ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN GASTROENTERITIS AKUT

 ASUHAN KEPERAWATAN  DENGAN GANGGUAN GASTROENTERITIS AKUT

A.    Definisi

Gastroenteritis Akut (GEA) adalah buang air besar yang tidak normal atau berbentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Pada Neonatus frekuensi buang air besar lebih dari4 kali sedangkan pada bayi lebih dari umur satu bulan dan anak frekuensinya lebih dari 3 kali sehari (Behrman, 2000).

Gastroenteritis adalah gangguan fungsi penyerapan dan sekresi darisaluran pencernaan, dipengaruhi oleh fungsi kolon dan dapat diidentifikasi dari perubahan jumlah, konsistensi, frekuensi dan warna dari tinja (Whaley &Wong, 1996).Gastroenteritis adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari, dengan atau tanpa darah dan/atau lendir dalam feses, sedangkan diare akut sendiri didefinisikan dengan diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Sodikin, 2011). Diare atau Gastroenteritis merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah (Hidayat, 2006).

B.     Etiologi

Hampir sekitar 70-90% penyebab dari diare sudah dapat dipastikan. Secara garis besar penyebab diare dapat dikelompokan menjadi penyebab langsung atau factor-faktor yang dapat mempermidah atau mempercepat terjadinya diare (Sodikin, 2011). penyebab diare akut dapat dibagi menjadi dua golongan, diare sekresi (secretori diarrhea) dan diare osmotic (osmotic diarrhoea). Diare sekresi dapat disebabkan oleh factor-faktor antara lain :

1.      Infeksi virus, kuman-kuman pathogen, atau penyebab lainya (seperti keadaan gizi, hygiene, dan sanitasi yang buruk, kepadatan penduduk,socialbudaya dan social ekonomi.

2.      Hiperperistaltik usus halus yang disbabkan oleh bahan-bahan kimia, makanan (seperti makanan beracun, makanan pedas atau terlalu asam), gangguan psikis (kelakuan, gugup) gangguan syaraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya

3.      Defisiensi imun terutama Sig A (secretary ammunoglobin A) yang mengakibatkan berlipat gandanya bakteri atau flora usus dan jamur (terutama kandida). Diare osmotik disebabkan oleh malabsorpsi makanan, kekurangan kalori protein (KKP), bayi berat badan lahir rendah (Sodikin, 2011).

Menurut Soegijanto (2002) Gastroenteristis Akut (Diare akut) pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi kini telah lebih dari 80 % penyebab telah diketahui. Pada saat ini telah diidentifikasi tidak kurang 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkanGastroenteristis Akut (Diare Akut) pada anak.

Penyebab itu dapat digolongkan lagi kedalam penyakit yang ditimbulkan adanya virus, bakteri, dan parasit usus. Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah ratavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya ialah virus Norwalk, astrovirus, calcivirus, coronavirus, Minirotavirus, dan virus bulat kecil. Diseluruh pelosok dunia diestimasikan bahwa Rotavirusmenyebabkan lebih dari 125 juta episode Gastroenteritis Akut (Diare Akut dan menjadi sebab hampir 1 juta kematian setiap tahun pada bayi dan anak. Bakteri yang dapat menyebabkan penyakit Gastroenteritis Akut adalah aeromonas hyrophila, bacilius cereus, Campylobacter jejuni, Clostridium defficile, Clastridium perfringens, E. Coli, Shigelloides, Salmonella SPP, Staphylococus aureus, Vibrio colerae dan yersinia enterocolitica. Penyebab Gastroenteritis Akut (Diare Akut) oleh parasit yaitu balantidiumcoli, capillaria philippinensis, cryptosporidium,Entamoeba hystolitica, giardia lambia, isospora billi, fasiolopsis buski, sarcocystis suihominis,strongiloides strecolaris dan tricuris trichiuria (Soegijanto, 2002).

C.    Klasifikasi

 

Jenis Diare

bayi

Anak

Remaja

Akut

Gastroenteritis

Infeksi iskemik

Akibat pemakaian antibiotok

Gastroenteritis

Keracunan makanan

infeksi iskemik akibat pemakaian antibiotic

Gastroenteritis keracunan makanan

Akibat pemakaian antibiotik

Kronis

Pasca infeksi

Defisiensi disakaridose

Sekunder

Intoleransi protein

Usus

Fibrosis kristis

Sindrom apendikitis

Pasca infeksi

Defisiensi

Disakaridase

Sekunder sindrom

Iritabilitas kolon

Penyakit seliak

Penyakit radang Usus

Intoleransi laktosa giardiasis

Penyalagunaan laksatif

 

 

D.    Manifestasi Klinis

 

Menurut Betz & Sowden (2002) tanda dan gejala gasrtoenteristis akut (Diare Akut) adalah :

1.      Konsistensi feses cair dan frekuensi defekasi semakin sering

2.      Muntah ( umumnya tidak lama )

3.      Demam (mungkin ada, mungkin tidak)

4.      Kram abdomen

5.       Membran mukosa kering

6.      Fontanel atau ubun-ubun cekung (bayi)

7.       Berat badan menurun

8.      Malaise

Menurut Sodikin (2011) ganbaran awal pada anak yang mengalami Gastroebteristis dimulai dari bayi atau anak mrnjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang bahkan hilang, kemudian timbul diare. Feses mungkin cair, mungkin mengandung darah atau lender, dan fesesberubah menjadi kehijau-hijauan karena bercammpur empedu. Akibat seringnya defekasi anus dan are sekitarnya menjadi lecet karena sifat feses makin lama menjadi asam, hal, ini terjad akibat banyaknya asam laktat yang dihasilkan dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus.

E.     Patofisiologi

Penyebab utama diare pada anak adalah bakteri atau racun (vibrio, e.colli, salmonella, shigela, capila bacteria, yarsiria, pseudomonas), virus enterovirus parasit cacing dan protozoa yang kurang baik atau kurang matang. Kemudian makanan yang terkontaminasi oleh pathogen tersebut. Dapat juga disebabkan oleh cara memasak yang kurang baik atau kurang matang kemudian makanan masuk pada traktus gastrointestinal bersama pathogen(Sodikin, 2011).

Patogen-patogen ini memproduksi elektrotoksin, sitotoksin yang dapat merusak sel atau melekat pada dinding usus dan terganggunya fungsi absorpsicairan sehingga sekresi membrane usus mengalami peradangan akibat dan enterotoksin dimana seseorang yang mengeluh diare dengan peningkatan suhu tubuh, leukosit meningkat, biasanya disebabkan oleh infeksi misal e.colli, shigella, salmonella, dan entero virus (Betz & Sowden, 2002).

Menurut Mansjoer (2002) Patofisiologi Gastroenteritis akut yang disebabkan oleh bakteri dibagi dua, yaitu:

1.      Bakteria Enterotoksigenik

Toksin diproduksi bakteri dan akan berikat pada mukosa usus halus, namun tidak merusak mukosa. Toksin meningkatkan kadar siklikdalam sel, menyebabkan sekresi aktif arion klorida. Keadaan lumen usus yang diikuti air, ion berkarbohidrat, kation, natrium, kalium. Secara klinik dapat ditemukan diare seperti air cucian dan meningkatkan dubur serta deras dan bengkak.

2.      Bakteri etroinfasis

Gastroenteristis menyebabkan kerusakan dinding usus berupa rekrosis ulserasi, dan sekretorik eksudatif. Cairan gastroenteritis seperti parasit menyebabkan kerusakan berupa usus besar, kerusakan villi yang penting untuk penyerapan air elektrolit dan zat makanan

F.      Pemeriksaan Penunjang

Menurut Betz dan Sowden (2002) pemeriksaan penunjang pada penyakit Gastroenteritis Akut adalah

1.      Hemates feces, untuk memeriksa adanya darah (lebih umum dengan pada yang bakterial)

2.      Evaluasi feces terhadap volume, warna, konsistensi, adanya kus/pus

3.       Hitung darah lengkap dengan diferensial

4.      Uji antigen imunoesei enzim, untuk memasttikan rotavirus

5.      Kultur feces (jika anak dihospitalisasi, pus dalam feces atau diare yang berkepanjangan), untuk menentukan pathogen

6.       Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit

7.       Aspirasi duodenum (jika diduga G. lamblia).

8.      Menurut Mansjoer (2001), Pemeriksaan penunjang pada Gastroenteristis

8.Akut (Diare Akut) adalah :

1.        Pemeriksaan darah lengkap.

2.      Pemeriksaan analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin, dan berat jenis plasma.

3.       Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur.

4.      Pemeriksaan urine lengkap

5.      Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai, infeksi sistemik.

6.      Pemeriksaan sediaan darah malaria serta Helicobacter jejuni sangat dianjurkan

6.

 

G.    Prognosis

Prognosis baik bagi kebanyakan pasien yang terkena gastroenteritis viral, namun, bila terjadi dehidrasi tanpa diketahui, kondisi penderita yang terkena akan menjadi kesakitan serius dan kematian.

Pasien yang sembuh dari GE viral, biasanya prognosisnya baik, karena tidak ada konsekuensi jangka panjangnya

 

H.    Penatalaksanaan

1.      Penatalaksanaan Umum

Penatalaksanaan pengobatan diare menerut Hidayat (2006) adalah: Pemberian cairan, Jenis cairan, Cara memberikan cairan dan Jumlah pemberiannya.

a.       cairan Peroral

1.      Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa,

2.       Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar natrium 90 mEg/l,

3.      Pada anak di bawah 6 bulan dengan dehidrasi ringan dan sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralitsedangkan larutan gula garam dan tinja disebut formula yang tidak lengkap karena banya mengandung NaCl dan glukosa.

b.      Cairan Parentral

Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat dengan rincian sebagai berikut:

1.      Untuk anak usia 1 bulan – 2 tahun berat badan 3-10 kg.) 1 jam pertama 40 ml/kg BB/menit = 3 tts/kg BB/mnt (infus set berukuran 1 ml = 15 tts atau 13 tts / kg BB/mnt (set infus 1ml = 20 tts)

1.b.  7 jam berikutnya : 12 ml/kg BB/mnt = 3 tts/kg BB/mnt (infus set berukuran 1ml = 15 tts atau 4 tts/kg BB/menit (set infus 1ml = 20 tetes)

1.c. 16 jam berikutnya 125 ml/kg BB/menit

2.  Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg 1 jam pertama : 30 ml/kg BB/jam atau 8 tetes/kg BB/menit (1ml = 15 tts) atau 10 tts/kg BB/menit (1ml = 20 tetes)

3. Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat 15-25 kg

a.  1 jam pertama : 20 ml/kg BB/jam atau 5 tts/kg BB/menit (1ml = 15 tetes) atau 7 tts/kg BB/menit (1ml = 20 tetes)

b) 7 jam berikutnya : 10 ml/kg BB/jam atau 2,5 tts/kg BB/mnt (1ml = 15 tts) atau 3 tts/kg BB/mnt (1 ml = 20 tts)

c) 16 jam berikut : 105 ml/kg BB/menit oralit peroral

4.  Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg

a) Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ % )

b) Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kg BB/jam atau 6 tts/kg BB/menit (1 ml = 15 tts) atau 8 tts/kg BB/menit (1 ml = 20 tts)

5. Untuk bayi berat badan lahir rendah Kebutuhan cairan : 250 ml/kg BB/24jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.

c. Pengobatan dietetikUntuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg. Jenis Makanan :

1.  Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh)

2. Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat /nasi tim)

3. Susu khusus yang disesuaikan dengan keadaan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantal sedang atau tak jenuh.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

a. Fokus Pengkajian

Menurut Hidayat (2006), pemeriksaan yang dilakukan pada pasien dengan gangguan system pencernaan adalah sebagai berikut :

1) Inspeksi

Inspeksi dilakukan untuk menilai ukuran dan bentuk abdomen. Apabila membuncit dengan menilai simetris atau tidak, apabila simestris dapat terjadi hipokalemi, hipotiroid, penimbunan lemak, perforasi, asites, illeus obstruksi. Sedang membuncit asimetris kemungkinan dijumpai pada poliomyelitis,

pembesaran organ abdominal. Kemudian juga dapat diamati tentang adanya ng perut

 

2) Auskultasi

Pemeriksaan secara perpusi pada daerah abdomen dapat dilakukan melalui epigastrium secara simetris menuju ke bagian bawah abdomen. Bunyi yang tidak normal adalah hipertimpani kemungkinan abstruksi gastrointestinal, illeus dll.

3) Palpasi

Palpasi dapat dilakukan dengan cara menomanual (satu ) atau bimanual (dua tangan). Seperti pada palpasi pada lapangan atau dinding abdomen seperti ada nyeri tekan, ketegangan dinding perut dengan cara meletakan tangan kiri pemeriksa dibagian posterior tubuh dan jari telunjuk menekan atau masa keatas dan tangan kanan melakukan palpasi.

I.       Askep Teori

 

1.      Pengkajian

Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan,yaitu Pengumpulan Data, Analisis Data dan Penentuan Masalah kesehatan serta keperawatan.

a. Pengumpulan data

Tujuan :Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan mudah dianalisis.

Jenis data antara lain:

Data Objektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit.

Data subjekif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakanpasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya; kepala pusing, nyeridan mual.

Adapun focus dalam pengumpulan data meliputi :

·         Status kesehatan sebelumnya dan sekarang

·         Pola koping sebelumnya dan sekarang

·         Fungsi status sebelumnya dan sekarang

·         Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan

·         Resiko untuk masalah potensial

·         Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien

b.      Analisa data

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan.

 

c.        Perumusan masalah

Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan Asuhan Keperawatan (Masalah Keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun Diagnosis Keperawatan sesuai dengan prioritas.

Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteria penting dan segera.

Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi, sedangkan Segera mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau kematian.

Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu : Keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito,2000).

Perumusan diagnosa keperawatan :

Actual : Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan.

Resiko : Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi.

Kemungkinan : Menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.

Wellness : Keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.

Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan actual dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.

3.Rencana keperawatan

Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994).

Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi konyinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten.

Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang(potter,1997)

4.      . Implementasi keperawatan

Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.

Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut :

Tahap 1 : persiapan

Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap perencanaan.

Tahap 2 : intervensi

Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan : independen,dependen,dan interdependen.

Tahap 3 : dokumentasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.

5.      . Evaluasi

Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.

Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:

1.      Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah disusun.

2.      Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.

Hasil Evaluasi

Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :

1.      Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/ kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

2.      Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.

3.      Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.

 DOWNLOAD FILE

 

 

Comments

Popular posts from this blog

DOWNLOAD CONTOH SURAT LAMARAN DAPUR MBG

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. M.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM (HIPERTERMIA)

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SYOK SEPSIS DI RUANG ICU