LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETIC FOOT
LAPORAN
PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA
PASIEN DIABETIC FOOT
Mahasiswa
Telah
Disetujui
Pembimbing
Institusi Pembimbing
Lahan
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi Penyakit
Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik
yang kebanyakan herediter, dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria,
disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai
akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer
terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme
lemak dan protein. (Askandar, 2000).
Diabetic
Foot (Kaki diabetik) adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan
komplikasi kronik diabetes mellitus; merupakan suatu penyakit pada penderita
diabetes bagian kaki. (Misnadiarly, 1997).
Salah satu komplikasi
yang sangat ditakuti penderita diabetes adalah kaki diabetik. Komplikasi ini
terjadi karena terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak dapat membedakan suhu
panas dan dingin, rasa sakit pun berkurang.(Thoha, Wibowo.EW)
2. Etiologi
Etiologi ulkus
diabetik temasuk neuropati, penyakit pembuluh darah (vaskulopati), tekanan dan
deformitas pada kaki. Ada banyak faktor yang berpengaruh dalam terjadinya kaki
diabetik. Secara umum faktor-faktor tersebut dibagi menjadi :
Faktor Predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi daya
tahan jaringan terhadap trauma seperti kelainan
makrovaskuler dan mikrovaskuler, jenis kelamin, merokok, dan neuropati otonom.
2. Faktor yang meningkatkan
kemungkinan terkena trauma seperti neuropati motorik, neuropati sensorik, limited
joint mobility, dan komplikasi DM yang lain (seperti mata kabur).
3. Neuropati sensorik pada kaki bisa
menyebabkan terjadinya trauma yang tidak disadari. Neuropati motorik juga
menyebabkan otot intrinsik lemah ntuk menampung berat badan seseorang dan
seterusnya terjadilah trauma.
Faktor Presipitasi
1. Perlukaan di kulit (jamur).
2. Trauma.
3. Tekanan berkepanjangan pada tumit
saat berbaring lama.
Faktor
Yang Memperlambat Penyembuhan Luka
1. Derajat luka.
2. Perawatan luka.
3. Pengendalian kadar gula darah.
3. Patofisiologi
Terjadinya masalah pada
kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang menyebabkan kelainan
neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Diabetes seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer
yang menghambat sirkulasi darah. Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di
sekitar arteri yang sering menyebabkan penurunan sirkulasi yang signifikan di
bagian bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut berperan terhadap
timbulnya kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi yang
disuplai ke kulit maupun jaringan lain, akibatnya, perfusi jaringan bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik
dan timbul ulkus yang kemudian dapat berkembang menjadi nekrosi/gangren yang
sangat sulit diatasi dan tidak jarang memerlukan tindakan amputasi.
Angiopati
diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik, metabolik dan faktor
risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia) ternyata mempunyai
dampak negatif yang luas bukan hanya terhadap metabolisme karbohidrat, tetapi
juga terhadap metabolisme protein dan lemak yang dapat menimbulkan pengapuran
dan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis), akibatnya terjadi gaangguan
peredaran pembuluh darah besar dan kecil., yang mengakibatkan sirkulasi darah
yang kurang baik, pemberian makanan dan oksigenasi kurang dan mudah terjadi
penyumbatan aliran darah terutama derah kaki.
Neuropati
diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya kemampuan untuk
merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita neuropati dapat
berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak
disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak
ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan
bahkan amputasi.
Berkurangnya
daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita diabetes lebih rentan
terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel darah putih ‘memakan’ dan
membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar gula darah (KGD) diatas 200 mg%.
Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang akan tumbuh subur
terutama bakteri anaerob. Hal ini karena plasma darah penderita diabetes yang
tidak terkontrol baik mempunyai kekentalan (viskositas) yang tinggi. Sehingga
aliran darah menjadi melambat. Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan tidak
cukup. Ini menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman anaerob berkembang biak.

4. Tanda dan Gejala
a.
Sering
kesemutan/gringgingan (asimptomatis)
b.
Jarak
tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil)
c.
Nyeri
saat istirahat
d.
Kerusakan
jaringan (necrosis, ulkus)
e.
Adanya
kalus di telapak kaki
f.
Kulit
kaki kering dan pecah-pecah
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan adalah
1.
Pemeriksaan
X-ray untuk mengetahui ada tidaknya osteomyelitis.
2.
Pemeriksaan
glukosa darah.
3.
Kultur
dan resistensi untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang menginfeksi luka
segingga dapat memilih obat antibiotik yang tepat.
4.
Tes
lain yang dapat dilakukan adalah: sensasi pada getaran, merasakan sentuhan
ringan, kepekaan terhadap suhu.
6. Penatalaksanaan Medis
Menurut
Levin(1988), penatalaksanaan ulkus kaki diabetic memerlukan pengobatan yang
agresif dalam jangka pendek, hal tersebut mencakup:
a.
Debridement
local radikal pada jaringan sehat.
b.
Terapi
antibiotic sistemik untuk memerangi infeksi, diikuti tes sensitivitas antibiotic,
contohnya :
·
Untuk
infeksi M.chelonei dapat digunakan quinolon (ciprofloxacin, ofloxacin),
sulfonamides.
·
Untuk
infeksi M. fortuitum dapat digunakan quinolon dan B-lactams cefloxitin.
·
Untuk
infeksi M. haemophilum, M.Non-Chronogenicum, M. ulcerans yang paling umum
digunakan adalah quinolon G.
Beberapa
obat lain yang biasa digunakan pada kasus kaki diabetic adalah insulin,
neurotropik, kompres luka, obat anti trombosit, neuromin, dan oksoferin
solution.
c.
Kontrol
diabetes untuk meningkatkan efisiensi sistem imun.
d.
Posisi
tanpa bobot badan untuk ulkus plantaris
Adapun usaha
pengelolaan kaki diabetik guna menyelamatkan dari amputasi secara umum:
1.
Memperbaiki
kelainan vaskular yanga ada.
2.
Memperbaiki
sirkulasi.
3.
Pengamatan
kaki teratur.
4.
Pengelolaan
pada masalah yang timbul(pengobatan vaskularisasi, infeksi, dan pengendalian
gula darah).
5.
Sepatu
khusus.
6.
Kerjasama
tim yang baik
7.
Penyuluhan
pasien.
7. Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM
digolongkan sebagai akut dan kronik :
1.Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari
ketidakseimbangan jangka pendek dari glukosa darah.
a.Hipoglikemia.
b.Ketoasidosis diabetic (DKA)
c.sindrom hiperglikemik hiperosmolar non ketotik
(HONK).
- Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a.Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar),
mengenai sirkulasi koroner, vaskular perifer dan vaskular selebral.
b.Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil),
mengenai mata (retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah
untuk memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun
makrovaskular.
c.Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik motorik
dan autonomi serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
d.Ulkus/gangren
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain
1)
:Grade 0 tidak ada luka
2)
Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3)
Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4)
Grade III : terjadi abses
5)
Grade IV: Gangren pada kaki bagian distal
6)
Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
a.
Pengumpulan data
7)
Identitas
penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah
sakit dan diagnosa medis.
8)
Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada
luka.
9)
Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
10)
Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.
Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan
medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
11)
Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
12)
Riwayat
psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga
terhadap penyakit penderita.
b.
Pemeriksaan
fisik
Status
kesehatan umum:
Meliputi
keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda
– tanda vital.
-
Kepala
dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak
dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
-
Sistem
integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
-
Sistem
pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
-
Sistem
kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
-
Sistem
gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
-
Sistem
urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.
-
Sistem
muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
-
Sistem
neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
c.
Pemeriksaan
laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1.
Pemeriksaan
darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa
>120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
2.
Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah
bata ( ++++ ).
3.
Kultur
pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang
sesuai dengan jenis kuman.
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki
diabetik adalah sebagai berikut :
1.
Gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran darah
ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
2.
Gangguan
integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
3.
Gangguan
rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
4.
Keterbatasan
mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
5.
Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan
yang kurang.
6.
Gangguan
gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
7.
Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
3. Perencanaan
1) Gangguan
perfusi berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah ke daerah gangren
akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
Tujuan : mempertahankan
sirkulasi perifer tetap normal.
Kriteria Hasil :
-
Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler
-
Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
-
Kulit sekitar luka teraba hangat.
-
Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
-
Sensorik dan motorik membaik
Rencana tindakan :
1.
Ajarkan
pasien untuk melakukan mobilisasi
Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.
2.
Ajarkan
tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah :
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi
elevasi pada waktu istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan
ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya.
Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga
tidak terjadi oedema.
3.
Ajarkan
tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa :
Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan
kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.
Rasional : kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya
arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya vasokontriksi
pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari stres.
4.
Kerja
sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula
darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
Rasional : pemberian
vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga perfusi jaringan
dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat
mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi
daerah ulkus/gangren.
2) Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya
gangren pada ekstrimitas.
Tujuan : Tercapainya proses
penyembuhan luka.
Kriteria hasil :
-
Berkurangnya oedema sekitar luka.
-
pus dan jaringan berkurang
-
Adanya jaringan granulasi.
-
Bau busuk luka berkurang.
Rencana tindakan :
1.
Kaji
luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses
penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2.
Rawat
luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik
menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada
luka dan nekrotomi jaringan yang mati.
Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga
kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi
tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi.
3.
Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus
pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.
Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan
kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk
pengobatan, pemeriksaan kadar gula darahuntuk mengetahui perkembangan penyakit.
3) Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan
iskemik jaringan.
Tujuan : rasa nyeri
hilang/berkurang
Kriteria hasil :
-
Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .
-
Pergerakan penderita bertambah luas.
-
Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 36
– 37,5 0C, N: 60 – 80 x /menit, T : 100 – 130 mmHg, RR : 18
– 20 x /menit ).
Rencana tindakan :
1.
Kaji
tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2.
Jelaskan
pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi
akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak
bekerjasama dalam melakukan tindakan.
3.
Ciptakan
lingkungan yang tenang.
Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan
memperberat rasa nyeri.
4.
Ajarkan
teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa
nyeri yang dirasakan pasien.
5.
Atur
posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan
pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.
6.
Lakukan
massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.
Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan
pengeluaran pus sedangkan BWC sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa
nyaman.
7.
Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian analgesik.
Rasional : Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri
pasien.
4)
Keterbatasan mobilitas
fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
Tujuan : Pasien dapat mencapai
tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.
Kriteria Hasil :
-
Pergerakan paien bertambah luas
-
Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan (duduk,
berdiri, berjalan).
-
Rasa nyeri berkurang.
-
Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai
dengan kemampuan.
Rencana tindakan :
1.
Kaji
dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.
Rasional : Untuk mengetahui derajat kekuatan otot-otot
kaki pasien.
2.
Beri
penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula
darah dalam keadaan normal.
Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat
kooperatif dalam tindakan keperawatan.
3.
Anjurkan
pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah sesui kemampuan.
Rasional : Untuk melatih otot – otot kaki sehingg berfungsi dengan
baik.
4.
Bantu
pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.
5.
Kerja
sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian analgesik ) dan tenaga
fisioterapi.
Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri,
fisioterapi untuk melatih pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan benar.
5)
Gangguan pemenuhan
nutrisi (kurang dari) kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang
kurang.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi
dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
-
Berat badan dan tinggi badan ideal.
-
Pasien mematuhi dietnya.
-
Kadar gula darah dalam batas normal.
-
Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.
Rencana Tindakan :
1.
Kaji
status nutrisi dan kebiasaan makan.
Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi
pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
2.
Anjurkan
pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi
terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.
3.
Timbang
berat badan setiap seminggu sekali.
Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat badan
merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet ).
4.
Identifikasi
perubahan pola makan.
Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet
yang ditetapkan.
5.
Kerja
sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik.
Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke
dalam jaringan sehingga gula darah menurun,pemberian diet yang sesuai dapat
mempercepat penurunan gula darah dan mencegah komplikasi.
6) Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan
bentuk salah satu anggota tubuh.
Tujuan : Pasien dapat menerima
perubahan bentuk salah satu anggota tubuhnya secar positif.
Kriteria Hasil : Pasien mau
berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan. Tanpa rasa malu dan rendah
diri. Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki.
Rencana tindakan :
1.
Kaji
perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri berhubungan dengan
keadaan anggota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal.
Rasional : Mengetahui adanya rasa negatif pasien
terhadap dirinya.
2.
Lakukan
pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien.
Rasional : Memudahkan dalm menggali permasalahan
pasien.
3.
Tunjukkan
rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien.
Rasional : Pasien akan merasa dirinya di hargai.
4.
Bantu
pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.
Rasional : dapat meningkatkan kemampuan dalam mengadakan hubungan
dengan orang lain dan menghilangkan perasaan terisolasi.
5.
Beri
kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan.
Rasional : Untuk mendapatkan dukungan dalam proses berkabung yang
normal.
6.
Beri
dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan hargai pemecahan
masalah yang konstruktif dari pasien.
Rasional : Untuk meningkatkan perilaku yang adiktif dari pasien.
7) Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri
pada luka di kaki.
Tujuan : Gangguan pola tidur
pasien akan teratasi.
Kriteria hasil :
-
Pasien mudah tidur dalam waktu 30 – 40 menit.
-
Pasien tenang dan wajah segar.
-
Pasien mengungkapkan dapat beristirahat dengan cukup.
Rencana tindakan :
1.
Ciptakan
lingkungan yang nyaman dan tenang.
Rasional : Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan
tidur/istirahat.
2.
Kaji
tentang kebiasaan tidur pasien di rumah.
Rasional : mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan
kebiasaan pasien ketika tidur akan mempengaruhi pola tidur pasien.
3.
Kaji
adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti cemas, efek
obat-obatan dan suasana ramai.
Rasional : Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain
dialami dan dirasakan pasien.
4.
Anjurkan
pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan teknik relaksasi .
Rasional : Pengantar tidur akan memudahkan pasien dalam jatuh dalam
tidur, teknik relaksasi akan mengurangi ketegangan dan rasa nyeri.
5.
Kaji
tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur pasien.
Rasional : Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya
kebutuhan tidur pasien akibat gangguan pola tidur sehingga dapat diambil
tindakan yang tepat.
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan
evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi
keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana
tujuan tercapai:
1.
Berhasil
: prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di tujuan.
2.
Tercapai
sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam
pernyataan tujuan.
3.
Belum
tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang diharapakan
sesuai dengan pernyataan tujuan.
DAFTAR
PUSTAKA
https://ifafan.wordpress.com/2010/05/27/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-diabetes-melitus/
diakses tanggal 19 Februari 2020
http://askepterkini.blogspot.com/2014/05/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan_9175.html
diakses tanggal 19 Februari 2020
https://www.scribd.com/doc/81241720/diabetes-melitus-dengan-komplikasi-diabetic-foot#download diakses tanggal 19 Februari
2020
Comments
Post a Comment