LAPORAN PENDAHULUAN DHF
LAPORAN PENDAHULUAN
DHF
A. Definisi
DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut
yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini
sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri
otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic
Fever ( DHF ).
Demam berdarah
dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang
masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi &
Yuliani, 2001).
B. Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue
disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae.
Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 mm terdiri dari asam ribonukleat
rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 106.
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1,
DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah
dengue. Keempat serotipe ditemukan di indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe
terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotipe dengue dengan flavivirus lain
seperti yellow fever, japanese encehphalitis dan west nille virus.
Dalam laboratorium virus dengue dapat bereplikasi pada
hewan mamalia seperti tikus, kelinci,anjing, kelelawar, dan primate. Survei
epidemiologi pada hewan ternak di dapatkan antibodi terhadap virus dengue pada
hewan kuda, sapi dan babi. Penelitian pada artropoda menunjukkan virus dengue
dapat bereplikasi pada nyamuk genus aedes ( stegomyia ) dan toxorhynchites. (
Suhendro,2007 : 1709 )
C. Klasifikasi
WHO, mengklasifikasikan
DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain,
tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif,
trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah
dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis,
melena, perdarahan gusi. Ditemukan pula perdarahan kulit.
3. Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan
peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt) tekanan nadi sempit
, tekanan darah menurun.
4. Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur,anggota
gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
D. Manifestasi
Klinik
Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan
derajat penyakitnya, tanda dan gejala lain adalah :
1. Hati
membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.
2. Asites
3. Cairan
dalam rongga pleura (kanan)
4. Ensephalopati
: kejang, gelisah, sopor koma.
E. Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh,
pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan,
timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial
seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada
DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang
menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan DHF ialah meningginya
permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan
serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan
intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya
hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah
ekstravaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu
dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi
sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi
anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF
adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia,
gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin
disebabkan proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam
peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh
kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system
koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/DSS, terutama pada pasien
dengan perdarahan hebat.
F. Pemeriksaan
Penunjang
1. Uji
laboratorium
2.
Deteksi virus / antigen
virus
3. Pemeriksaan darah lengkap
4. Kimia
darah
5. Faal
haemostasis
6. Blood
Gas Analisa (BGA)
7. Elektrolit
8. Urine
9. Foto
thorax
10. EKG
(electro Kardio Grafi)
G. Penatalaksanaan
Indikasi
rawat inap pada dugaan infeksi virus dengue :
Ø Panas
1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang) atau
kejang-kejang.
Ø Panas
3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet positif /
negatif, kesan sakit keras (tidak mau bermain), Hb dan PCV meningkat.
Ø Panas
disertai perdarahan
Ø Panas
disertai renjatan.
Belum
atau tanpa renjatan:
1. Grade
I dan II :
a. Oral
ad libitum atau
b. Infus
cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10
kg atau 50 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg bersama-sama diberikan
minuman oralit, air buah atau susu secukupnya.
Untuk kasus yang menunjukkan gejala
dehidrasi disarankan minum sebanyak-banyaknya dan sesering mungkin.
Apabila anak tidak suka minum sama
sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus diberikan sesuai dengan
kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai
berikut :
·
100 ml/Kg BB/24 jam,
untuk anak dengan BB < 25 Kg
·
75 ml/KgBB/24 jam, untuk
anak dengan BB 26-30 kg
·
60 ml/KgBB/24 jam, untuk
anak dengan BB 31-40 kg
·
50 ml/KgBB/24 jam, untuk
anak dengan BB 41-50 kg
·
Obat-obatan lain :
antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk anti panas, darah 15
cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
Dengan Renjatan ;
2. Grade
III
a. Berikan
infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi
terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt
dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan
tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan
kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk
dibagi dengan sisa waktu (24 jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi
renjatan). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm diperhitungkan sebagai berikut
:
·
100 mL/Kg BB/24 jam untuk
anak dengan BB < 25 Kg
·
75 mL/Kg BB/24 jam untuk
anak dng berat badan 26-30 Kg.
·
60 mL/Kg BB/24 jam untuk
anak dengan BB 31-40 Kg.
·
50 mL/Kg BB/24 jam untuk
anak dengan BB 41-50 Kg.
b. Apabila
satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan tensi masih
terukur kurang dari 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita
tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau yang lainnya)
sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun
waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan
cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu
setelah dapat mengatasi renjatan.
c. Apabila
satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam keadaan
tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah,
akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma atau plasma
ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang
maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1.1 Identitas
DHF
merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja
dan dewasa ( Effendy, 1995 )
1.2 Keluhan
Utama
Pasien
mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan
menurun.
1.3 Riwayat
penyakit sekarang
Riwayat
kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh,
sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.
1.4 Riwayat
penyakit terdahulu
Tidak
ada penyakit yang diderita secara specific.
1.5 Riwayat
penyakit keluarga
Riwayat
adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena
penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides
aigepty.
1.6 Riwayat
Kesehatan Lingkungan
Biasanya
lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban
bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang
dibersihkan.
1.7 Riwayat
Tumbuh Kembang
1.8 Pengkajian
Per Sistem
1.8.1
Sistem Pernapasan
Sesak,
perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada
simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
1.8.2
Sistem Persyarafan
Pada
grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV
dapat trjadi DSS
1.8.3
Sistem Cardiovaskuler
Pada
grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni,
pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi,
cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba
dan tekanan darah tak dapat diukur.
1.8.4
Sistem Pencernaan
Selaput
mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa,
pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri
saat menelan, dapat hematemesis, melena.
1.8.5
Sistem perkemihan
Produksi
urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat
kencing, kencing berwarna merah.
1.8.6
Sistem Integumen.
Terjadi
peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji
tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan
pada kulit.
B. Diagnosa
Keperawatan
1. Hipertermi b/d proses infeksi virus
dengue
2. Risiko terjadi syok hypovolemik
berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh.
3. Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi yang tidak adekuat
akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
C. Intervensi
|
No
|
Diagnosa
|
NOC
|
NIC
|
|
1
|
Hipertermi b/d proses infeksi virus dengue
|
NOC : Thermoregulation
Kriteria Hasil : v Suhu tubuh dalam rentang normal v Nadi dan RR dalam rentang normal v Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman |
NIC :
Fever treatment
·
Monitor
suhu sesering mungkin
·
Monitor
IWL
·
Monitor warna dan suhu kulit
·
Monitor tekanan darah, nadi dan RR
·
Monitor
penurunan tingkat kesadaran
·
Monitor
WBC, Hb, dan Hct
·
Berikan anti piretik
·
Selimuti pasien
·
Berikan cairan intravena
·
Kompres pasien pada lipat paha dan
aksila
Temperature regulation
§ Monitor suhu minimal tiap 2 jam § Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi § Tingkatkan intake cairan dan nutrisi § Berikan anti piretik jika perlu Vital sign Monitoring § Monitor TD, nadi, suhu, dan RR |
|
2
|
Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit
|
NOC :
v Pain
Level,
v Pain
control,
v Comfort
level
Kriteria Hasil :
·
Mampu
mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,
·
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
·
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri)
·
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
·
Tanda
vital dalam rentang normal
|
NIC :
Pain
Management
§ Lakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
§ Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
§ Kurangi faktor
presipitasi nyeri
§ Pilih
dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
§ Kaji
tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
§ Ajarkan tentang
teknik non farmakologi
§ Berikan analgetik
untuk mengurangi nyeri
§ Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
§ Tingkatkan istirahat
Analgesic Administration
§ Tentukan
lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
§ Cek
instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
§ Cek riwayat alergi
§ Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
§ Pilih
rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
§ Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
§ Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
|
|
3
|
Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu
makan yang menurun
|
NOC :
v Nutritional
Status : food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
·
Adanya
peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
·
Berat
badan ideal sesuai dengan tinggi badan
·
Mampu
mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
·
Tidak
ada tanda tanda malnutrisi
·
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
|
NIC :
Nutrition Management
§ Kaji adanya alergi
makanan
§ Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
§ Anjurkan
pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
§ Yakinkan
diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
§ Ajarkan pasien
bagaimana membuat catatan makanan harian.
§ Monitor
jumlah nutrisi dan kandungan kalori
§ Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
§ BB pasien dalam batas
normal
§ Monitor adanya
penurunan berat badan
§ Monitor
kulit kering dan perubahan pigmentasi
§ Monitor turgor kulit
§ Monitor
kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
§ Monitor mual dan
muntah
§ Monitor
kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
§ Monitor
pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
§ Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
§ Catat
jika lidah berwarna magenta, scarlet
|
DAFTAR PUSTAKA
1. Marsjoer A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi II Jilid I.
Jakarta : Media Aesculopius
2. Pusponegoro.H.D., dkk, 2004. Standar
Pelayanan Medis Kesehatan anak. Edisi I. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
3. Ralph & Rosenberg, 2003. Nursing
Diagnoses: Definition & Classification 2005-2006, Philadelphia USA.
4. Price,
Sylvia A, dkk.2006.Patofisiologi volume 1.Jakarta:EGC.Suyono, Slamet,
dkk.2001.Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi ketiga.Jakarta:Balai Penerbit
FKUI.
5. Suyono,
Slamet, dkk.2001.Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi ketiga.Jakarta:Balai
Penerbit FKUI.
6.
NANDA. 2015.
Nursing Diagnosis-NIC NOC. EGC. Jakarta
7.
Perry and
Potter. 2006. Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta
DOWNLOAD FILE DOKUMENNYA DISINI
Comments
Post a Comment