MYOMA UTERI
MYOMA UTERI
Myoma uteri adalah tumor jinak yang
berasal dari jaringan ikat dan otot uterus yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan
dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma ataupun fibroid.(Wiknjosastro, 1999)
Myoma uteri adalah tumor jinak rahim
disertai jaringan ikatnya, sehingga dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya
dominant dan lunak serta otot rahimnya dominant.(Manuaba, 1998)
Myoma uteri adalah tumor jinak yang
berasal dari sel-sel polos. Tumor ini mengandung sejumlah jaringan ikat yang
berbeda yang mungkin terjadi dari sel-sel otot polos yang telah mengalami
degenerasi di dalam uteri.(www.medicastore.com)
Myoma uteri adalah neoplasma jinak
yang berasal dari otot uterus yang disebut juga leiomioma uteri atau uterin
fibroid. Dikenal dua tempat asal myoma
uteri yaitu servik uteri dan korpus uteri. Yang ada pada servik uteri hanya ditemukan
dalam 3%, sedangkan pada korpus uteri 97% myoma uteri banyak di terdapat pada
wanita usia reproduksi terutama pada usia 35 tahun keatas dan belum pernah
dilaporkan bahwa myoma uteri terjadi sebelum menarche.(Prawirohardjo,
Sarwono, 1994)
Etiologi dari myoma uteri belum
jelas, tetapi asalnya disangka dari sel-sel otot yang belum matang. Disangka
bahwa estrogen mempunyai peranan penting, tetapi dengan teori ini sukar
diterapkan apa sebabnya pada seorang wanita estrogen dan menyebabkan myoma,
sedangkan pada wanita lain tidak. Padahal kita ketahui bahwa estrogen
dihasilkan oleh semua wanita.
Juga pada beberapa wanita dengan
myoma dapat terjadi ovulasi yang menghasilkan progesterone yang sifatnya
antiestrogenic. Percobaan pada binatang dengan penyuntikan estrogen dapat
menimbulkan tumor myoma uterus tetapi sifatnya agak berbeda dengan myoma biasa.
(www.blogspot.com)
Walaupun myoma uteri terjadi banyak
tanpa penyebab, namun dari hasil penelitian Miller dan Lipschultz yang
mengutarakan bahwa terjadi myoma uteri tergantung pada sel-sel otot imatur yang
terdapat pada “Cell Nest” yang selanjutnya dapat dirangsang, terus menerus oleh
estrogen.
(Prawirohardjo, Sarwono, 1994)
Myoma merupakan tumor yang paling
umum pada traktus genitalia. Myoma terdiri atas serabut-serabut otot polos yang
diselingi dengan untaian jaringan ikat dan dikelilingi kapsul yangn tipis.
Tumor ini dapat berasal dari setiap bagian dktus Muller, tetapi paling sering
terjadi pada miometrium. Disini beberapa tumor dapat timbul secara serentak.
Unkuran tumor dapat bervariasi dari sebesar kacang polong hingga sebesar bola
kaki.
Penyebab terjadinya myoma uteri
tidak diketahui. Tumor ini mungkin berasal dari sel otot yangn normal, dan otot
imatur yang ada di dalam miometrium atau dari sel embrional pada dinding darah
uteri. Apapun asalnya, tumor dimulai dari benih-benih multiple yang sangat
kecil dan tersebar pada miometrium. Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi
progresif (bertahun-tahun, bkan dalam hitungan bulan), di bawah pengaruh
estrogen sirkulasi, dan jika tidak terdeteksi dan diobati dapat membentuk tumor
dengan berat 10 kg atau lebih. Namun sekarang, sudah jarang karena cepat
terdeteksi. Mula-mula tumor berada intramural, tetapi ketika tumbuh dapat
berkembang ke berbagai arah. Setelah menopause, ketika estrogen tidak lagi
disekresi dalam jumlah yangn banyak, maka myoma cenderung mengalami atrofi.
Jika tumor dipotong, akan menonjiol diatas miometrium sekitarnya karena
kapsulnya berkontraksi. Warnanya abu-abu keputihan, tersusun atas berkas-berkas
otot jalin menjalin dan melingkar-lingkar di dalam matriks jaringan ikat. Pada
bagian perifer serabut otot tersusun atas lapisan konsentrik, dan serabut otot
normal yang mengelilingi tumor berorientasi yang sama. Antara tumor dan
miometrium normal, terdapat pseudokapsul, tempat masuknya pembuluh darah ke
dalam myoma.
Pada pemeriksaan dengan mikroskop,
kelompok-kelompok sel otot berbentuk kumparan dengan inti panjang dipisahkan
menjadi berkas-bebrkas oleh jaringan ikat. Karena seluruh suplai darah myoma
berasal dari beberapa pembbuluh darah yang masuk dari pseudokapsul, berarti
pertumbuhan tumor tersebut selalu melampaui suplai darahnya. Ini menyebabkan
degenerasi, terutama pada bagian tengah myoma. Mula-mula terjadi degenerasi
hialin, atau klasifikasi dapat etrjadi kapanpun oleh ahli ginekologi pada abad
ke-19 disebuut sebagai “batu rahim”. Pada kehamilan dapat terjadi komplikasi
jarang (degenerasi merah). Ini diikuti ekstravasasi darah diseluruh tumor, yang
memberikan gambaran seperti daging sapi mentah. Kurang dari 0,1% terjadi
perubahan tumor menjadi sarcoma.
Jika myoma terletak sub endometrium,
mungkin disertai dengan menorhagia. Jika perdarahan yang hebat menetap, mungki
akan mengalami anemia.saat uterus berkontraksi, dapat timbul nyeri. Myoma sub endometrium yang bertangkai dapat menyebabkan persisten dari
uterus.
Dimanapun
posisinya di dalam uterus, myoma besar dapat menyebabkan gejala penekanan pada
panggul, disuria, sering kencing dan konstipasi atau nyeri punggung jika uterus
yang membesar menekan rectum.
D. MANIFESTASI KLINIS
Adanya myoma
tidak selalu memberikan gejala karena itu myoma sering ditemukan tanpa
disengaja, yaitu pada saat pemeriksaan ginekologik. Gejala yang ditemukanpun
sangat tergantung pada tempat sarang myoma itu berada, besarnya tumor,
perubahan dan komplikasi yang terjadi ( Sarwono, 1999 ).
Adapun tanda-tanda yang
umumnya terjadi adalah :
- Tumor massa, dibawah
perut
Sering kali penderita pergi ke
dokter oleh karena adanya gejala ini.
- Perdarahan yang abnormal
Gangguan perdarahan yang
terjadi umumnya adalah hipermenorea, menorragi, dan dapat juga terjadi
metroragia. Beberapa factor yang menjdi penyebab perdarahan ini, antara lain
adalah :
a. Pengaruh ovarium sehingga terjadilah
hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium.
b. Permukaan endometrium yang lebih luas dari
pada biasa.
c. Atrofi endometrium di atas mioma
submukosum.
d. Miometrium tidak dapat berkontraksi
optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak
dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
- Rasa Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala
yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang
myoma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan
- Gejala dan Tanda
penekanan
Gangguan ini tergantung dari
besar dan tempat moma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan
poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat
menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan
obstipasi dan tenesia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
- Infertilitas dan Abortus
Infertilitas dapat terjadi
apabila sarang mioma menutup atau menekan atau menutup pars interstitial tuba,
sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena
distorsi rongga uterus.
Meyer Van De
Snoe menganjurkan teori cell nest atau teori genitobla. Percobaan
lipschuzt yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata
menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam
abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat
progesterone atau testosterone. Pukha dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor
estrogen pada myoma lebih banyak didapati dan pada miometrium normal.
Menurut Meyer,
asal myoma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur. Sarang myoma
uterus dapat berasal dari servik uterus hanya 1-3%, sisanya adalah korpus
uterus.
Menurut letaknya, myoma dapat
dibagi sebagai :
1.
Myoma submukosum
Berada dibawah endometrium dan
menonjol ke dalam rongga uterus. Myoma submukosum dapat tumbuh bertangkai
menjadi polip, kemudian dilahirkan malalui saluran servik (myomgeburt).
2.
Myoma intramural
Myoma terdapat di dinding uterus
diantara serabut miometrium.
3.
Myoma subserosum
Apabila tumbuh diluar dinding uterus
sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa.
Myoma
subserosum dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi myoma
intra ligamenter. Myoma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan
lain, misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari
uterus, sehingga disebut wandering atau parastitic fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam myoma saja dalam satu uterus. Myoma pada
servik dapat menonjol ke dalam saluran servik sehingga ostium uteri eksternum
berbentuk bulan sabit. Apabila myoma dibelah maka tampak bahwa myoma terdiri
atas berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde atau
pusaran air whorl like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan
ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang myoma ini. Pernah ditemukan 200 sarang myoma dalam satu uterus, namun biasanya hanya
5-20 sarang saja. Dengan pertumbuhan myoma dapat mencapai berat lebih dari 5
kg. jarang sekali myoma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun. Paling banyak
pada umur 35-45 tahun (25%). Pertumbuhan myoma diperkirakan memerlukan waktu 3
tahun agar dapat mencapai ukuran seperti kepalan tangan orang dewasa, akan
tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Setelah menopause, banyak myoma
menjadi kisut, hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut. Myoma uteri
ini lebih sering didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur. Factor
keturunan juga memegang peran. Perubahan sekunder pada myoma uteri yang
terjadi, sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya
pemberian darah pada sarang myoma.
Perubahan sekunder :
1.
Atrofi
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan myoma
uteri menjadi kecil.
2.
Degenerasi hialin
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita
berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat
meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil dan seolah-olah memisahkan
satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
3.
Degenerasi kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas dimana
sebagian dari myoma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak
teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan
bendungan limfe, sehingga menyerupai llimfamioma. Dengan konsistensi yang lunak ini, tumor sulit dibedakan dari kista ovarium
atau kista kehamilan.
4.
Degenerasi membatu
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh
karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur
pada sarang myoma, maka myoma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto
roentgen.
5.
Degenerasi merah
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan
nifas. Pathogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis sub akut sebagai
gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang myoma seperti
daging mentah berwarna merah, disebabkan oleh pigmen himosiderin dan hemofusin.
Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai
emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri
pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tungkai tumor ovarium
atau myoma bertangkai.
6.
Degenerasi
Ini jarang
terjadi. Ini merupakan kelanjutan dari degenerasi hialin.
1.
Pada pemeriksaan vagina tucher
a.
Vulva/uretra/vagina kesannya adalah infiltral atau tidak
b.
Portio adalah nyeri goyang atau tidak ada seberapa besarnya
c. Orifisium uretra externium apakah
tertutup atau terbuka
d.
Cavum uteri seberapa besarnya
e.
Adneksa/parametrium bagaimana kesannya
f.
Cavum dauglas bagaimana kesannya
2.
Pemeriksaan rectal tucher
Tonus spingterani bagaimana kedaan dan kesannya ada
atau tidak
3.
Pemeriksaan penunjang
a.
Pemeriksaan laboratorium
Darah rutin
: Hb, leukosit,
trombosit
Dar darah
lengkap : ureum, kreatinin, natrium, kalium,
HbSAg, golongan darah, SGOT, SGPT
Urin lengkap
: pemeriksaan fisik, kimia, sedimen
b.
Pemeriksaan USG
Merupakan suatu metode diagnostic dengan menggunakan
ultrasonografi, sehingga alat reproduksi bagian dalam terlihat ada pembesaran
pada abdomen atau tidak.
c.
Uji sonde
Uji sonde pada kasus myoma uteri
harus lebih besar dari 10 cm
F.PENATALAKSANAAN MEDIS
Penanganan yang dapat dilakukan ada
dua macam yaitu penanganan secara konservatif dan penanganan secara operatif.
1.
Penanganan konservatif sebagai berikut :
a)
Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
b)
Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC.
c)
Pemberian zat besi.
Penggunaan
agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari 1-3 menstruasi setiap minggu
sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan
gejala. Obat ini menekan sekresi gonadotropin dan menciptakan keadaan
hipoestrogenik yang serupa yang ditemukan pada periode postmenopause. Efek
maksimum dalam mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu. Terapi
agonis GnRH ini dapat pula diberikan sebelum pembedahan, karena memberikan
beberapa keuntungan: mengurangi hilangnya darah selama pembedahan, dan dapat
mengurangi kebutuhan akan transfusi darah. Namun obat ini menimbulkan
kahilangan masa tulang meningkat dan osteoporosis pada wanita tersebut.. Catatan
: Baru-baru ini, progestin dan
antipprogestin dilaporkan mempunyai efek terapeutik. Kehadiran tumor dapat
ditekan atau diperlambat dengan pemberian progestin dan levonorgestrol
intrauterine
2.
Penanganan operatif, bila :
a)
Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
b)
Pertumbuhan tumor cepat.
c)
Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
d)
Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
e)
Hipermenorea pada mioma submukosa.
f)
Penekanan pada organ sekitarnya.
Jenis
operasi yang dilakukan dapat berupa :
a)
Enukleasi Mioma, Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih
menginginkan anak atau mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas.
Sejauh ini tampaknya aman, efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik.
Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan bila ada kemungkinan terjadinya karsinoma
endometrium atau sarkoma uterus, juga dihindari pada masa kehamilan. Tindakan
ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan jelas yang dengan mudah
dapat dijepit dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau
sangat berdekatan dengan endometrium, kehamilan berikutnya harus dilahirkan
dengan seksio sesarea. Kriteria preoperasi menurut American College of
Obstetricians Gynecologists (ACOG) adalah sebagai berikut :
1)
Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.
2)
Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.
3)
Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan kehamilan dan
keguguran yang berulang.
b)
Histerektomi
Dilakukan
bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki
leiomioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria ACOG untuk
histerektomi adalah sebagai berikut:
-
Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar
dan dikeluhkan olah pasien.
-
Perdarahan uterus berlebihan : Perdarahan yang banyak bergumpal-gumpal atau
berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan Anemia akibat kehilangan darah akut
atau kronis.
-
Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi : Nyeri hebat dan aku rasa
tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis, penekanan
buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulang dan tidak disebabkan infeksi
saluran kemih.
c)
Miomektomi
Miomektomi
adalah pengambilan mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Apabila wanita sudah
dilakukan miomektomi kemungkinan dapat hamil sekitar 30 – 50%. Dan perlu
disadari oleh penderita bahwa setelah dilakukan miomektomi harus dilanjutkan
histerektomi.
Lama
perawatan :
§
1 hari pasca
diagnosa keperawatan.
§
7 hari pasca
histerektomi/ miomektomi.
Masa pemulihan :
§ minggu pasca
diagnosa perawatan.
§ minggu pasca
histerektomi/ miomektomi.
d)
Penanganan Radioterapi
1.
Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).
2.
Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
3.
Bukan jenis submukosa.
4.
Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
5.
Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause.
6.Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan.
G.
KOMPLIKASI
1. Pertumbuhan leimiosarkoma.
Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila
selama beberapa tahun tidak membesar, sekonyong – konyong menjadi besar apabila
hal itu terjadi sesudah menopause
2. Torsi (putaran tangkai )
Ada kalanya tangkai pada mioma uteri
subserosum mengalami putaran. Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan
mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan dan akan tampak
gambaran klinik dari abdomenakut.
3. Nekrosis dan Infeksi
Pada myoma subserosum yang menjadi
polip, ujung tumor, kadang-kadang dapat melalui kanalis servikalis dan
dilahirkan bari vagina, dalam hal ini kemungkinan gangguan situasi dengan
akibat nekrosis dan infeksi sekunder
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Melaksanakan pengkajian secara
lengkap yang berhubungan dengan myoma uteri submukosum kepada klien, kemudian
dari hasil pengkajian tersebut dapat disimpulkan analisa guna menentukan
perawatan selanjutnya.
Pengambilan data dikelompokkan menjadi dua data, yaitu
:
a.
Data subjektif
Adalah data yang diperoleh dari
pernyataan klien, meliputi :
v Biodata
Adalah hal yang berkaitan dengan identitas klien untuk
penderita myoma uteri submukosum yang perlu diperhatikan dalam mengkaji adalah
umur klien, karena kasus myoma uteri banyak terjadi pada wanita dengan usia
35-45 tahun.
v
Keluhan utama
Keadaan yang dirasakan oleh klien
yang paling utama. Untuk myoma uteri submukosum yang paling banyak adalah nyeri
perut bagian bawah dan perdarahan abnormal.
v
Riwayat penyakit sekarang
Mulai kapan klien merasakan
adanya keluhan, dan usaha apa saja yang telah dilakukan untuk mengatasi keadaan
ini.
v
Riwayat penyakit keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga untuk kasus myoma
uteri submukosum yang perlu dikaji adalah keluarga yang pernah atau sedang menderita
penyakit yang sama (myoma), karena kasus myoma uteri submukosum dapat terjadi
karena faktor keturunan.
v
Riwayat penyakit yang lalu
Apakah klien sudah pernah sakit berat sampai opname di
rumah sakit, serta apakah klien pernah mengalami operasi.
v
Riwayat kesehatan klien
Menarche pada usia berapa, haid teratur atau tidak,
siklus haid berapa hari, lama haid, warna darah haid, HPHT kapan, terdapat
sakit waktu haid atau tidak. Pada riwayat haid ini perlu dikaji karena pada
kasus myoma uteri, perdarahan yang terjadi kebanyakan perdarahan diluar siklus
haid. Maka dengan kita mengetahui siklus haid klien, maka kita dapat membedakan
dengan jenis perdarahan yang lain sebagai akibat perjalanan myoma uteri.
v Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu
Hamil dan persalinan berapa kali,
anak hidup atau mati, usia, sehat atau tidak, penolong siapa, nifas normal atau
tidak. Pada riwayat ini perlu dikaji karena myoma uteri submukosum lebih sering
terjadi pada wanita nulipara.
v
Riwayat KB
Untuk mengetahui jenis KB yang dipakai oleh klien
apakah menggunakan KB hormonal. Jika memakai KB jenis hormonal khususnya
estrogen mempengaruhi perkembangan myoma tersebut menjadi lebih berbahay.
v
Keadaan psikologis
Untuk mengetahui keadaan psikologis klien pada
penyakitnya, karena myoma uteri submukosum penerima dan keadaan psikologi klien
yang baik akan sangat membantu pemberian terapi.
v
Pengetahuan klien tentang penyakitnya
Untuk mengatahui sejauh mana pengetahuan klien tentang
penyakit yang diderita. Pada kasus myoma uteri submukosum perlu sekali
mengetahui tentang penyakitnya, serta pengobatan apa saja yang diterima,
sehingga klien menjadi siap fisik dan mental dalam melaksanakan program terapi
yang diberikan.
v
Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1.
Pola nutrisi
Pola makan sehari-hari sebelum sakit dan setelah sakit
apakah ada perbedaan, bagaimana nafsu makannya ada perubahan atau tidak, sehari
berapa kali jumlahnya, jenis makanan yang dimakan tidak untuk kebutuhan tubuh.
Begitu juga dengan kebiasaan setiap harinya berapa banyak jumlahnya, jenis air
yang diminum karena pada kasus myoma uteri jika mendapat terapi kemoterapi
kebanyakan nafsu makan akan menurun dan terjadi mual dan muntah sebagai efek
samping dari pengobatan tersebut.
2.
Pola eliminasi
BAK dan BAB apakah ada kelainan sebelum dan sesudah,
dihubungkan dengan kasus myoma uteri, pengkajian ini untuk mengetahui sejauh
mana kelainan pada system eliminasi ini kebanyakan terganggu.
3.
Pola istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur sebelum dan setelah sakit apakah
ada, berapa jam waktu istirahat pada malam hari, kalau ada gangguan yang
dirasakan.
4.
Pola seksual
Bagaimana pola seksual selama ini, frekwensi setiap
minggu berapa kali, ada tidaknya keluhan yang terjadi setelah melakukan
hubungan seksual yang sesuai dengan gejala myoma uteri, yaitu perdarahan post
coital.
5.
Pola aktifitas pekerjaan
Bagaimana aktifitas pekerjaan sebelum sakit dan
sesudah apakah ada gangguan saat melakukan pekerjaan, apakah beban penyakit yang
dirasakan.
6.
Pola kebersihan diri dan lingkungan
Bagaimana uaha klien dalam menjaga kebersihan,
bagaimana keadaan lingkungan klien tinggal.
7.
Peran pola hubungan
Bagaimana hubungan klien dengan
keluarga dan sekitarnya, termasuk juga hubungan dengan dokter selama berada di
rumah sakit. Pola ini perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana penerimaan
klien terhadap saran yang diberikan.
8.
Pola pertahanan diri
Bagaimana cara klien dalam menghadapi penyakitnya.
b.
Data objektif
Yaitu data yang bisa diukur dilihat dan didengar. Pada
kasus ini kondisi klien cukup lemah dari perjalanan yang sudah cukup lama.
Pemeriksaan fisik, meliputi :
v
Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan klien secara umum, lemas,
kesadarannya. Pada kasus myoma uteri, perdarahan yang menyebabkan keadaan umum
penderita lemah.
v
Tanda vital
Tensi, suhu, respirasi, pernapasan normal atau tidak
karena tanda dan gejala klien dengan myoma uteri, yaitu klien dapat menjadi
takikardi, takipneu, hipotensi/hipertensi.
v
Status present
Kepala
: apakah ada kerontokan pada rambut karena pada kasus myoma uteri yang disertai
dengan nutrisi bisa menyebabkan rambut menjadi rontok
Mata
: melihat bagaimana keadaan konjungtiva
anemis tidak karena pada kasus myoma uteri terjadi perdarahan banyak yang
berakibat klien menjadi anemia dengan ditandai konjungtiva anemis
Mulut
: apakah ada stomatitis atau tidak, karena myoma uteri yang disertai dengan
kurangnya vitamin C menyebabkan timbulnya stomatitis
Gigi
: keadaan gusi apakah ada caries atau tidak, gingivitis
karena pada kasus myoma uteri dengan kurangnya nutrisi bisa menyebabkan
gingivitis
Leher
: apakah ada kelenjar yang membesar, karena myoma uteri terjadi
ketidakseimbangan hormone bisa juga menyebabkan pembesaran pada kelenjar tiroid
Jantung
: apakah sering terasa sakit dan berdebar-debar pada kaus myoma uteri biasanya
menyebabkan takikardi sehingga jantung berdebar
Abdomen
: bagaimana keadaan perut, tegang atau lemas, ada nyeri tekan atau tidak,
teraba massa di perut bagian bawah atau tidak, karena pada kasus myoma uteri
biasanya ada nyeri tekan dan teraba massa bagian bawah
2. Diagnosa
Keperawatan
Sebelum penatalaksanaan :
· Gangguan rasa nyaman
(nyeri) berhubungan dengan torsi bertangkai
· Gangguan keseimabngan
cairan berhubungan dengan oliguria
· Gangguan pola eliminasi
berhubungan dengan frekwensi berkemih dan disuria
·
Gangguan pola eliminasi : BAB berhubungan dengan penekanan rectum
·
Resti infeksi berhubungan dengan perforasi myoma akibat solusio plasenta
· Gangguang pola napas
berhungan dengan dispneu
· Resti gangguan poerfusi
jaringan berhubungan dengan syok hipovolemik
· Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan penurunan pembentukan ATP
· Ansietas berhubungan
dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, diagnosis dan
penatalaksanaan
· Kurangnya pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, diagnosis dan
penatalaksanaan
Sesudah
penatalaksanaan :
· Kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan luka insisi
· Risiko tinggi perubahan
nutrisim kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek dari pembedahan
· Risiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan dengan pemajanan terhadap mikroorganisme dan penurunan sel imun
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN SEBELUM PENATALAKSANAAN
|
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
1.
|
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan
dengan torsi bertangkai
|
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien mennunjukkan nyeri berkurang.
Kriteria hasil :
a.
Klien menyatakan nyeri hilang dan terkontrol
b.
Klien merasa nyaman
c.
Ekspresi wajah tidak menunjukkan menahan sakit seperti meringis, mengerutkan
dahi, menggigit bibir
d.
Kualitas nyeri menunjukkan skala 0-3
e.
Tidak melakukan perilaku distraksi dengan menentukan kegiatan yang berulang
atau gelisah
f.
Respon otomptik tidak menunjukkan :
o Diaporesis
o TD stabil 120/80
mmHg
o
Pola napas efektif 24x/mnt, tidak dispnea
o Nadi : 80-100x/mnt
o Suhu : 36,5-37,5
derajat celcius
|
Mandiri :
· Kaji
sumber nyeri dan sifat nyeri/ketidaknyamanan
·
Anjurkan penggunaan teknik relaksasi dan pernapasan terkontrol
·
Kaji stress psikologis klien/perasaan dan respon emosional terhadap kajian
·
Berikan lingkungan yang tenang dan aktifitas untuk mengalihkan rasa nyeri
intruksikan klien menggunakan metode relaksasi, distraksi, jelaskan prosedur.
·
Berikan tindakan kenyamanan (mis : masase gosokan punggung, sacrum, sandaran
bantal, berikan kompres jeruk)
Kolaborasi :
·
Berikan narkotik/sedative, berikan obat-obatan pra operatif bila
prosedur pembedahan diindikasikan
|
·
Membantu dalam menentukan respon keperawatan yang tepat. Tingkat
ketidaknyamanan berkenaan dengan aktivitas uterus dapat lebih intensif pada
klien dengan hipoksia miometrium yang dapat dihubungkan dengan pelepasan
plasenta (abtrupsio plasenta)
·
Mengurangi rasa nyeri
· Ansietas
sebagai respon terhadap situasi darurat dapat memperberat derajat
ketidaknyamanan karena sindrom ketegangan, takut nyeri
·
Dapat membantu dan menurunkan tinhkat ansietas dan karenanya mereduksi
ketidaknyamanan
·
Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan dan ansietas, serta meningkatkan
koping dan control klien
·
Meningkatkan kenyamanan akan menurunkan risiko komplikasi pembedahan
|
|
2.
|
Gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit berhubungan dengan oliguria
|
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien menunjukkan keseimbangan cairan
dan elektrolit adekuat.
Kriteria hasil :
a. Turgor
kulit baik
b.
Haluaran urin normal : 30-50ml/jam
c.
Mukosa mulut : lembab
d.
Peningkatan saliva
e.
TTV :
· TD: N (120/80mmHg)
· Suhu : 36-37,5
· RR : 16-20x/mnt
· N : 80-100x/mnt
· Ht : N (37-47)
|
Mandiri :
· Kaji
dan catat jumlah, tipe, dan sisi perdarahan ; timbang dan hitung pembalut,
simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi ulang oleh dokter
·
Pantau masukan dan haluaran urin ; perhatikan berat jenis urin
·
Kaji bibir dan membrane mukosa oral dan derajat salvasi
·
Posisikan klien dengan tepat, terlentang dan panggul ditinggikan
·
Catat TTV, pengisian kapiler pada dasar kuku, warna membran mukosa/kulit dan
susu, ukur tekanan sentral bila ada
Kolaborasi :
· Berikan infuse
1 atau 2 IV dari cairan isotonic atau elektrolit dengan kateter 18G atau
melalui jalur vena sentral. Berikan darah lengkap atau produk darah sesuai
indikasi
·
Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi (Ht dan Hb)
|
·
Perkirakan kehilangan darah, arterial versus vena, dan adanya bekuan-bekuan
membantu membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan penggantian
·
Penurunan haluaran urin dan peningkatan berat jenis urin menunjukkan
dehidrasi. Volume perfusi/sirkulasi adekuat menunjukkan dengan haluaran
30-50ml/jam atau lebih besar
·
Membrane mukosa/bibir yang kering dan penurunan saliva adalah indicator
lanjut dari dehidrasi
·
Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak, peninggian panggul
menghindari komplikasi
·
Membantu menentukan beratnya kehilangan darah meskipun sianosis dan perubahan
pada TD, nadu, adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan sirkulasi terjadinya
syok
·
Perlu untuk infuse cepat atau multiple dari cairan atau produk darah untuk
meningkatkan volumr sirkulasi dan mencegah pembekuan
·
Membantu dalam menentukan jumlah kehilangan darah. Setiap ml darah membawa
0,5 mgHb
|
|
3.
|
Gangguan pola eliminasi urin
berhubungan dengan peningkatan frekwensi berkemih dan disuria
|
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien menunjukkan pola eliminasi urin
kembali normal.
Kriteria hasil :
a.
Kantong kemih kosong
b. Klien berkemih secara teratur dan tuntas
c.
Haluaran urin normal 30-50 ml/jam
|
Mandiri :
·
Perhatikan pola berkemih dan awasi haluaran urin
· Palpasi
kantong kemih
·
Berikan informasi tentang tanda/gejala ISK. Tekankan perlunya melaporkan
tanda-tanda infeksi ke petugas kesehatan serta tidak meminum obat sampai pemberitahuan
selanjutnya
·
Anjurkan untuk mempraktikan latihan Kegel (pengencangan perineum) sepanjang
hari
|
·
Dapatmengidentifikasi jumlah urin
·
Mengetahui distensi pada kantong kemih
·
Ibu yangn ISK berespon baik pada tindakan setelah diberikan informasi
·
Memperbaiki dukungan organ pelvis, menguatkan dan meningkatkan elastisitas
otot pubokoksigeus; lebih mengontrol perkemihan
|
|
4.
|
Gangguan popla eliminasi BAB
berhubungan dengan penekanan rektum
|
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien menunjukkan pola eliminasi (BAB)
normal/seperti biassa.
Kriteria hasil :
a.
Klien dapat kembali BAB seperti biasa
b. Tidak
adanya massa dalam abdomen
c. Klien tidak mengeluh adanya hemoroid saat
defekasi
|
Mandiri :
·
Auskkultasi adanya bising usus, perhatikan kebiasaan pengosongan normal
· Kaji
adanya hemoroid
·
Berikan laksatif, pelunak feses, supositoria, atau enema
|
·
Mengevaluasi fungsi usus
·
Perdarahan atau nyeri hemoroid dapat meningkatkan kemungkinan bahwa klien
akan menunda defekasi, yang akan memperberat
· Untuk
mengembalikan kebiasaan defekasi normal dan mencegah atau stress perineal
selam pengosongan
|
|
5.
|
Resti gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
syok hipovolemik
|
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x24 jam
diharapkan klien menunjukkan perfusi jaringan adekuat.
Kriteria hasil :
a.
TTV normal
b. Kulit
hangat, kering
c.
Tidak terdapat sianosis
|
Mandiri :
· Pantau
TTV
· Pantau
jumlah perdarahan
·
Pantau suhu kulit, palpasi denyut nadi perifer
Kolaborasi :
·
Beri terapi IV produk darah sesuai indikasi
·
Berikan obat-obatan anti embolik sesuai dengan indikasi
|
·
Merupakan indicator dari volume sirkulasi fungsi organ
·
Perdarahan lebih mengacu pada hipovolemia
·
Kulit dingin lembab, denyut nadi lemah menunjukkan penurunan sirkulasi
perifer
·
Volume sirkulasi, mendukung terjadinya perfusi jaringan
·
Membalikkan aliran darah vena dan mencegah aliran darah statis menurunkan
risiko trombosis
|
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN SETELAH PENATALAKSANAAN
|
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
1.
2.
|
Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan luka insisi
Risiko tinggi perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan efek dari pembedahan
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan klien dapat mencapai pemulihan luka dengan criteria
hasil :
a. Pemulihan jaringan
dengan baik
b. Tidak terjadi
komplikasi (infeksi)
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24
jam, klien tercukupi kebutuhan nutrisinya, dengan criteria hasil :
a. Peningkatan berat
badan
b. Tidak ada
tanda-tanda malnutrisi
c. Pengungkapan
pemahaman tentang nutrisi
d. Turgor kulit baik
e. TTV stabil
|
Mandiri :
· Beri pengutan pada balutan awal/penggantian sesuai indikasi. Gunakan
teknik aseptic yang kuat
· Secara
hahti-hati lepaskan perekat (sesuai arah pertumbuhan rambut) dan pembalut
pada waktu mengganti
· Gunakan
perekat yang halus/silk (hipoalergik atau perekat montgoumery/elastis untuk
membalut luka yang membutuhkan pergantian balutan yang sering)
· Periksa tegangan balutan. Beri perekat pada pusat insisi ke tepi luar
dari balutan luka. Hindari menutup kasa seluruh ekstremitas
·
Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit
·
Pantau tanda-tanda vita dengan sering, perhatikan demam, takikardi
Kolaborasi :
·
Gunakan korset pada abdominal bila dibutuhkan
·
Irigasi luka; Bantu dengan melakukan debridemen sesuai kebutuhan
Mandiri :
· Pantau
masukan makanan setiap hari
·
Ukur berat badan dan ketebalan llipatan kulit trisep (pengukuran
antropometrik lainnya sesuai indikasi)
·
Kontrol factor lingkungan (mis : bau tidak sedap). Hindari makanan yang
manis, berlemak dan pedas
· Ciptakan
suasana makan yang menyenangkan
·
Identifikasi pasien yang mengalami mual yang diantisipasi
·
Dorong penggunaan teknik relaksasi, visualisasi bimbingan imajinasi, latihan
sedang sebelum makan
Kolaborasi :
·
Berikan diet tinggi karbohidrat dan tinggi protein, dengan masukan cairan
adekuat
·
Berikan multivitamin, mis : B12 dan susu
·
Berikan antiemetik pada jadwal regular sebelum/selama dan setelah pemberian
antineoplastik
· Evaluasi
keefektifan antiemetik
· Rujuk ke
ahli gizi
|
·
Lindungi luka dari perlukaan mekanis dan kontaminasi
·
Mengurangi risiko trauma kulit dan gangguan pada luka
·
Menurunkan risiko terjadinya trauma kulit atau abrasi dan memberikan
perlindungan tambahan untuk kulit atau jaringan yang halus
·
Dapat mengganggu atau membendung sirkulasi pada luka sekaligus bagian distal
dari ekstremitas
·
Pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan luka/berkembangnya
komplikasi secara didni dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius
·
Mungkin indikatif terjadinya infeksi yang menunjang perlambatan pemulihan
luka dan pemisahan luka/dehisens
·
Memberi pengencangan tambahan pada insisi yang berisiko tinggi
·
Membuang jaringan nekrotik/luka eksudat untuk meningkatkan penyembuhan
·
Mengidentifikasi kekurangan nutrisi atau kebutuhan terapi
·
Membantu dalam identifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila berat
badan dan pengukuran antropometrik kurang dari normal
·
Lingkungan dapat mengurangi rasa mual atau muntah
·
Meningkatkan selera makan klien
· Mual
atau muntah psikogenik terjadi sebelum pembedahan dimulai secara umum tidak
berespon terhadap obat antiemetik
·
Mencegah/menurunkan awitan mual dan kemungkinan klien meningkatkan masukan
oral
·
Memberikan nutrient cukup untuk memperbaiki energi, mencegah penggunaan otot,
meningkatkan regenerasi jaringan/penyembuhan, dan keseimbangan elektrolit
·
Menggantikan kehilangan vitamin karena malnutrisi/anemia
·
Mual atau muntah menurunkan kemampuan dan efek samping psikologis dari
pembedahan yang menimbulkan stress
·
Individual
berespon secara berbeda pada semua obat. Antiemetik firstine mungkin tidak bekerja, memerlukan perubahan atau
kombinasi terapi obat
·
Berguna untuk program diet individu untuk memenuhi kebutuhan individu dan
menurunkan masalah berkenaan dengan malnutrisi protein/kalori dan defisiensi
mikronutrien
|
|
3.
|
Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pemajanan
terhadap mikroorganisme, penurunan sel imun
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24
jam, klien tidak mengalami infeksi akibat komplikasi penyakit, dengan
criteria hasil :
a. Mencapai
penyembuhan luka tepat waktu bebas eksudat purulen
b. Tidak demam
|
Mandiri :
·
Control infeksi, sterilisasi, dan prosedur/kebijakan aseptic
· Pantau
suhu tubuh
· Tekankan
pentingnya hygiene oral
· Uji
kesterilan semua peralatan
·
Ulangi studi laboratorium untuk kemungkinan infeksi sistemik
·
Periksa kulit untuk memeriksa adanya infeksi yang terjadi
·
Identifikasi gangguan pada teknik aseptic dan atasi dengan segera pada waktu
terjadi
Kolaborasi :
· Lakukan
irigasi luka yang banyak
· Dapatkan
specimen kultur/pewarnaan Gram
· Berikan
antibiotic sesuai petunjuk
|
·
Tetapkan mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi
·
Identifikasi dini proses infeksi memungkinkan terapi yang tepat untuk dimulai
dengan segera
·
Terjadinya stomatitis meningkatkan risiko infeksi/pertumbuhan sekunder
·
Benda-benda yang dipaket mungkin steril, meskipun demikian setiap benda harus
secara teliti diperiksa kesterilannya, adanya kerusakan pada pemaketan, efek
lingkungan pada paket dan teknik pengiriman sterilisasi paket/tanggal
kadaluarsa, nomor lot/seri harus didokumentasikan jika perlu
·
Peningkatan SDP akan mengindikasikan adanya infeksi dimana prosedur operasi
akan mengurangi atau munculnya infeksi sistemik/organ. Dimana mungkin dapat
menyebabkan kontra indikasi dari prosedur pembedahan dan/atau anestesi
·
Gangguan pada integritas kulit atau dekat dengan lokasi operasi atau sumber
kontaminasi luka. Menggunting/bercukur secara berhati-hati adalah imperative
untuk mencegah abrasi
·
Kontaminasi dengan lingkungan/kontak personal akan menyebabkan daerah yang
steril menjadi tidak steril sehingga dapat meningkatkan risiko infeksi
·
Dapat digunakan pada intra operasi untuk mengurangi jumlah bakteri pada
lokasi dan pembersihan luka debris, mis : tulang, jaringan iskemik,
kintaminan usus, toksin
·
Identifikasi segera tipe-tipe organisme infeksi dengan pewarnaan Gram, yang
memungkinkan diperlukannya pengobatan yang sesuai pada waktu identifikasi
yang lebih khusus melalui kultur dapat diperoleh dalam waktu beberapa
hari/jam
·
Dapat diberikan secara profilaksis bila dicurigai terjadinya infeksi atau
kontaminasi
|
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E. Marilyn. 2001. Rencana Perawatan
Maternal/Bayi. Jakarta : EGC.
Gale, Danielle. Charotte, Jane. 2000.Rencana Asuhan
Keperawatan Onkologi. EGC. Jakarta
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.
Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Simposium Obstetri. Jilid I. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, S. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka FKUI.
Prawirohardjo, S. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka FKUI.
Sylvia, A.P. Lorraine, Mc Carty. 1995. Patofisiologi. Jakarta. EGC
Wiknjosastro, H. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
PATHWAY

Comments
Post a Comment