Chronic Kidney Disease (CKD)
Chronic Kidney Disease (CKD)
A.
DEFINISI
Chronic kidney disease (CKD) atau
penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya
3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas
& Levin,2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai
kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif,
irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga
terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009). Gagal ginjal kronik merupakan
gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible, yang menyebabkan
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
maupun elektrolit, sehingga timbul gejala uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah).
B.
KLASIFIKASI
Klasifikasi gagal ginjal kronis
berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration Glomerulus) dimana nilai
normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2 dengan rumus Kockroft –
Gault sebagai berikut :
Derajat
|
Penjelasan
|
LFG (ml/mn/1.73m2)
|
1
|
Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau
↑
|
≥ 90
|
2
|
Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau
ringan
|
60-89
|
3
|
Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau
sedang
|
30-59
|
4
|
Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat
|
15-29
|
5
|
Gagal ginjal
|
< 15 atau dialisis
|
Sumber
: Sudoyo,2006 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
C.
ETIOLOGI
Penyebab GGK
termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler (nefrosklerosis),
proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sutemik), agen nefrotik
(amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes).
Penyebab GGK menurut Price, 2006; 817, dibagi menjadi delapan kelas, antara lain:
·
Infeksi misalnya
pielonefritis kronik
·
Penyakit
peradangan misalnya glomerulonefritis
·
Penyakit vaskuler
hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis
arteria renalis
·
Gangguan jaringan
penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa,sklerosis
sistemik progresif
·
Gangguan
kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis tubulus
ginjal
·
Penyakit metabolik
misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
·
Nefropati toksik
misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
·
Nefropati
obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur
uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
D.
PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal
sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang
lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan
memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam
keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal
untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus
dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada
tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai
15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 2006, 368).
Fungsi renal menurun, produk akhir
metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun
dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin
banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala
uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
Klasifikasi
Gagal
ginjal kronik dibagi 3 stadium :
-
Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal,
pada stadium kadar kreatinin serum normal dan penderita asimptomatik.
-
Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana
lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat,
dan kreatinin serum meningkat.
-
Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir
atau uremia.
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD
berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG :
-
Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai
dengan albuminaria persisten dan LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit /
1,73 m2
-
Stadium 2
: Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89
mL/menit/1,73 m2
-
Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59
mL/menit/1,73m2
-
Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG
antara 15-29mL/menit/1,73m2
-
Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG <
15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal terminal.
Untuk
menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test )
dapat digunakan dengan rumus :

72 x creatini serum
Pada wanita hasil tersebut dikalikan
dengan 0,85
E.
MANIFESTASI
KLINIS
Menurut Brunner &
Suddart (2005) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis dipengaruhi oleh
kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala.
Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal,
usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal
kronis adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi
kardiovaskuler
Mencakup
hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem
renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema
periorbital, Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Manifestasi
dermatologi
Warna
kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis
dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi
Pulmoner
Krekels,
sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi
Gastrointestinal
Napas
berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah,
konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi
Neurologi
Kelemahan
dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas pada
telapak kaki, perubahan perilaku. Diseguilibrium syndrome : Mual, muntah ,
kelelahan dan sakit kepala
f.
Manifestasi Muskuloskeletal
Kram
otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi
Reproduktif
Amenore
dan atrofi testikuler
F.
KOMPLIKASI
Seperti
penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami beberapa
komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta Suwitra
(2006) antara lain adalah :
1. Hiperkalemi
akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, katabolisme, dan masukan diit
berlebih.
2. Perikarditis,
efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah uremik dan
dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi
akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron.
4. Anemia
akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit
tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar
alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
6. Uremia
akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal
jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi
karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid,
Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
G.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama
intervensi maka perlu pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis
ataupun kolaborasi antara lain :
a. Pemeriksaan
lab.darah
-
Hematologi
Hb,
Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
-
RFT ( renal fungsi test )
ureum
dan kreatinin
-
LFT (liver fungsi test )
-
Elektrolit
Klorida,
kalium, kalsium
-
koagulasi studi
PTT,
PTTK, BGA
b. Urine
-
urine rutin
-
urin khusus : benda keton, analisa kristal
batu
c. pemeriksaan
kardiovaskuler
-
ECG
-
ECO
d. Radidiagnostik
-
USG abdominal
-
CT scan abdominal
-
BNO/IVP, FPA
-
Renogram
-
RPG ( retio pielografi )
H.
PENATALAKSANAAN
MEDIS
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD
dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
-
Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
-
Observasi balance cairan
-
Observasi adanya odema
-
Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
-
peritoneal dialysis biasanya dilakukan pada kasus – kasus
emergency. Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak
bersifat akut adalah CAPD ( Continues
Ambulatori Peritonial Dialysis )
-
Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif
di vena dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui
daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
-
AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
-
Double lumen : langsung pada daerah
jantung ( vaskularisasi ke jantung )
c) Operasi
-
Pengambilan batu
-
transplantasi ginjal
PATHWAYS

ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL
KRONIK
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas
pasien : terdiri dari nama
(inisial),
1) Usia / tanggal lahir: memang semua
usia dapt terkena gagal ginjal, namun usia pun penting kita ketahui. karena
semakin lansia umumur seseorang, semakin beresiko.
2) Jenis kelamin: pengkajian pada jenis
kelamin, pria mungkin disebabkan oleh hipertrofi prostat.pada wanita
disebabkan, infeksi saluran kemih yanng berulang yang dapat menyebabkan GGA,
serta padaa wanita yang mengalami
perdarahan pasca melahirkan.
3) alamat suku / bangsa: penting kita
ketahui, karena alamat juga mendukung untuk dijadikan data, karena masih banyak
daerah yang kekurang air.
4) status pernikahan: disini perlu juga
kita ketahui, tentang status perkawinan, apakah pasangan memiliki riwayatn
penyakit ISK, yang mampu menjadi akibat gagal ginjal.
5) agama / keyakinan: Disini perlu juga
kita ketahui, karena masih banyak masyarakat yang menganut
kepercayaan-kepercayaan.
6) pekerjaan / sumber penghasilan:
penting juga kita ketahui, untuk mengetahui sumber penghasilannya dari mana dan
seberapa banyak, karena berpengaruh juga
terhadap pola hidup.
7) diagnosa medik: setelah mendapatkan
pemeriksaan maka diagnosa mediknya: Gaagal Ginjal Kronik
8) no. Rm, tanggal masuk: penting juga
kita kethui, supaya perawat tidak salah pasien, dan tanggal masuk masuk juga
berperan untuk menadapatakan data apakah sudah ada perubahan atau semakin
parah.
b. Identitas
Penanggung Jawab :
1)
Terdiri dari Nama: penting kita
ketahui untuk memudahkan perawat membeikan infomasi terhadap klien.
2)
Usia: penting juga kita ketahui, untuk kita mampu
beradaptasi dengan keluarga klien.
3)
Jenis kelamin: juga perlu kita ketahui, untuk
memudahkan perawat berkomunikasi dalam memberikan informasi kepada keluarga
klien.
4)
Pekerjaan / sumber penghasilan: perlu juga kita
ketahui dari mana sumber penghasilan yang didapatkan oleh keluarga klien untuk
membiayai klien itu sendiri.
5)
Hubungan dengan klien: penting juga kita ketahui
untuk mengetahui hubungan klien dengan penanggung jawab, apakah saudara, orang
tua, suami/istri, anak/cucu.
2. Riwayat Kesehatan
a.
Keluhan Utama
keluhan
utama yang didapat biasanya berfariasi, mulai dari urine output sedikit sampe
tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidk selera makan
(anoreksia), dan gatal pada kulit.
b.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji
onset penurunan urine output, penurunan kesadaran, perubahan pola nafas,
kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau amonia, dan
perubahan pemenuhan nutrisi. kaji sudah kemana saja klien meminta pertolongan
untuk mengatasi masalahnya dan mendapatkan pengobatan apa.
c.
Riwayat kesehatan dahulu
Kaji
riwayat adanya gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung,
penggunaan obat-obatan nefrotoksik, BPH, dan prostatektomi, kaji adanya riwayat
penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan, infeksi sistem
perkemihan yang berulang, penyakit DM, penyakit hipertensi pada masa sebelumnya
yang menjadi prediposisi penyebab, penting untuk dikaji mengenai pemakaian
obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian
dokumentasikan.
d.
Psikososial
adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan
adanya tindakan dialisis akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada
gambaran diri. lamanya perawatan, dan banyaknya biaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan, gangguan konsep diri, dan gangguan
peran pada keluarga.
3. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI
A. POLA TIDUR/ISTIRAHAT :
1. Waktu tidur
2.
Waktu Bangun
3.
Masalah tidur
4. Hal-hal yang mempermudah tidur :
5. Hal-hal yang mempermudah klien terbangun :
B. POLA ELIMINASI :
1. BAB
2.
BAK
3. Kesulitan BAB/BAK
4. Upaya/Cara mengatasi masalah tersebut :
C. POLA MAKAN DAN MINUM :
1.
Jumlah dan jenis makanan
2.
Waktu Pemberian Makan
3.
Jumlah dan Jenis Cairan
4.
Waktu Pemberian Cairan
5. Pantangan
6.
Masalah Makan dan Minum
a.
Kesulitan mengunyah
b.
Kesulitan menelan
c.
Mual dan Muntah
d. Tidak dapat makan
sendiri
7. Upaya mengatasi masalah
D. KEBERSIHAN DIRI/PERSONAL HYGIENE :
1.
Pemeliharaan Badan
2.
Pemeliharaan Gigi dan Mulut
3. Pemeliharaan Kuku
E. POLA KEGIATAN/AKTIVITAS LAIN :
DATA
PSIKOSOSIAL
A.
Pola Komunikasi
B.
Orang yang paling dekat dengan klien
C.
Dampak riwayat di Rumah Sakit
D.
Hubungan dengan orang lain/Interaksi
sosial
E.
Keluarga yang dihubungi bila diperlukan
DATA
SPIRITUAL
A.
Ketaatan Beribadah
B.
Keyakinan terhadap sehat/sakit
C. Keyakinan
terhadap penyembuhan
PEMERIKSAAN
FISIK :
A.
Kesan Umum / Keadaan Umum
B.
Tanda-tanda Vital
Suhu Tubuh, Nadi,
Tekanan darah, Respirasi, Tinggi badan,
Berat
Badan
C.
Pemeriksaan Kepala dan Leher :
1.
Kepala dan rambut
a.
Bentuk Kepala
Ubun-ubun
Kulit kepala
b. Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut
Bau, Warna
c. Wajah
Warna kulit
Struktur Wajah
2. M a t a
a.
Kelengkapan dan Kesimetrisan :
b.
Kelopak Mata (Palpebra):
c. Konjunctiva dan sclera :
d. Pupil :
e. Kornea dan Iris :
f. Ketajaman Penglihatan/Virus :*)
g. Tekanan Bola Mata :*)
3.H
i d u n g
a. Tulang Hidung dan Posisi Septum Nasi :
b. Lubang Hidung
:
c. Cuping
Hidung :
4.Telinga
a.
Bentuk Telinga
Ukuran
Telinga
Ketegangan telinga
b.
Lubang Telinga
c.
Ketajaman pendengaran :
5.Mulut
dan Faring :
a. Keadaan Bibir :
b.
Keadaan Gusi dan Gigi :
c.
Keadaan Lidah :
6. L
e h e r :
a. Posisi
Trakhea :
b. Tiroid :
c. Suara :
d. Kelenjar
Lymphe :
e. Vena
Jugularis :
f. Denyut Nadi Carotis :
D. Pemeriksaan
Integumen ( Kulit ) :
a. Kebersihan
b.
Kehangatan
c. Warna
d. Turgor
e. Tekstur
f. Kelembapan
g. Kelainan pada kulit
E.
Pemeriksaan Payudara dan Ketiak:
a.
Ukuran dan bentuk payudara :
b.
Warna payudara dan areola :
c.
Kelainan-kelainan payudara dan puting
d.
Axila dan clavicula
F.
Pemeriksaan Thorak / Dada :
1.
Inspeksi Thorak
a. Bentuk Thorak
b. Pernafasan
- Frekuensi
- Irama
c. Tanda-tanda kesulitan bernafas : .
2. Pemeriksaan Paru
a.
Palpasi getaran suara ( vokal Fremitus )
b.
Perkusi :
c. Auskultasi
- Suara
nafas :
- Suara
Tambahan :
2.
Pemeriksaan Jantung
a.
Inspeksi dan palpasi
- Pulpasi
-
Ictus Cordis
b.
Perkusi :
-
Batas-batas Jantung :
-
Auskultasi
-
Bunyi Jantung I
-
Bunyi Jantung II
-
Bising/murmur
-
Frekuensi denyut jantung
G. Pemeriksaan
Abdomen
a.
Inspeksi
- Bentuk Abdomen
-
Benjolan/massa
b.
Auskultasi
-
Peristaltik Usus
- Bunyi
jantung anak/BJA
c.
Palpasi
- Tanda nyeri
tekan
-
Benjolan /massa
-
Tanda-tanda Ascites
-
Hepar
-
Lien
-
Titik Mc. Burne
d. Pekusi
-
Suara Abdomen
- Pemeriksaan
Ascites
H. Pemeriksaan
Kelamin dan Daerah Genetalia Sekitarnya :
1.
Genetalia
a.
Rambut pubis
b.
Meatus Urethra
c.
Kelainan-kelainan pada Genetalia Eksterna
dan Daerah Inguinal
2.
Anus dan Perineum
a.
Lubang Anus
b.
Kelainan-kelainan pada anus :
c.
Perineum :
I. Pemeriksaan
Muskuloskeletal ( Ekstrimitas )
a) Kesimestrisan otot
b) Pemeriksaan Oedema
c) Kekuatan otot
d)
Kelainan-kelainan pada ekstremitas dan kuku :
J.
Pemeriksaan Neorologi
1.
Tingkat kesadaran ( secara kwantitatif ) /
GCS
2.
Tanda-tanda rangsangan Otak (Meningeal
Sign)
3.
Fungsi
Motorik
4.
Fungsi Sensorik
5.
Refleks
a)
Refleks Fisiologis
a)
Refleks Patologis
K. Pemeriksaan
Status Mental
a.
Kondisi emosi/perasaan :
b.
Orientasi :
c.
Proses berfikir (ingatan, atensi,
keputusan, perhitungan) :
d. Motifikasi
(kemampuan) :
e. Persepsi
f. Bahasa
4.
Analisa Data
Data
|
Etiologi
|
Masalah keperawatan
|
Data
Mayor :
· Dyspneu
· Edema
anasarka / perifer
· BB
naik dalam waktu singkat
· JVP/CVP
meingkat
Data
Minor :
· Distensi
vena jugularis
· Suara
napas tambahan (+)
· Kadar
Hb turun
· Oliguria
· Intake
> output
·
Kongesti paru
|
1. Gangguan
mekanisme regulasi
2. Kelebihan
asupan cairan
3. Kelebihan
asupan natrium
4. Gangguan
aliran balik vena
5. Efek
agen farmakologis
|
Hipervolemik
|
Data
mayor :-
Data
minor : -
|
1. Ketidakseimbangan
cairan
2. Kelebihan
volume cairan
3. Gangguan
mekanisme regulasi
4. Efek
samping prosedur
5. Diare
6. Muntah
7. Disfungsi
ginjal
8. Disfungsi
regulasi endokrin
|
Resiko
ketidakseimbangan eletrolit
|
Data
Mayor :
· Dispnea
· PCO2
meningkat/menurun
· PO2
menurun
· Takikardi
· pH
arteri meningkat/menurun
· Bunyi
napas tambahan
Data
Minor :
· Pusing
· Penglihatan
kabur
· Sianosis
· Gelisah
· Napas
cuping hidung
· Pola
napas abnormal
· Warna
kulit abnormal
Kesadaran menurun
|
1.
Ketidakseimbangan ventilasi –
perfusi
2.
Perubahan
membran alveolus-kapiler
|
Gangguan Pertukaran Gas
|
Data
mayor :
· Berat
badan menurun minimal 10% dari berat awal
Data
minor :
· Cepat
kenyang setelah makan
· Kram/nyeri
abdomen
· Nafsu
makan menurun
· Bising
usus hiperaktif
· Otot
mengunyah lemah
· Otot
menelan lemah
· Membran
mukosa pucat
· Sariawan
· Serum
albumin turun
· diare
|
1. ketidak
mampuan menelan makanan
2. ketidakmampuan
mencerna makanan
3. ketidakmampuan
mengabsorpsi nutrien
4. peningkatan
kebutuhan metabolisme
5. faktor
psikologis
|
Defisit Nutrisi
|
Data
mayor :
· mengeluh
lelah
· frekuensi
jantung meningkat >20% dari kkondisi istirahat
Data
minor :
· dispneu
saat/setelah istirahat
· merasa
tidak nyaman setelah beraktivitas
· merrasa
lemah
· TD
>20% dari kondisi istiahat
· sianosis
|
1.
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
2.
tirah baring
3.
kelemahan
4.
imobilitas
5.
gaya hidup monoton
|
Intoleransi aktivitas
|
B. Diagnosa
a. Hipervolemik berhubungan dengan Kelebihan asupan cairan
b.
Resiko ketidakseimbangan elektrolit
berhubungan dengan disfungsi ginjal
c. Gangguan Pertukaran gas nerhubungan
dengan Perubahan membran
alveolus-kapiler
d. Defisit Nutrisi berhubungan
dengan ketidak mampuan menelan makanan
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
C. Intervensi
No
|
SDKI
|
SLKI
|
SIKI
|
1.
|
Hipervolemik
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam keseimbangan cairan
meningkat dengan kriteria:
1.
Asupan cairan
cukup
2.
Keluaran urin
cukup meningkat
3.
Kelembapan
membran mukosa cukup meningkat
4.
Asuoan makanan
cukup meningkat
5.
Edema cukup
menurun
6.
Dehidrasi
cukup menurun
7. Tekanan darah cukup membaik
8.
Denyut nadi
radial cukup membaik
9.
Turgor kulit
cukup membaik
|
Observasi
1. periksa tanda dan gejala hipervolemik
2. Monitor
intake dan output
3. Identifikasi penyebab hipervolemik
4. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
5. Monitor elastisitas atau turgor kulit
6. Monitor jumlah, warna dan berat jenis
urine
7. Monitor kecepatan infus secara ketat
8. Monitor tanda hemokonsentrasi
9. Monitor tanda peningkatan tekanan
onkotik plasma
10. Montor efek samping diuretik
Terapeutik
11. Batasi asupan cairan dan garam
12. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40o
Edukasi
13.
Ajarkan cara
mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan
14.
Ajarkan cara
membatasi cairan
Kolaborasi
15.
Kolaboasi
pemberian dekstrose, jika perlu
|
2.
|
Resiko ketidakseimbangan elektrolit
|
Setelah
dilakukan asuhan selama 3x24 jam ketidakseimbangan elektrolit membaik dengan kriteria hasil:
1.
Serum natrium cukup meningkat
2.
Serum kalium cukup meningkat
3.
Serum klorida cukup meningkat
|
Observasi
1. Identifikasi kemungkinan penyebab
ketidakseimbangan elektrolit
2. Monitor kadar elektrolit serum
3. Monitor mual, muntah, dan diare
4. Monitor tanda dan geala hipokalemia
5. Monitor tanda dan gejala hiperkalemia
6. Monitor tanda dan gejala hipematremia
Terapeutik
7. Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
8. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
9. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
10. Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
|
3.
|
Gangguan pertukaran gas
|
Setelah
dilakukan keperawatan selama 2x24
jam gangguan pertukaran
gas membaik dengan kriteria hasil:
1.
Tingkat
kesadaran cukup meningkat
2.
Dispneu cukup
menurun
3.
Bunyi napas
tambahan cukup menurun
4.
Pusing cukup
menurun
5.
Penglihatan
kabur cukup menurun
6.
Pernafasan
cupng hidung menurun
7.
PCO2 cukup
membaik
8.
PO2 cukup
membaik
9.
Takikardi
cukup membaik
10.
Sianosis
cukup membaik
11.
Pola nafas
cukup membaik
|
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
dan upaya nafas
2. Monitor pola nafas
3. Monitor adanya sputum
4. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
5. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
6. Auskultasi bunyi napas
7. Monitor saturasi oksigen
8. Monitor kecepatan aliran oksigen
9. Monitor efektifitas terapi oksigen
Terapeutik
10. Atur interval pemantauan espirasi
sesuai kondisi pasien
11. Bersihkan sekret pada jalan nafas,
jika perlu
12. Prtahankan kepatenan jalan nafas
13. Berikan oksigen tambahan, jika perlu
Edukasi
14. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Kolaborasi
15. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
|
4.
|
Defisit nutrisi
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam status nutrisi membaik dengan
kriteria hasil:
1.
Porsi makan yang dihabiskan cukup meningkat
2.
Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat cukup meningkat
3.
Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat cukup meningkat
4.
Berat badan cukup membaik
5.
Imt cukup membaik
6.
Nafsu makan cukup membaik
|
Obesrvasi
1.
Identifikasi
status nutrisi
2.
Identifikasi
alergi an intoleransi makanan
3.
Identifikasi
makanan disukai
4.
Identifikasi
kebutuhan kalori dan jenis nutrien
5.
Identifikasi
perlunya penggunaan selang naso gastric
6.
Monitor
asupan makanan
7.
Monitor
berat badan
8.
Monitor
hasil lab
Terapeutik
9.
Lakukan oal
hygine sebelum makan, jika perlu
10.
Fasilitasi
pedoman menentukan program diet
11.
Sajikan
makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
12.
Berikan
suplemen makanan, jika perlu
Edukasi
13.
Anjukan
posisi duduk, ika perlu
14.
Ajarkan
diet yang diprogramkan
Kolaborasi
15.
Kolaborasi
pemberian medikasi sebelum makan, jika perlu
16.
Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrien yang dibutuhkan
tubuh, jika perlu
|
5.
|
Intoleransi aktivitas
|
Setelah
dilakukan keperawatan selama 3x24 jam pasien bertoleransi terhadap aktivitas
Kriteria
hasil:
1.
Frekuensi
nadi cukup
2.
Saturasi
oksigen cukup meningkat
3.
Keluhan lelah
cukup menurun
4.
Disypneu saat
aktivitas cukup menurun
5.
Disypneu
setelah aktivitas cukup menurun
6.
TD cukup
membaik
7.
Frekuensi
napas cukup membaik
|
Observasi
1.
Identifikasi
gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2.
Monitor
kelelahan fisik dan emoosional
3.
Monitor pola
dan jam tidur
4.
Monitor
lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
5.
Sediakan
lingkungan nyaman dan rendah stimulus
6.
Lakukan
latihan rentang gerak pasif/aktif
7.
Berikan
aktivitas distraksi yang menenangkan
Edukasi
8.
Anjurkan
tirah baring
9.
Anjurkan
melakukan aktivitas secara bertahap
10.
Anjurkan
menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkuang
11.
Ajarkan
strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
12.
Kolaboasi
dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
|
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. Dialisis
Pada Diabetes Melitus. http://internis.files.wordpress.com/2011/01/dialisis-pada-diabetes-melitus.pdf diakses pada
tanggal 25 November 2019
Bakta, I Made
& I Ketut Suastika,. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta
: EGC. 2002
Black, Joyce M.
& Jane Hokanson Hawks. Medical Surgical Nursing Clinical Management for
Positive Outcome Seventh Edition. China : Elsevier inc. 2005
Bulechek,
Gloria M., Butcher, Howard K., Dotcherman, Joanne M. Nursing Intervention
Classification (NIC). USA: Mosby Elsevier. 2008.
Herdinan,
Heather T. Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta:
EGC. 2012.
Johnson,
M. Etal. Nursing Outcome Classification (NOC). USA: Mosby Elsevier. 2008.
Nahas, Meguid El
& Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA : Oxford University Press. 2010
Price, Sylvia A.
& Lorraine M. Wilson. Patofisiologi
: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC.
2002
Smeltzer, S. Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2 Edisi 8.
Jakarta : EGC. 2001
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta
: Balai Penerbit FKUI. 2006
Comments
Post a Comment