DOWNLOAD LAPORAN PENDAHULUAN MELENA
A. KONSEP
DASAR MEDIK
1. Definisi
Melena adalah pengeluaran feses atau tinja
yang berwarna hitam seperti yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran
makan bagian atas. Warna tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara
darah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat
berwarna seperti kopi atau kemerah-
merahan
dan bergumpal-gumpal. (bari, 2010). Perdarahan saluran cerna merupakan setiap
perdarahan dari saluran cerna (dari mulut sampai anus), yang dapat timbul
sebagai hematemesis melena dan perdarahan rektal.
Melena adalah pengeluaran feses atau tinja
yang berwarna hitam seperti teh yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran
makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau
kontak antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga
dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal.
(Sjaifoellah Noer, dkk, 1996).
Melena adalah keluarnya feses berwarna
hitam per rektal yang mengandung campuran darah, biasanya disebabkan oleh
perdarahan usus proksimal (Grace & Borley, 2007).
2. Anatomi
Fisiologi

Gambar 2.1. sistem
pencernaan manusia
Sumber : (Scanlon &
Sanders, 2007 : 371)
Berikut
Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan Manusia:
Saluran pencernaan menerima makanan dari
luar dan mempersiapkan baha makanan untuk diserap oleh tubuh dengan jalan
proses pencernaan (mengunyah, menelan, dan penyerapan) dengan bantuan zat cair
yang terdapat mulai dari mulut sampai ke anus. Fungsi utama sistem pencernaan
adalah menyediakan zat nutrusi yang sudah dicerna secra berkesinambungan untuk
didistribusikan ke dalam sel melalui sirkulasi dengan unsur-unsur air,
elektrolit, dan zat gizi. Sebelum zat gizi ini diserap oleh tubuh, makanan
harus bergerak sepanjang saluran pencernaan. Sumber : (Scanlon & Sanders,
2007)
a. Mulut
Merupakan organ
pertama dari saluran pencernaan yang letaknya meluas dari bibir sampai istimus
fausium yaitu perbatasan mulut dengan faring. Mulut terdiri dari bagian
vestibulum oris dan kavum oris propia. Waktu kita mengunyah gigi memecah
makanan menjadi bagian kecil-kecil.
b. Tenggorokan
( Faring)
Adalah organ yang
menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan, panjangnya ±12 cm. Letaknya
tegak lurus antara basis kranii setinggi vertebra servikalis IV ke bawah
setinggi tulang rawan krikoidea. Organ yang terpenting didalam faring adalah
tonsil yaitu kumpulan kelenjer limfe yang banyak mengandung limfosit untuk
mempertahankan tubuh terhadap infeksi, menyaring dan mematikan bakteri/
mikroorganisme yang masuk melalui jalan pencernaan dan pernapasan.
c. Kerongkongan
(Esofagus)
Kerongkongan
merupakan saluran pencernaan setelah mulut dan faring, panjangnya ±25 cm dengan
posisi mulai dari tengah leher sampai ujung bawah rongga dada di belakang
trakea. Sekresi esofagus bersifat mucoid yaitu memberi pelumas untuk pergerakan
makanan melalui esofagus, pada peralihan esofagus ke lambung terdapat sfingter
kardiak yang dibentuk oleh lapisan otot sirkuler esofagus, Gerakan inilah yang
membantu mendorong makanan dari rongga mulut ke lambung, lebih kurang selama 6
detik.
d. Lambung
Sebuah kantong
muskular yang letaknya antara esofagus dan usus halus, sebelah kiri abdomen,
dibawah diafragma bagian depan pankreas dan limpa. Lambung merupakan saluran
yang dapat mengembang karena adanya gerakan peristaltik, terutama didaerah
epigaster. Variasi dari bentuk lambung sesuai dengan jumlah makanan yang masuk,
adanya gelombang peristaltik tekanan organ lain, dann postur tubuh.Lambung
berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim.
e. Usus
Halus
Usus halus atau
usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada
sekum, panjangnya ±6 m dan merupakan saluran pencernaan paling panjang. Bentuk
dan susunannya berlipat-lipat melingkar, makanan dapat masuk karena adanya
gerakan yang memberikan permukaan yang lebih luas. Pada ujung dan pangkalnya
terdapat katup, intestinum minor terletak dalam rongga abdomen dan dikelilingi
oleh usus besar.

Gambar 2.2 : Anatomi Usus
Sumber : (Scanlon & Sanders, 2007 :
371)
Usus
halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus
kosong (jejunum), dan usus
penyerapan (ileum)
f.
Usus Besar
Usus besar
merupakan saluran pencernaan berupa usus berpenampang luas atau berdiameter
besar dengan panjang 1,5-1,7 m dan berpenampang 5-6 m. Usus besar terdiri dari
: Kolon asendens (kanan), Kolon transversum, Kolon desendens (kiri). Kolon
sigmoid (berhubungan dengan rektum). Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi
membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi
normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan
pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare. : (Scanlon
& Sanders, 2007 : 371)
Gambar 2.3 : Anatomi Usus Besar
Sumbernya : (Scanlon & Sanders, 2007 :
371)
g. Usus
buntu
Usus buntu atau
sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu kantung
yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus
besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil.
Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora
eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan
oleh umbai cacing
h. Umbai
Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau
apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut
apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan
apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis
(infeksi rongga abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa
Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah ujung buntu tabung
yang menyambung dengan caecum.
Umbai cacing
terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing
berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun
lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – beda di
retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
(Scanlon & Sanders, 2007 : 371)
i.
Rektum dan anus
Rektum merupakan
lanjutan dari kolon sigmoid yang menghubungkan
intestinum mayor dengan anus, panjangnya 12 cm, dimulai dari pertengahan
sakrum sampai kanalis anus. Rektum terletak dalam rongga pelvis didepan os
sakrum dan os koksigis. Anus merupakan bagian dari saluran pencernaan yang
berhubungan dengan dunia luar terletak didasar pelvis, didindingnya diperkuat
oleh sfingter ani yang terdiri dari ; sfingter ani internus, sfingter levator
ani, sfingter ani eksternus. Defekasi adalah hasil refleks. Apabila bahan fese
masuk ke dalam rektum, dinding rektum akan meregang dan menimbulkan impuls
aferen di salurkan melalui pleksus mesentrikussehingga menimbulkan gelombang
peristaltik pada kolon desenden dan kolon sigmoid akan mendorong feses ke arah
anus. ( I Gusti Ayu Triagustina, 2014 : 242 )
j.
Pankreas
Pankreas merupaakan
organ lunak yang berjalan miring dan menyilang dinding posterior abdomen pada
regio epigastrium, terletak dibelakang lambung dan terbentang dari duodenum
sampai ke limpa. Pankreas merupakan kelenjer eksorin dan kelenjer endokrin.
Kelenejr eksorin menghasilkan sekret yang mengandung enzim yang dapat
menghidrolisis protein, lemak dan karbohidrat. Sedangkan, kelenjer endokrin
menghasilkan hormon insulin dan glukagon yang memegang peranan penting pada
metabolisme karbohidrat.
k. Hati
Hati merupakan
kelenjer aksesoris terbesar dalam tubuh berwarna coklat dengan berat 1000-1800
gram. Hati terletak disebelah rongga perut bagian kanan atas dibawah diafragma.
Sebagian besar terletak pada region epigastrium. Hati adalah organ yang
terbesar di dalam badan manusia
l.
Kandung Empedu
Kandung empedu
(vesika fallea) adalah kantong berbentuk buah pir yang terletak pda permukaan
viseral diliputi oleh peritoneum kecuali bagian yang melekat pada hati dan
terletak pada permukaan bawah hati di antara lobus dekstra dan kaudatus hati.
Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran
empedu.
3. Etiologi
Terdapat beberapa penyebab perdarahan
saluran cerna bagian atas adalah:
a. Kelainan
esofagus
1) Varises
esophagus
Penderita dengan
melena yang disebabkan pecahnya varises esophagus, tidak pernah mengeluh rasa
nyeri atau pedih di epigastrium. Pada umumnya sifat perdarahan timbul spontan
dan massif. Darah yang dikeluarkan melalui feses berwarna kehitam-hitaman dan
tidak membeku karena sudah bercampur dengan asam lambung.
2) Karsinoma
esophagus
Karsinoma
esophagus sering memberikan keluhan pada penderita melena. Disamping mengeluh
disfagia, badan mengurus dan anemis, hanya sesekali penderita muntah darah dan
itupun tidak masif.
3) Esofagitis
dan tukak esophagus
Esophagus bila
sampai menimbulkan perdarahan lebih sering intermitten atau kronis dan biasanya
ringan, sehingga lebih timbul melena. Tukak di esophagus jarang sekali
mengakibatkan perdarahan jika dibandingka dengan tukak lambung dan duodenum.
b. Kelainan
di lambung
1) Gastritis
erisova hemoragika
Hematemesis
bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita minum obat-obatan yang
menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah penderita mengeluh nyeri ulu hati.
2) Tukak
lambung
Penderita
mengalami dispepsi berupa mual, muntah, nyeri ulu hati dan sebelum hematemesis
didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrium yang berhubungan dengan makanan.
3) Kelainan
darah polisetimia vera, limfoma, leukemia, anemia, hemofili, rombositopenia
purpura.
4) Pemakaian
obat-obatan yang ulserogenik seperti golongan salisilat, kortikosteroid,
alkohol.
4. Patofisiologi
Pada melena dalam perjalanannya melalui
usus, darah menjadi berwarna merah gelap bahkan hitam. Perubahan warna
disebabkan oleh HCL lambung, pepsin, dan warna hitam ini diduga karena adanya
pigmen porfirin. Kadang-kadang pada perdarahan saluran cerna bagian bawah dari
usus halus atau kolon asenden, feses dapat berwarna merah terang/gelap. Diperkirakan
darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan tertahan pada saluran cerna sekitar
6-8 jam untuk merubah warna feses menjadi hitam. Paling sedikit perdarahan
sebanyak 50-100ce baru dijumpai keadaan melena. Feses tetap berwarna hitam
seperti ter selama 48-72 jam setelah perdarahan berhenti. Ini bukan berarti
keluarnya feses yang berwarna hitam tersebut menandakan perdarahan masih
berlangsung. Darah yang tersembunyi terdapat pada feses selama 710 hari setelah
episode perdarahan tunggal.
5. Manifestasi
Klinis
Gejala-gejala yang ditimbulkan pada pasien
melena adalah sebagai berikut:
a. Gelisah
b. Demam
Ringan (38-39 C)
c. Nafsu
makan berkurang
d. Berak
yang bercampur darah, lendir, lemak dan berbuih
e. Nyeri
perut
f.
Rasa kembung
g. Tonus
otot dan turgor kulit berkurang
h. Selaput
lendir dan bibir kering
i.
Hiperperistaltik
j.
Penurunan Hb dan Hmt yang
terlihat setelah beberapa jam
k. Peningkatan
kadar urea darah setelah 24-48 jam karena pemecahan protein darah oleh bakteri
usus.
6. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan
seperti:
a. Syok
hipovolemik
Syok hipovolemik
disebut juga dengan syok preload yang ditandai dengan menurunnya volume
intravaskuler oleh karena perdarahan dapat terjadi karena kehilangan cairan
tubuh yang lain. Menurunnya volume intravaskuler menyebabkan penurunan volume
intraventrikel. Pada klien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang
sampai lebih dari 30% dan berlangsung yang tidak teratasi dengan baik. Untuk
mencegah gagal ginjal maka setelah syock, diobati dengan menggantikan volume
intravaskuler.
b. Penurunan
kesadaran
Terjadi penurunan
transportasi Os ke otak, sehingga terjadi penurunan kesadaran
c. Ensefalopati
Terjadi akibat
kerusakan fungsi hati di dalam menyaring toksin di dalam darah. Racun-racun
tidak dibuang karena fungsi hati terganggu. Dan suatu kelainan dimana fungsi
otak mengalami kemunduran akibat zat-zat racun di dalam darah, yang dalam
keadaan normal dibuang oleh hati.
7. Pemeriksaan
Diagnostik
a. Penunjang
1) Pemeriksaan
tinja
Makroskopis dan
mikroskopis, ph dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula, biakan kuman
untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika
(pada diare persisten).
2) Duodenal
intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif
terutama pada diare kronik.
b. Diagnostik
1) Laboratorium
a) Darah
perifer lengkap, analisis gas darah (penurunan Hb, Hmt, peningkatan leukosit)
b) Elektrolit
: penurunan kalium serum, peningkatan natrium, glukosa serum dan laktat.
c) Pemeriksaan
kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
2) Pemeriksaan
radiologi
Pemeriksaan
radiologi dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk daerah esophagus dan
diteruskan dengan pemeriksaan double contrast pada lambung dan duodenum.
Pemeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi terutama pada daerah 1/3
distal distal esophagus, kardia dan fundus lambung untuk mencari ada atau
tidaknya varises.
3) Pemeriksaan
endoskopik
Dengan adanya
berbagai macam tipe fiberendokop, maka pemeriksaan secara endoskopik menjadi
sangat penting untuk menentukan dengan tepat tempat asal dan sumber perdarahan.
keuntungan lain dari dari pemeriksaan endoskopik adalah dapat dilakukan
pengambilan foto untuk dokumentasi, aspirasi cairan. dan infuse untuk
pemeriksaan sitopatologik. Pada perdarahan saluran makan bagian atas yang
sedang berlangsung, pemeriksaan endoskopik dapat dilakukan secara darurat atau
sendiri mungkin setelah hematemesis berhenti.
4) Colonoscopy
Pemeriksaan ini
dianjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon
5) Pemeriksaan
ultrasonografi dan scanning hati
Pemeriksaan dengan
ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi penyakit hati kronik seperti
sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab perdarahan saluran makan bagian
atas. Pemeriksaan ini memerlukan peralatan dan tenaga khusus yang sampai
sekarang hanya terdapat di kota besar saja.
8. Penatalaksanaan
Medis
Pengobatan penderita perdarahan saluran
makan bagian atas harus sedini mungkin. dan sebaiknya dirawat di rumah sakit
untuk mendapatkan pengawasan yang diteliti dan pertolongan yang lebih baik.
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas meliputi:
a. Tirah
baring.
b. Diet
makanan lunak
c. Pemeriksaan
Hb, Ht setiap 6 jam pemberian transfusi darah
d. Pemberian
tranfusi darah bila terjadi perdarahan yang luas
e. Infus
cairan langsung dipasang untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
f.
Pengawasan terhadap
tekanan darah, nadi, kesadaran penderita
g. Pemeriksaan
kadar Hb dan Ht perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan perdarahan
h. Tranfusi
darah diperlukan untuk mengganti darah yang hilang
i.
Mempertahankan kadar Hb
50-70% harga normal
j.
Pemberian obat-obatan
hemostatik seperti vitamin K, 4x10mg/hari, karbosokrom. (adona AC), antasida
dan golongan H2 reseptor antagonis berguna untuk menanggulangi perdarahan.
k. Dilakukan
klisma dengan air biasa disertai pemberian antibiotika yang tidak diserap oleh
usus, sebagai timdakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya peningkatan produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapat
menimbulkan ensefalopati hepatic. selama 24-28 jam.
B. KONSEP
DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan
dan merupakan upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai
dari pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan klien. Hal-hal
yang perlu dikaji antara lain:
a. Identitas
klien
Meliputi nama,
umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal
dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
b. Keluhan
utama
Biasanya keluhan
utama klien adalah muntah darah atau berak darah yang datang secara tiba-tiba.
c. Riwayat
kesehatan sekarang
Keluhan utama klien
adalah muntah darah atau berak darah yang datang secara tiba-tiba.
d. Riwayat
kesehatan dahulu
Biasanya klien
mempunyai riwayat penyakit hepatitis kronis, sirosis hepatis, hepatoma, ulkus
peptikum, kanker saluran pencernaan bagian atas, Riwayat penyakit darah (mis.
DM), riwayat penggunaan obat ulserorgenik, kebiasaan/gaya hidup (alkoholisme,
gaya hidup/kebiasaan makan).
e. Riwayat
kesehatan keluarga
Biasanya apabila
salah satu anggota keluarganya mempunyai kebiasaan makan yang dapat memicu
terjadinya hematemesis melena, maka dapat mempengaruhi anggota keluarga yang
lain.
f.
Pola fungsi Kesehatan
Pengkajian pada
klien Hematemesis Melena yang merujuk pada kasus Perdarahan Gastrointestinal
atas menurut Doenges (2000):
1) Aktivitas/
istirahat
Gejala: kelemahan,
kelelahan
Tanda: takikardi,
takipnea, hiperventilasi (respon terhadap aktivitas)
2) Sirkulasi
Gejala:
a) Hipotensi
(termasuk postural)
b) Takikardia,
disritmia (hipovolemia/hipoksemia)
c) Kelemahan/nadi
perifer lemah
d) Pengisian
kapiler lambat/perlahan (vasokonstriksi)
e) Warna
kulit anemis, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
3) Integritas
ego
Gejala: Faktor
stress akut atau kronis (keuangan, hubungan, kerja), perasaan tak berdaya.
Tanda-Tanda:
ansietas (gelisah, anemis, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara
gemetar).
4) Eliminasi
Gejala Riwayat
perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan Gl atau masalah yang
berhubungan dengan Gl, misalnya luka peptic atau gaster, gastritis, bedah
gaster, iradiasi area gaster.
5) Perubahan
pola defekasi/karakteristik feses.
Tanda Nyeri tekan
abdomen, distensi. Bunyi usus perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan.
Karakter feses sering hiperaktif selama diare, darah warna gelap, kecoklatan
atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea). Konstipasi
dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
6) Keluaran
urin menurun, pekat.
7) Makanan/cairan
Gejala: Anoreksia,
mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik bagian luar
sehubungan dengan luka duodenal), Masalah menelan cegukan, Nyeri ulu hati,
sendawa bau asam, mual/muntah. Tidak toleran terhadap makanan, contoh makanan
pedas, coklat: diet khusus untuk penyakit ulkus sebelumnya.
8) Penurunan
berat badan
Tanda: Muntah
warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah. Membrane
mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan
kronis), berat jenis urin meningkat
9) Neurosensori
Gejala: Rasa
berdenyut, pusing/sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental:
tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur.
10) Nyeri/kenyamanan
Gejala Nyeri,
digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih: nyeri hebat tiba-tiba
dapat disertai perforasi, Rasa ketidaknyamanan/distress samar-samar setelah
makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut).
a) Nyeri
epigastrium kiri sampai tengah/menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah
makan & hilang dengan antasida (ulkus gaster).
b) Nyeri
epigastrium terlokalisir di kanan terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila
lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal).
c) Tak
ada nyeri (varises esophageal atau gastritis).
·
Factor pencetus: makanan,
rokok, alcohol, penggunaan obat-obat tertentu (salisilat, reserpin, antibiotic,
ibuprofen), stressor psikologis.
·
Tanda: Wajah berkerut,
berhati-hati pada area yang sakit, anemis, berkeringat, perhatian menyempit.
g. Keamanan
Gejala: Alergi
terhadap obat/sensitive, misalnya ASA.
Tanda: Peningkatan
suhu. Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis/hipertensiportal)
h. Penyuluhan
pembelajaran
Gejala: Adanya
penggunaan obat resep/dijual bebas yang mengandung ASA, alcohol, steroid, NSAID
menyebabkan perdarahan Gl. Keluhan saat ini dapat diterima karena. (misal:
anemia) atau diagnose yang tak berhubungan (misal trauma kepala), flu usus,
atau episode muntah berat. Masalah kesehatan yang lama misalnya sirosis,
alkoholisme, hepatitis, gangguan makan.
i.
Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan
Umum
Keadaan umum klien
Hematomesis Melena akan terjadi ketidakseimbangan nutrisi akibat anoreksia,
intoleran terhadap makanan/tidak dapat mencerna, mual, muntah, kembung.
2) Sistem
Respirasi
Akan terjadi
sesak, takipnea, pemafasan dangkal, bunyi nafas tambahan hipoksia, ascites.
3) Sistem
Kardiovaskuler
Riwayat
perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker (malfungsi hati menimbulkan gagal
hati), distritnya, bunyi jantung (S3, S4).
4) Sistem
Gastrointestinal
Nyeri tekan
abdomen nyeri kuadran kanan atas, pruritus, neuritus perifer.
5) Sistem
Pe5rsyarafan
Penurunan
kesadaran, perubahan mental, bingung halusinasi, koma, bicara lambat tak jelas.
6) Sistem
Geniturianaria Eliminasi
Terjadi flatus,
distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites), penurunan/tak adanya
bising usus, feses warna tanah liat, melena, urin gelap pekat,
diare/konstipasi.
2. Diagnosa
a. Hipotermia
b.d terpapar suhu lingkungan rendah d. d klien mengatakan merasa dingin, pasien
tampak menggigil.
b. Intoleransi
aktivitas b.d kelemahan d.d klien mengatakan aktivitas dibantu oleh keluarga. klien
mengatakan kaki sebelah kiri sulit digerakan, pasien tampak bedrest.
c. Resiko
syok d.d kekurangan volume cairan.
3. Intervensi
|
NO |
SDKI |
SLKI |
SIKI |
|
1 |
Hipotermia b.d terpapar suhu lingkungan rendah d.d
klien mengatakan merasa dingin, pasien tampak menggigil.
|
Setelah d3ilakukan intervensi keperawatan selam 3x24
jam maka termoregulasi membaik dengan kriteria hasil: 1. Suhu
tubuh dalam rentang normal 36,5-37,2 2. Tidak
ada perubahan warna kulit 3. Klien
mampu menjelaskan tindakan untuk mencegah mengurangi peningkatan suhu tubuh
|
Manajemen hipotermia Observasi : Observasi 1. Monitor
suhu tubuh 2. Identifikasi
penyebab hipotermia (mis. Terpapar suhu lingkungan rendah, pakaian tipis,
kerusakan hipotalamus, penurunan laju metabolisme, kekurangan lemak subsutan) 3. Monitor
tanda dan gejala akibat hipotermia (hipotermia ringan: takipnea disartria,
menggigil, hipertensi, diuresis; hipotermia sedang :aritmia, hipotensi, apatis, koagulopati, refleks
menurun. Hipotermia
berat: oliguria, refleks menghilang, edema paru, asam-basa abnormal Terapeutik 1. Sediakan
lingkungan yang hangat (mis. Atur suhu ruangan, incubalator) 2. Ganti
pakaian dan atau linen yang basah 3. Lakukan
pengahangatan pasif (mis. Selimut, menutup kepala, pakaian tebal) 4. Lakukan
penghangatan yang aktif eksternal
(mis. Kompres hangat, botol hangat, selimut hangat, perawatan metode
kangguru) 5. Lakukan
penghangatan aktif internal (mis. Infus cairan hangat, oksigen hangat, lavase
peritoneal dengan cairan hangat) Edukasi 1. Anjurkan
makan/minum hangat
|
|
2 |
Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d klien mengatakan
aktivitas dibantu oleh keluarga. klien mengatakan kaki sebelah kiri sulit
digerakan, pasien tampak bedrest.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam, maka diharapkan toleransi aktivitas pasien meningkat. Dengan kriteria
hasil : 1. Frekuensi
nadi meningkat 2. Saturasi
oksigen meningkat 3. Kemudahan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat 4. Kecepatan
berjalan meningkat 5. Jarak
jalan meningkat 6. Keluhan
Lelah menurun 7. Dispnea
saat beraktivitas menurun 8. Perasaan
lemah menurun 9. Aritmia
saat aktivitas menurun 10. Aritmia
setelah aktivitas menurun 11. Sianosis
menurun 12. Warna
kulit membaik 13. Tekanan
darah membaik 14. Frekuensi
napas membaik
|
Manajemen Energi Observasi 1. Identifikasi
fungsi gangguan tubuh yang mengakibatkan kelelahan 2. Monitor
kelelahan fisik dan emosional 3. Monitor
pola dan jam tidur 4. Monitor
lokasi dan ketidak nyamanan selama melakukan aktivitas Terapeutik 1. Sediakan
lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara, kunjungan) 2. Lakukan
latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif 3. Berikan
aktivitas distraksi yang menegangkan 4. Fasilitas
duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan Edukasi 1. Anjurkan
tirah baring 2. Anjurkan
melakukan aktivitas secara bertahap 3. Anjurkan
menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang 4. Ajarkan
strategi koping mengurangi kelelahan Kolaborasi 1. Kolaborasi
dengan ahli gizi tentang cara meningkatan asupan makanan |
|
3 |
Resiko syok d.d kekurangan volume cairan.
|
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan selama 3x24 jam, maka tingkat syok menurun dengan
kriteria hasil : 1. Kekuatan
nadi meningkat 2. Output
urine meningkat 3. Tingkat
meningkat kesadaran 4. Akral
dingin menurun 5. Pucat
menun6 |
Pencegahan Syok :6 Obseravasi 1. Monitor
status kardiopulmonal (frekuensi dan
kekuatan nadi, frekuensi nafas, TD, MAP) 2. Monitor
sta6tus oksigenasi (oksimetri nadi, AGD) 3. Monitor
status cairan (masukkan dan keluaran, turgor kulit, CRT) 4. Monitor
tingkat kesadaran dan respon pupil 5. Periksa
riwayat alergi Terapeutik 1. Berikan
oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen lebih dari 94% 2. Persiapkan
intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu 3. Pasang
jalur IV, jika perlu 4. Pasang
kateter urine untuk menilai produksi urine, jika perlu 5. Lakukan
skintest untuk mencegah reaksi alergi Edukasi 1. Jelaskan
penyebab atau faktor resiko syok 2. Jelaskan
tanda dan gejala awal syok 3. Anjurkan
melapor jika menemukan atau merasakan tanda dan gejala awal syok. 4. Anjurkan
memperbanyak asupan cairan oral 5. Anjurkan
menghindari alergen Kolaborasi 1. Kolaborasi
pemberian IV,3 jika perlu 2. Kolaborasi
pemberian transfusi darah, jika perlu 3. Kolaborasi
pemberian anti inflamasi, jika perlu |
4. Implementasi
Menurut (Potter & Perry, 2011) dalam
buku Konsep& Penulisan Asuhan Keperawatan, implementasi keperawatan adalah pengelolaan
dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan. Oleh karena itu, jika intenvensi keperawatan yang telah dibuat
dalam perencanaan dilaksanakan atau diaplikasikan pada pasien, maka tindakan
tersebut disebut implementasi keperawatanKomponen yang terdapat pada
implementasi adalah:
a. Tindakan
observasi
Tindakan observasi
adalah tindakan yang ditujukan untuk mengumpulkan dan menganalisis data status
kesehatan klien.
b. Tindakan
terapeutik
Tindakan
terapeutik adalah tindakan yang secara lansung dapat berefek memulihkan status
kesehatan klien atau dapat mencegah perburukan masalah kesehatan klien.
c. Tindakan
edukasi
Tindakan edukasi
adalah tindakan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuam pasien merawat
dirinya dengan membantu pasien memperoleh perilaku baru yang dapat mengatasi
masalah.
d. Tindakan
kolaborasi
Tindakan
kolaborasi adalah tindakan yang membutuhkan kerjasama baik dengan perawat
lainnya maupun dengan profesi kesehatan lainnya.
5. Evaluasi
Menurut (Potter & Perry. 2011). dalam
buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan, tahap penilaian atau evaluasi
adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Komponen catatan
perkembangan, antara lain sebagai berikut:Kartu SOAP (data subjektif, data
objektif, analisis/assessment, dan perencanaan/plan) dapat dipakai untuk
mendokumentasikan evaluasi dan pengkajian ulang.
a. S
(Subjektif): data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali pada klien
yang afasia.
b. O
(Objektif): data objektif yang diperoleh dari hasil observasi perawat, misalnya
tanda-tanda akibat penyimpanan fungsi fisik, tindakan keperawatan, atau akibat
pengobatan.
c. A
(Analisis/assessment): berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat
kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah
potensial, dimana analisis ada 3, yaitu (teratasi, tidak teratasi, dan sebagian
teratasi) sehingga perlu tidaknya dilakukan tindakan segera. Oleh karena itu,
sering memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan perubahan diagnosis,
rencana, dan tindakan.
d. P
(Perencanaan/planning): perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan keperawatan,
baik yang sekarang maupun yang akan datang (hasil modifikasi rencana
keperawatan) dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien. Proses ini
berdasarkan kriteria tujuan yang spesifik dan periode yang telah ditentukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Dwi Adhi
N.Diagnosis dan Tatalaksana Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas Non
Variesal.CDK.2017:44.
Elizabeth
J.Corwin. Buku Saku Patofisiologi Corwin Jakarta: Aditya Media, 2009.
Fadhil Alfino
A.Saptino M. Detty I. Gambaran Esofagogastroduodenoskopi Pasien Hematemesis dan
atau Melena di RSUP M Djamil Padang Periode Januari 2010-Desember 2013. Jurnal
Kesehatan Andalas. 2016;5(1):10-5.
Sudoyo
AW,Setiyohadi B.Alwi l,dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam.Edisi ke-4 Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2207.
DOWNLOAD FILE LP MELENAA
Comments
Post a Comment