MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN LUKA KAKI DIABETIK


MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN LUKA KAKI DIABETIK

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
                Gangren adalah luka yang terinfeksi disertai dengan adanya jaringan yang mati. Komplikasi Diabetes Mellitus (DM) yang paling berbahaya adalah komplikasi pada pembuluh darah. Pembuluh darah besar maupun kecil ataupun kapiler penderita DM mudah menyempit dan tersumbat oleh gumpalan darah (angiopati diabetik)
            Jika sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai (makroangopati diabetik) tungkai akan lebih mudah mengalami gangren diabetik, yaitu luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk. Bila sumbatan terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar, penderita DM akan merasa tungkainya sakit sesudah ia berjalan pada jarak tertentu, karena aliran darah ke tungkai tersebut berkurang dan disebut claudicatio intermitten.
            Beberapa faktor secara bersama-sama berperan pada terjadinya ulkus/gangren diabetes. Dimulaidari faktor pengelolaan penderita DM terhadap penyakitnya yang tidak baik, adanya neuropati perifer dan autonom, faktor komplikasi vaskuler yang memeperburuk aliran darah ke kaki tempat luka, faktor kerentanan terhadap infeksi akibat respons kekebalan tubuh yang menurun pada keadaan DM tidak terkendali, serta kemudian faktor ketidaktahuan pasien sehingga terjadi masalah gangren diabetik
B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
      Untuk mengetahui luka kaki diabetik (gangren) dan teknik perawatannya
2.      Tujuan Khusus
a.       Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud gangren
b.      Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud etiologi ganren
c.       Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud patofisiologi gangren
d.      Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud klasifikasi gangren
e.       Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud teknik perawatan luka konvensional dan modern
C.    Manfaat
            Diharapkan dengan adanya materi ini dapat mempermudah untuk memahami luka kaki diabetik (gangren) dan teknik perawatan luka yang benar.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Luka Gangren
2.1.1. Definisi
            Gitarja (2008) memaparkan definisi luka kronik yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan dikarenakan adanya faktor yang mempengaruhinya seperti umur, nutrisi, imunologi pemakaian obat-obatan dan kondisi metabolik. Alex (2006) menambahkan bahwa luka kronik yang paling sering ditemui adalah luka ekstremitas bawah yang mencapai 98% kasus berhubungan dengan penyakit diabetes dan pembuluh darah. Alex (2006) juga mengatakan bahwa luka kaki diabetik merupakan luka kronik yang paling banyak ditemui pada penderita diabetes melitus
            Luka Kaki Diabetik (LKD) adalah kerusakan sebagian (partial thickness) atau keseluruhan (full thickness) pada kulit yang dapat meluas kejaringan dibawah kulit, tendon, otot, tulang atau persendian yang terjadi pada seseorang yang menderita penyakit DM (Parmet, 2012).
            Gouin (2012) melakukan pengukuran berulang terkait stress yang dapat berpengaruh pada penyembuhan luka, hasil dari pengukuran tersebut menunjukkan bahwa stres psikologis dapat memodulasi proses penyembuhan luka. Stres psikologis dapat memiliki dampak besar dan relevan secara klinis pada penyembuhan luka. Respon stres fisiologis dapat langsung mempengaruhi proses penyembuhan luka dengan melibatkan beberapa hormon, Hormon yang berpengaruh diantaranya glukokortikoid, ketokalamin, oksitosin dan vasopressin, serta produksi sitokinin.
2.1.2. Etiologi
1. Neuropati diabetik.
            Adalah kelainan urat saraf akibat DM karena tinggi kadar dalam darah yang bisa merusak urat saraf penderita dan menyebabkan hilang atau menurunnya rasa nyeri pada kaki, sehingga apabila penderita mengalami trauma kadang-kadang tidak terasa.
            Gejala-gejala Neuropati : Kesemitan, rasa panas (wedangan : bahasa jawa), rasa tebal ditelapak kaki, kram, badan sakit semua terutama malam hari.
2. Angiopati Diabetik (Penyempitan pembuluh darah)
             Pembuluh darah besar atau kecil pada penderita DM mudah menyempit dan tersumbat oleh gumpalan darah. Apabila sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang/ besar pada tungkai maka tungkai akan mudah mengalami gangren diabetik yaitu luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau busuk. Adapun angiopati menyebabkan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotik terganggu sehingga menyebabkan kulit sulit sembuh.
3. Infeksi
    Infeksi sering merupakan komplikasi akibat berkurangnya aliran listrik (neoropati)
4. Gangren terjadi akibat infeksi oleh bakteri klostridium, yang merupakan bakteri anareob (tumbuh bia tidak ada oksigen). Selama pertumbuhannya, klostridium menghasilkan gas, sehingga infeksinya disebut gas gangren.
            Gangren biasanya terjadi di bagian tubuh yang mengalami cedera atau pada luka operasi. Sekitar 30% kasus terjadi secara spontan. Bakteri klostridium menghasilkan berbagai racun, 4 diantaranya (alfa, beta, epsilon, iota) menyebabkan gejala-gejala yang bisa berakibat fatal. Selain itu,  terjadi kematian jaringan (nekrosis),  penghancuran sel darah (hemolisis),vasokonstriksi dan kebocoran pembuluh darah.
2.1.3. Patofisiologi
                Diabetes mellitus dalam waktu yang lanjut akan menyebabkan komplikasi angiopathy dan neuropathy. Kedua hal ini merupakan penyebab dasar terjadinya gangren.
1.      Angiopathy
            Terjadinya angiopathy diabetik dipengaruhi oleh factor genetic, factor metabolic, dan factor penunjang lain seperti kebiasaan merokok, hipertensi dan keseimbangan insulin. Factor genetic seperti type HLA tertentu pada penderita diabetes, walaupun dengan kadar gula darah rendah, sudah cukup untuk menimbulkan mikroangiopathy diabetik yang luas serta memacu timbulnya mikrotrombus yang akhirnya menyumbat pembuluh darah.
            Faktor metabolik yang berpengaruh adalah regulasi diabetes mellitus, dislipidemia dan glikogenesis dari protein. Khusus untuk dislipidemia terdapat peningkatan factor aterogenik berupa kolesterol LDL. Komponen lemak ini memegang peran utama dalam patogenesis angiopathy diabetik. Secara umum angipathy dapat dibagi dalam dua jenis yaitu makroangiopathy dan mikroangiopathy.
2.      Makroangiopathy
            Makroangiopathy bukanlah hanya melibatkan pembuluh dasar besar saja, tapi juga melibatkan pembuluh darah kecil. Langkah pertama untuk terjadinya makroangipathy adalah rusaknya sel endotel oleh karena pengaruh lemak atau oleh karena pengaruh tekanan darah. Keadaan ini diikuti oleh melekatnya dan berkumpulnya sel-sel platelet. Kejadian ini berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan non diabetes. Platelet ini mempunyai pengaruh stimulasi terhadap proliferasi otot polos. Sel otot dari tunika media akan berproliferasi kedalam tunika intima dan kedalam lumen dari  pembuluh “Clot” ataupun “plaque” yang terbentuk akan terdiri dari deposit-deposit lemak, platelets, dan sel otot.
3.      Mikroangiopathy
            Lesi yang terutama pada angiopathy dan merupakan tanda dari diabetik “vascular disease” adalah penebalan dari membrana basalis kapiler. Penebalan ini semakin nyata bila perjalanan penyakit diabetes semakain lama, dan mungkin ada hubungan dengan tingkat kontrol terhadap gula darah, walaupun penyataan ini masih memerlukana penelitian lebih lanjut. Sebagian besar pembuluh darah mengalami penebalan membrana basalis. Patologis yang pasti tentang terjadinya penebalan membrana basalis ini belum diketahui. Tetapi telah dapat ditejukkan bahwa membrana basalis yang menebal ini permaebilitasnya meningkat terhadap cairan dan protein. Hal ini akan menghalangi masuknya leukosit lebih jauh ke dalan cairan interstitial dan akan menyebabkan menurunnya pertahanan terhadap infeksi bakteri

2.1.4. Klasifikasi
            Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetik yaitu klasifikasi oleh Edmonds dari King’s College Hospital London, klasifikasi Liverpool, klasifikasi Wagner, klasifikasi Texas, serta yang lebih banyak digunakan adalah yang dianjurkan oleh International Working Group On Diabetik Foot karena dapat menentukan kelainan apa yang lebih dominan yakni vaskular, infeksi dan neuropati, sehingga arah pengelolaan dalam pengobatan dapat tertuju dengan baik, namun pada penelitian ini klasifikasi yang digunakan adalah klasifikasi berdasarkan Wagner

1.      Klasifikasi Menurut Edmonds
Stage 1 : Normal foot
Gambar 2.3.1. Kaki yang normal

Stage 2: High risk foot
Gambar 2.3.2. Kaki degan risiko tinggi

Stage 3 : Ulcerated Foot
Gambar 2.3.3 Kaki dengan luka terbuka

Stage 4 : Infected foot
Gambar 2.3.4. Kaki dengan luka infeksi

Stage 5 : Necrotic foot
Gambar 2.3.5. Kaki dengan luka disertai jaringan nekrosis
 
Stage 6 : Unsaivable foot

 Gambar 2.3.6. Kaki yang tidak terselamatkan 

1.       Klasifikasi menurut Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi 6 tingkatan:
a.       Derajat 0: Tidak ada lesi, kulit masih utuh dgn kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki
b.      Derajat I: Ulkus superficial terbatas pada kulit
c.       Derajat II: Ulkus dalam menembus tendon dan tulang
d.      Derajat III: Abses dalam, dengan atau tanpa osteomilitis
e.       Derajat IV: gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau selulitis.
f.       Derajat V: gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai
2.      Klasifikasi menurut Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi 2 golongan :
a.      Kaki diabetik akibat iskemi: Disebabkan oleh penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati (arterosklerosis) dari pembuluh darah besar di tungkai terutama di betis.
b.      Kaki diabetik akibat neuropati
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tdk ada ggn dari sirkulasi.
Secara klinis: dijumpai kaki yg kering,     hangat, kesemutan, mati rasa, edema kaki dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba baik.
2.2. Manajemen Kaki Diabetik
2.3. Perawatan Luka Gangren
2.2.1. Definisi
            Perawatan luka gangren : Melakukan perawatan luka akibat dari komplikasi penyakit diabetes melitus (Perry & Potter, 2006)
2.2.2. Tujuan
a.    Mencegah meluasnya infeksi
b.    Memberi rasa nyaman pada klien
c.    Mengurangi nyeri
d.   Meningkatkan proses penyembuhan luka

2.2.3 Indikasi Perawatan
Perawatan luka gangren dapat dilakukan pada luka gangren diabetik yang kotor dan bersih

2.2.4. Prinsip Perawatan
a. Perawatan luka dilakukan jika luka kotor/luka basah
b. Perhatikan teknik aseptik dan antiseptic
c. Ganti sarung tangan diantara tindakan “bersih” dan “kotor”
d. Pisahkan peralatan bersih dan steril
e. Balutan diberikan sesuai kondisi luka: basah, kering, steril dan luka terkontaminasi

2.2.5. Hal-hal yang harus diperhatikan
a.       Melihat kondisi luka pasien: luka kotor/tidak, ada pus atau jar.nekrotik?
  1. Setelah dikaji baru dilakukan perawatan luka.
  2. Untuk perawatan luka biasanya menggunakan antiseptik ( NaCl) dan kassa steril.

2.2.6.Pra orientasi
2.2.6.1. Persiapan alat untuk perawatan
a. Alat Steril ( baki instrument berisi ) :
1.      1 Pinset anatomi
2.      2 pinset chirurgis
3.      1 klem arteri
4.      1 gunting jaringan
5.      Kassa dan deppers steril secukupnya
6.      Kom kecil untuk larutan 2 buah
7.      Sarung tangan steril
8.      Kapas lidi
a.    Alat Tidak Steril:
1.         Larutan NaCl 0,9 %
2.         Handscone bersih
3.         Pinset anatomi bersih
4.         Verban/plester  hipoalergik
5.         Verban elastic, gunting verban
6.         Spuit 50 cc dan 10 cc
7.         Pengalas/perlak
8.         Tempat sampah atau kantong plastik, bengkok
9.         Antiseptik: Iodine (jika perlu), alkohol.
10.     Sampiran
11.     Masker, dan scort jika perlu
b.   Peralatan balutan modern
1.         Hidroaktif gel
2.         Calsium alginate
2.2.7. Orientasi Pasien
1.      Menyiapkan pasien sesuai kebutuhan
2.      Mengucapkan salam teraupetik dan memperkenalkan diri
3.      Meminta persetujuan pasien
4.      Melakukan kontrak (waktu, tempat dan topik)
5.      Menjelaskan tujuan dilakukan prosedur
6.      Menjelaskan langkah prosedur
7.      Melakukan evaluasi/validasi
2.2.8. Kerja  
Prosedur pelaksanaan:
1)      Tutup pintu atau psang sampiran di sekitar klien
2)       Atur posisi yang nyaman bagi klien untuk memudahkan daerah luka dapat dijangkau dengan mudah
3)      Sediakan perlatan yang diperlukan dalam troley di samping pasien.
4)      Cuci tangan, gunakan sarung tangan bersih,
5)      Pasang pengalas
6)      Letakkan bengkok atau kantong plastik di dekat klien
7)      Buka balutan luka dengan menggunakan gunting verban. Bila balutan lengket pada luka, basahi balutan yang menempel pada luka dengan NaCl 0,9% dan angkat balutan dengan pinset secara hati-hati.
8)      Kaji kondisi sekitar luka:
a.       Lokasi luka dan jaringan tubuh yang rusak, ukuran luka meliputi luas dan kedalaman luka (arteri, vena, otot, tendon dan tulang).
b.      Kaji ada tidaknya sinus
Kondisi luka kotor atau tidak, ada tidaknya pus, jaringan nekrotik, bau pada luka, ada tidaknya jaringan granulasi (luka berwarna merah muda dan mudah berdarah).
9)      Lakukan penutupan luka:
a.       Teknik balutan modern
1.      Hidroaktif gel :
Digunakan untuk mengisi jaringan mati/nekrotik,mendukung terjadinya autolitik debridement, membuat kondisi lembab pada luka ynag kering/nelrotik, luka ynag berwarna kuning dengan eksudat minimal.
2.      Calsium Alginate
Digunakan sebagai absorban, mendukung granulasi pada luka.  Digunakan pada warna luka merah, eksudat dan mudah berdarah.
2.2.9. Evaluasi
1.      Mencatat hasil tindakan perawatan luka pada dokumen/catatan keperawatan
2.      Perhatikan teknik asepthik dan antiseptik
3.      Jaga privasi klien
4.      Perhatikan jika ada pus / jaringan nekrotik
5.      Catat karakteristik luka

BAB III
PENUTUP
1.1.Kesimpulan
            Gangren adalah proses atau keadaan yg ditandai dengan adanya jaringan mati atau nekrosis namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yg disebabkan oleh infeksi. Sedangkan perawatan luka gangrene merupakan perawatan luka akibat dari komplikasi penyakit diabetes mellitus. Hal yang harus diperhatikan adalah penggunaan alat bersih dan steril, selain itu teknik septik dan aeptik. Teknik perawatan luka  yang digunakan adalah teknik  konvensional dan teknik perawatan luka modern.
1.2.Saran
1.      Perhatikan teknik septik dan aseptik
2.      Menghilangkan jaringan yang kemungkinan akan terkontaminasi sehingga dilindungi terhadap invasi bakteri
3.      Menghilangkan jaringan yang nekrosis

DOWNLOAD FILE



Comments

Popular posts from this blog

DOWNLOAD CONTOH SURAT LAMARAN DAPUR MBG

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. M.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM (HIPERTERMIA)

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SYOK SEPSIS DI RUANG ICU