SISTEM PERNAFASAN


SISTEM PERNAFASAN
(Systema Respiratorium)

Pernafasan adalah proses pertukaran zat, metabolisme, dari gas asam atau oksigen yang diambil dari udara oleh paru-paru, yang setelah mengalami proses biokimiawi di dalam jaringan tubuh, dibebaskan lagi ke alam bebas dalam bentuk gas karbon-dioksida. Pertukaran di dalam paru-paru antara gas-gas dalam udara, oksigen dan karbon dioksida, dengan yang di dalam kapiler darah disebut jaringan pernafasan luar (external respiration), dan pertukarannya di dalam jaringan disebut pernafasan jaringan atau pernafasan dalam (internal respiration). Pemasukan dan pengeluaran udara ke dan dari dalam paru-paru, secara harafiah bulanlah proses pernafasan, melainkan proses ventilasi (Tenney, 1974).
Perpindahan oksigen dan karbon-dioksida dari udara yang terdapat di dalam alveolus paru-paru ke dalam darah, dan antara kapiler darah dengan sel-sel jaringan paru-paru berlangsung dengan cara difusi. Sebuah molekul oksigen di dalam rongga alveolus untuk dapat diangkut hemoglobin (Hb) di dalam sel darah merah, molekul oksigen tersebut harus melampaui barier yang terdiri atas dinding alveolus, dinding kapiler darah. Lapisan plasma dalam kapiler, kemudian dinding sel darah merah. Resistensi yang dialami molekul tersebut tidak besar, karena perjalanan seluruhnya hanya berjarak 2 mikron.
Udara di alam bebas tidak suci hama serta mengandung partikel-partikel debu, spora, serbuk bunga, sampah industri dan sebagainya. Oleh karena udara tersebut harus diisap oleh paru-paru, untuk dapat tetap “bersih” harus tersedia perangkat-perangkat pertahanan tubuh di dalam sistem pernafasan.
Mekanisme pertahanan paru-paru Saluran pernafasan mulai dari rongga hidung ke bawah sampai bronchioli selalu dibasahi oleh lendir yang dihasilkan oleh sel-sel khusus. Oleh kelembaban yang tinggi di dalam rongga hidung, pada suhu 37oC, partikel partikel yang terdapat di dalam udara pernafasan akan berkontak dengan molekul-molekul air (sebagai uap) hingga masa jenisnya bertambah. Partikel-partikel tersebut selanjutnya akan “jatuh”dan melekat pada rongga hidung. Selanjutnya oleh epitel bersilia, dengan silianya yang selalu bergetar, partikel-partikel yang melekat pada lendir di atasnya dapat ditahan dan dikeluarkan. Usaha-usaha secara fisik tersebut dapat menahan masuknya partikel-partikel dengan diameter 3,0 – 10,0 mili mikron. Dalam waktu singkat, 1k 24 jam, partikel-partikel tersebut dapat dikeluarkan dari tubuh (Dungworth dan Schwartz, 1980).
Secara imunologis sel-sel limfoid di dalam lamina propria dari mukosa saluran pernafasan mampu menghasilkan immunoglobulin A (IgA). IgA yang dibebaskan ke permukaan mukosa, bersama-sama dengan IgE dan IgG, dapat digunakan dalam pertahanan humoral dengan tugas-tugas khusus, seperti netralisasi virus, menghalangi penyerapan antigen makromolekuler dan menghambat pembentukan koloni kuman-kuman. Di dalam lender juga terlarut antibody humoral yang bertugas secara khusus seperti interferon, lisosim dan laktoferin (Morein dan Dinter. 1975)
Kemampuan untuk membersihkan secara fisik partikel partikel yang berukuran lebih kecil (0,5 – 3,0 mili micron) oleh alveoli tidak sekuat bila dibanding dengan saluran pernafasan sebelumnya (proksimalnya). Kadang-kadang kotoran melekat pada dinding alveoli selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Perbersihan partikel, organic maupun anorganik, lebih banyak tergantung pada kemampuan sel-sel makrofag alveolar yang dapat “memakan” sebagian besar partikel-partikel yang halus. Kesterilan jaringan selanjutnya juga lebih banyak tergantung pada sel-sel makrofag tersebut, yang selain mampu “memakan” partikel juga sanggup menghasilkan interferon. Pengaktifan makrofag tergantung pada adanya imunoglobin atau limfokine yang dihasilkan oleh limfosit-T (Green et al., 1977)
Daya pertahanan paru-paru secara patologis anatomis tercermin dalam usaha untuk melokalisasi proses infeksi. Dalam pemeriksaan di rumah potong terhadap hewan-hewan sering sesekali dijumpai mikroabses di dalam paru-paru tanpa adanya gangguan hewan yang bersangkutan semasa hidupnya.
Secara reflek paru-paru dengan bantuan otot-otot diafragma, perut dan dada mampu menghasilkan batuk, baik untuk mengeluarkan benda asing yang merangsang atau bahan-bahan lain yang merupakan produk dari radang paru-paru dan salurannya. Guna mengurangi beban paru-paru yang meradang dan untuk menghindari masuknya lebih banyak agen noksius, selain batuk paru-paru juga mampu mengecilkan lumen bronchi dan bronchiolinya.
Apabila perangkat-perangkat pertahanan alat pernafasan tidak dapat berfungsi normal, ada kemungkinan paru-paru akan mengalami gangguan organik, hingga tubuh tidak dapat memperoleh dan memanfaatkan oksigen secukupnya. Gangguan organik paru-paru akan tercermin dalam berbagai manifestasi klinis.
Hipoksia (kekurangan Oksigen) Hipoksia, istilah yang sering dikacaukan pemakaiannya, dengan anoksia, adalah keadaan di mana tekanan oksigen di dalam tubuh, darah dan jaringan lebih rendah dari normalnya.
1. Hipoksia lingkungan (ambient hypoxia)
2. Hipoksia kurang darah (anemic hypoxia)
3. Hipoksia bendungan (stagnant hypoxia)
4. Hipoksia keracunan jaringan (Histotoxic hypoxia)
Hiperkapnia


DOWNLOAD

Comments

Popular posts from this blog

DOWNLOAD CONTOH SURAT LAMARAN DAPUR MBG

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. M.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM (HIPERTERMIA)

LAPORAN PENDAHULUAN DIARE