemia neonatal akibat tingginya kadar insulin janin.

·         Hipoksia janin dan risiko lahir mati (stillbirth).

·         Gangguan pernapasan (RDS – respiratory distress syndrome).

·         Risiko obesitas dan DM tipe 2 di kemudian hari.

2. Komplikasi Preeklamsia Ringan

Jika tidak tertangani dengan baik, preeklamsia ringan bisa berkembang menjadi preeklamsia berat dan menyebabkan komplikasi serius.

a. Bagi Ibu:

·         Perkembangan ke preeklamsia berat atau eklampsia (kejang pada ibu hamil).

·         HELLP syndrome (Hemolysis, Elevated Liver enzymes, Low Platelet count).

·         Gangguan fungsi ginjal dan hati.

·         Edema paru.

·         Abrupsio plasenta (lepasnya plasenta sebelum waktunya).

·         Kematian maternal (pada kasus berat yang tidak tertangani).

b. Bagi Janin:

·         Restriksi pertumbuhan intrauterin (IUGR) karena suplai darah ke plasenta terganggu.

·         Asfiksia janin (kekurangan oksigen).

·         Prematuritas karena indikasi medis untuk segera mengakhiri kehamilan.

·         Kematian janin dalam kandungan (IUFD – intrauterine fetal death).

H.    Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Gestasional (DMG)

Penatalaksanaan bertujuan untuk menjaga kadar glukosa darah ibu dalam batas normal dan mencegah komplikasi pada ibu maupun janin.

a. Non-farmakologis:

·         Pendidikan kesehatan: Edukasi tentang pentingnya kontrol gula darah dan perubahan gaya hidup.

·         Pengaturan pola makan (diet diabetes):

o    Diet seimbang rendah gula dan lemak.

o    Porsi kecil namun sering (3 kali makan utama + 2 camilan sehat).

o    Menghindari makanan tinggi gula sederhana.

·         Olahraga ringan: Seperti jalan kaki atau senam hamil, jika tidak ada kontraindikasi.

·         Pemantauan gula darah secara teratur: Gula darah puasa <95 mg/dL, 1 jam postprandial <140 mg/dL.

b. Farmakologis (jika tidak terkontrol dengan diet dan olahraga):

·         Insulin: Terapi pilihan utama karena aman untuk janin.

·         Obat oral: Hanya jika direkomendasikan dokter (misalnya metformin – meskipun penggunaannya masih hati-hati pada kehamilan).

c. Monitoring kehamilan:

·         USG berkala untuk menilai pertumbuhan janin.

·         NST (Non-Stress Test) atau CTG untuk memantau kesejahteraan janin.

·         Persiapan persalinan: Jika janin makrosomik, mungkin direkomendasikan SC (sectio caesarea).

2. Penatalaksanaan Preeklamsia Ringan

Tujuannya adalah mencegah perkembangan ke kondisi yang lebih berat dan melindungi ibu serta janin.

a. Pemantauan rutin:

·         Monitoring tekanan darah secara berkala.

·         Pemeriksaan urin untuk mendeteksi proteinuria.

·         Pemantauan tanda-tanda bahaya: seperti nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium, atau penurunan gerakan janin.

·         Monitoring pertumbuhan janin dengan USG.

b. Terapi non-farmakologis:

·         Istirahat cukup, idealnya berbaring miring ke kiri untuk meningkatkan perfusi plasenta.

·         Pengurangan aktivitas fisik berat.

c. Terapi farmakologis:

·         Antihipertensi (jika diperlukan):

o    Metildopa, labetalol, atau nifedipin (obat yang aman untuk kehamilan).

·         Suplemen kalsium dan aspirin dosis rendah (pada kasus tertentu sebagai pencegahan dini – atas instruksi dokter).

d. Perencanaan persalinan:

·         Jika kondisi stabil, kehamilan dapat dilanjutkan hingga cukup bulan (37–40 minggu).

·         Jika muncul tanda preeklamsia berat atau gangguan janin, mungkin dilakukan terminasi kehamilan lebih awal.

 

 

 


I.       RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1.    Pengkajian

                   Identitas

Usia : perlu diketahui kapan ibu dan berapa tahun ibu mendeita Diabetes melitus, karena semakin lama ibu menderita DM semakin berat komplikasi yang muncul. Seperti yang dijelaskan pada klasifikasi DM.

a.         Keluhan Utama

Biasanya ibu hamil dengan DM mengeluh Mual, muntah, penambahan berat badan berlebihan atau tidak adekuat, polipdipsi, poliphagi, poluri, nyeri tekan abdomen dan retinopati.

b.        Riwayat Kehamilan

c.         Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu dikaji apakah ada keluarga yang menderita DM, karena DM bersifat keturunan.

d.        Riwayat Obstetri

Ø Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT.

Ø Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai hamil

Ø Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu

Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus, retensi plasentadan perlu dikaji apakah ada riwayat Diabetes mellitus gestasional, Hipertensi karena kehamilan, Infertilitas, Bayi low gestasional age, Riwayat kematian janin, Lahir mati tanpa sebab jelas, Anomali congenital, Aborsi spontan, Polihidramnion, Makrosomia atau berat bayi lebih dari 4000 gram.

Ø Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir

Ø Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri, kontraksi, dan adanya infeksi.

e.         Riwayat Kehamilan sekarang

Ø Hamil muda, keluhan selama hamil muda

Ø Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain.

 


f.          Riwayat antenatal care meliputi :

Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat. Pada saat antenatalcare perlu diobservasi secara ketat juga kepatuhan ibu dalam menjalani diet, kadar gula darah dan perawatan yang diberikan.

g.        Pola Aktivitas Sehari-hari

Ø Pola nutrisi

Frekuensi makan : pasien dengan DM biasanya mengeluh sering lapar dan haus.

Ø Pola eliminasi

BAK : pasien dengan DM memiliki gejala yaitu poliuri atau sering berkemih. BAB : biasanya tidak ada gangguan.

Ø Pola personal hygiene

Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas.

Ø Pola istirahat dan tidur

Gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang berlebihan.

Ø Pola aktifitas dan latihan

Aktivitas yang berlebih pada keadaan hipoglikemi dapat menyebabkan rasa lapar meningkat, pusing, nyeri kepala, berkeringat, letih, lemah, pernapasan dangkal dan pandangan kabur. Jika ini terjadi maka ibu akan rentan terhapad cedera dan jika rasa lapar berlebih ini akan menyebabkan ketidakpatuhan diet ibu.

h.        Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum: jika dalam keadaan hipoglikemi ibu bisa merasa lemah dan letih TD: ibu dengan DM perlu diobservasi tekanan darahnya karena komplikasi dari ibu dengan DM adalah preeklamsia dan eklamsia.

Nadi: pada keadaan hiperlikemi biasanya nadi lemah dan cepat.

Respirasi: pada keadaan hiperglikemi atau diabetik ketoasidosis biasanya RR meningkat dan napas bau keton.

Suhu: tidak ada gangguan, tetapi biasanya kulit pasien lembab pada kondisi hipoglikemi.

Berat badan: ibu dengan DM biasanya memiliki berat badan berlebih, dan terjadi peningkatan berat badan waktu hamil yang berlebih.

Ø Kepala dan rambut: Tidak gangguan

Ø Wajah: Pasien pada keadaan hipoglekmia biasanya terlihat pucat.

Ø Mata: Pada keadaan hipoglikemi pasien akan mengeluh pandangan kabur atau ganda dan pada keadaan hiperglikemi pasien akan mengeluh pandangan redup.

Ø Hidung: Pasien dengan hiperglikemia pernapasana cepat dan dangkal, napas bau keton.

Ø Keadaan mulut: Tidak ada gangguan.

Ø Telinga: Tidak ada gangguan.

Ø Leher: Tidak ada gangguan.

Ø Dada dan payudara: Dada (Pasien dengan hiperglikemia pernapasana cepat dan dangkal, napas bau keton), Sirkulasi jantung (Perlu dikaji peningkatan tekanan darah dan nadi pasien), Payudara (Pada umumnya tidak gangguan), Ekstremitas dan kulit (Pada keadaan hipoglikemia pasien akan berkeringat dan kulit pasien lembab).

2.    Diagnosa Keperawatan

a.       Resiko Penurunan Curah Jantung               ( D.0011 )

b.       Ansietas                                                   ( D.0080 )

c.       Ketidak Stabilan Kadar Glukosa Darah      ( D.0027 )

d.       Resiko Cedera pada Janin                          ( D.0138 )

 

 


4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah tahap pelaksanaan dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun sebelumnya. Pada tahap ini, perawat melakukan intervensi keperawatan yang bertujuan untuk mencapai tujuan dan luaran yang telah ditentukan. Implementasi dapat berupa tindakan mandiri maupun kolaboratif, termasuk pemberian edukasi, observasi, monitoring, maupun tindakan fisik tertentu sesuai kebutuhan pasien.

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah proses penilaian terhadap efektivitas tindakan keperawatan yang telah dilakukan, untuk mengetahui apakah tujuan dan luaran keperawatan tercapai. Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan kondisi pasien setelah intervensi dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan dalam SLKI. Evaluasi bisa bersifat harian, berkala, atau akhir dari suatu intervensi keperawatan.


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Handayani, S., Fajri, U. N., Fitriyani, T., & Zulfatunnisa, N. (2025). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Penerbit Tahta Media.

Solikhati Yana, N. (2024). Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Dengan Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Menggunakan Penerapan Intervensi Relaksasi Otot Progresif Di Ruang Wardah RSI Yapalis.

UTARI, D. (2022). HUBUNGAN USIA IBU HAMIL DENGAN TINGKAT KEJADIAN PREEKLAMPSIA DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2020.

Widyawati, W., Suwarni, A., & Putra, F. A. (2021). Hubungan Determinan DM Tipe II Terhadap Komplikasi DM Tipe II di Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Selogiri.


DOWNLOAD LP ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN SPONTAN

 d

Comments

Popular posts from this blog

DOWNLOAD CONTOH SURAT LAMARAN DAPUR MBG

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. M.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM (HIPERTERMIA)

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SYOK SEPSIS DI RUANG ICU