LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS


LAPORAN PENDAHULUAN
HIDROSEFALUS

A.    DEFINISI HIDROCEPHALUS
 Hidrocephalus merupakan keadaan yang disebabkan gangguan keseimbangan antara produksi dan absorpsi cairan serebrospinal dalam sistem ventrikel otak. Jika produksi CSS lebih besar daripada absorpsi, CSS akan terakumulasi dalam sistem ventrikel, dan biasanya peningkatan tekanan akan menghasilkan dilatasi pasif ventrikel (Wong,2009).
Hidrocephalus adalah kelainan dimana terjadi peningkatan jumlah cairan cerebrospinal dalam rongga otak dan atau spinal (Mansjoer, 2008).
Hidrocephalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertmbahnya cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal (Ngastiyah,2007).
Hidrocephalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor (Mualim, 2010)

B.    KLASIFIKASI HIDROCEPHALUS
Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua.
  • Kongenital
    Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga ;
o   Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil
o   Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.

  • Didapat
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana pengobatannya tidak tuntas. Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan intrakranial.Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital dengan di dapat terletak pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya.
Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu:
·         Hydrocephalus komunikan
Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat aliran bebas CSF dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan. Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP).
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP).
·         Hydrocephalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel sehingga menghambat aliran bebas dari CSF. Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan.
Biasanya diakibatkan obstruksi dalam sistem ventrikuler yang mencegah bersikulasinya CSF. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan dengan malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka. Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada sistem ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system ventricular. Pada klien dengan garis sutura yag berfungsi atau pada anak – anak dibawah usia 12 – 18 bulan dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda – tanda dan gejala – gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak – anak yang garis suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala.
·         Hidrocephalus Bertekan Normal ( Normal Pressure Hidrocephalus )
Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi jaringan serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal, gejala – gejala dan tanda – tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus (Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemingkinan ditemukan hubungan tersebut.

C.    ETIOLOGI HIDROCEPHALUS
Penyebab pasti terjadinya kelainan bawaan sampai sekarang masih belum jelas. Biasanya terjadi pada kehamilan yang si ibu masih muda usianya, dan disebabkan oleh:
1.         Kekurangan oksigen (hipoksia)
2.         Radiasi
3.         Kekurangan nutrisi
4.         Radang atau infeksi
5.         Cedera atau trauma
6.         Obat-obatan
7.         Hormonal
Pada hidrosefalus, pengumpulan cairan otak yang berlebihan dalam ruangan otak dapat terjadi karena:
1.    Produksi cairan otak yang berlebihan
2.    Gangguan aliran cairan otak
3.    Gangguan proses penyerapan (absorbsi) cairan otak

Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah: 
1.      Kelainan Bawaan (Kongenital)
a.       Stenosis akuaduktus Sylvii
Merupakan penyebab yang terbanyak pada hidrosefalus bayi dan anak (60-90%). Insidensinya berkisar antara 0,5-1 kasus/1000 kelahiran. Stenosis ini bukan berasal dari tumor. Ada tiga tipe stenosis :
·         Gliosis akuaduktus: berupa pertumbuhan berlebihan dari glia fibriler yang menyebabkan konstriksi lumen.
·         Akuaduktus yang berbilah (seperti garpu) menjadi kanal-kanal yang kadang dapat tersumbat.
·         Obstruksi akuaduktus oleh septum ependim yang tipis (biasanya pada ujung kaudal).
Akuaduktus dapat merupakan saluran buntu sama sekali atau abnormal lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrocephalus terlihat sejak lahir atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir. Stenosis ini bisa disebabkan karena kelainan metabolisme akibat ibu menggunakan isotretionin (Accutane) untuk pengobatan acne vulgaris. Oleh karena itu penggunaan derivat retinol (vitamin A) dilarang pada wanita hamil. Hidrosefalus iatrogenik ini jarang sekali terjadi, hal ini dapat disebabkan oleh hipervitaminosis A yang akut atau kronis, di mana keadaan tersebut dapat mengakibatkan sekresi likuor menjadi meningkat atau meningkatnya permeabilitas sawar darah otak. Stenosis ini biasanya dapat bersamaan dengan malformasi lain seperti: malformasi Arnold chiari, ensefalokel oksipital (Lott et al, 1984).
b.      Spina bifida dan kranium bifida
Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata dan serebelum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total. Anomali Arnold-chiari ini dapat timbul bersama dengan suatu meningokel atau suatu meningomielokel.
c.       Sindrom Dandy-Walker
Malformasi ini melibatkan 2-4% bayi baru lahir dengan hidrosefalus. Etiologinya tidak diketahui. Malformasi ini berupa ekspansi kistik ventrikel IV dan hipoplasi vermis serebelum. Kelainan berupa atresia kongenital foramen Luschka dan Magendie dengan akibat hidrosefalus obstruktif dengan pelebaran sistem ventrikel terutama ventrikel IV yang dapat sedemikian besarnya hingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa posterior. Hidrosefalus yang terjadi diakibatkan oleh hubungan antara dilatasi ventrikel IV dan rongga subarakhnoid yang tidak adekuat, dan hal ini dapat tampil pada saat lahir, namun 80% kasusnya biasanya tampak dalam tiga bulan pertama. Kasus semacam ini sering terjadi bersamaan dengan anomali lainnya seperti: agenesis korpus kalosum, labiopalatoskisis, anomali okuler, anomali jantung, dan sebagainya.
d.      Kista araknoid
Dapat terjadi kongenital tetapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu hematoma.
e.       Anomali pembuluh darah
Dalam kepustakaan dilaporkan terjadinya hidrosefalus akibat aneurisma arterio-vena yang mengenai arteria serebralis posterior dengan vena Galeni atau sinus transversus dengan akibat obstruksi akuaduktus.


2.      Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi ruangan subaraknoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat purulen di akuaduktus Sylvii atau sisterna basalis. Lebih banyak hidrosefalus terdapat pasca meningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitisnya. Secara patologis terlihat penebalan jaringan piamater dan araknoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar sisterna kiasmatika dan interpedunkularis, sedangkan pada meningitis purulenta lokalisasinya lebih tersebar. Selain karena meningitis, penyebab lain infeksi pada sistem saraf pusat adalah karena toxoplasmosis (Ngoerah, 1991). Infeksi toxoplasmosis sering terjadi pada ibu yang hamil atau penderita dengan imunokompeten (Pohan, 1996). Penularan toxoplasmosis kepada neonatus didapat melalui penularan transplasenta dari ibu yang telah menderita infeksi asimtomatik. Dalam bentuk infeksi subakut, tetrade yang menyolok adalah perkapuran intraserebral, chorioretinitis, hidrosefalus atau mikrosefalus, dan gangguan psikomotor dan kejang-kejang (Pribadi, 1983).
3.      Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. Pengobatan dalam hal ini ditujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak mungkin dioperasi, maka dapat dilakukan tindakan paliatif dengan mengalirkan CSS melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, sedangkan penyumbatan bagian depan ventrikel III biasanya disebabkan suatu kraniofaringioma.
4.      Perdarahan
Telah banyak dibuktikan bahwa perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri. Hal tersebut juga dapat dipicu oleh karena adanya trauma kapitis (Hassan et al, 1985).
Selanjutnya hidrosefalus dengan penyebab pertama tersebut diatas dikelompokan sebagai hidrosefalus kongenitus, sedangkan penyebab kedua sampai ke empat dikelompokkan sebagai hidrosefalus akuisita. Sebab-sebab prenatal merupakan faktor yang bertanggung jawab atas terjadinya hidrosefalus kongenital yang timbul in-utero dan kemudian bermanifestasi baik in-utero ataupun setelah lahir. Sebab-sebab ini mencakup malformasi (anomali perkembangan sporadis), infeksi atau kelainan vaskuler. Pada sebagian besar pasien banyak yang etiologinya tidak dapat diketahui, dan untuk ini diistilahkan sebagai hidrosefalus idiopatik. Dari bukti eksperimental pada beberapa spesies hewan mengisyaratkan infeksi virus pada janin terutama parotitis dapat sebagai faktor etiologi (Ngoerah, 1991).

D.  PATOFISIOLOGI HIDROCEPHALUS
Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel lateral dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klein dengan type hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkankematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.

Pathway Hidrosefalus
E.    MANIFESTASI KLINIS HIDROSEFALUS (Mansjoer, 2008)
v  Masa bayi, tahap awal :
1.         Pertumbuhan kepala cepat dan abnormal
2.         Fontanela menonjol (terutama fontanela anterior) kadang-kadang tanpa pembesaran kepala: tegang,tidak berdenyut
3.         Dilatasi vena-vena kulit kepala
4.         Sutura terpisah
5.         Tanda macewen (bunyi perkusi seperti pot retak)
6.         Penipisan tulang tengkorak
v  Masa bayi, tahap lanjut;
1.         Pembesaran frontal atau penonjolan dahi
2.         Mata yang masuk ke dalam
3.         Tanda setting sun – sklera terlihat di atas iris
4.         Refleks pupil lamban, respon terhadap cahaya tidak sama
5.         Mengalami kesulitan pergerakan
6.         Kerusakan saraf yang memberikan gejala kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran, motoris atau kejang, kadang – kadang gangguan pusat vital, bergantung pada kemampuan kepala untuk membesar dalam mengatasi tekanan intrakranial yang meninggi.
v  Masa bayi, Umum :
1.         Iritabilitas
2.         Letargi
3.         Bayi menangis ketika digendong atau ditimang dan diam ketika dibiarkan berbaring tenang
4.         Refleks infantil awal mungkin masih ada
5.         Respons yang normalnya terjadi tidak muncul, dapat memperlihatkan : perubahan tingkat kesadaran, opistotonos (sering berlebihan), spastisitas ekstremitas bawah, muntah
6.         Kesulitan menghisap dan minum susu, tangisan yang melengking, singkat, dan bernada tinggi, serta gangguan kardiopulmonal.TOFISIOLOGI HID
F.     KOMPLIKASI HIDROSEFALUS
Komplikasi Hidrosefalus (Whaley and Wong, 2009)
1.  Peningkatan TIK
2.  Pembesaran kepala
3.  kerusakan otak
4.  Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
5.    Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
6.  Kerusakan jaringan saraf
7.  Proses aliran darah terganggu

G.   PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK HIDROSEFALUS (Wong, 2009)
§   Scan temografi komputer (CT-Scan) mempertegas adanya dilatasi ventrikel dan membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya (neoplasma, kista, malformasi konginetal atau perdarahan intra kranial)
§   Pungsi ventrikel  kadang digunakan untuk mengukur tekanan intra kranial, mengambil cairan serebrospinal untuk kultur (aturan ditentukan untuk pengulangan pengaliran).
§   EEG: untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolik
§   Transluminasi: untuk mengetahui adanya kelainan dalam kepala
§   MRI (Magnetik Resonance Imaging): memberi informasi mengenai struktur otak tanpa kena radiasi

H.    PENATALAKSANAAN MEDIS HIDROSEFALUS (Layono, 2003)
  1. Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan genetic, penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar keluarga dekat. Proses persalinan/kelahirandiusahakan dalam batas-batas fisiologik untuk menghindari trauma kepala bayi. Tindakan pembedahan Caesar suatu saat lebih dipilih dari pada menanggung resiko cedera kepala bayi sewaktu lahir.
  1. Terapi
·         Terapi medikamentosa
Ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorbsinya. Dapat dicoba pada pasien yang tidak gawat, terutama pada pusat kesehatan dimana sarana bedah saraf tidak ada. Obat yang sering digunakan adalah:
ü  Asetasolamid
Cara pemberian dan dosis; Per oral 2-3 x 125 mg/hari, dosis ini dapat ditingkatkan sampai maksimal 1.200 mg/hari
ü  Furosemid
Cara pemberian dan dosis; Per oral, 1,2 mg/kgBB 1x/hari atau injeksi iv 0,6 mg/kgBB/hari Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien diprogramkan untuk operasi.
·         Lumbal pungsi berulang (serial lumbar puncture)
Mekanisme pungsi lumbal berulang dalam hal menghentikan progresivitas hidrosefalus belum diketahui secara pasti. Pada pungsi lumbal berulang akan terjadi penurunan tekanan CSS secara intermiten yang memungkinkan absorpsi CSS oleh vili arakhnoidalis akan lebih mudah.
Indikasi : umumnya dikerjakan pada hidrosefalus komunikan terutama pada hidrosefalus yang terjadi setelah perdarahan subarakhnoid, periventricular intraventrikular dan meningitis TBC. Diindikasikan juga pada hidrosefalus komunikan dimana shunt tidak bisa dikerjakan atau kemungkinan akan terjadi herniasi (impending herniation)
Cara:
a.       LP dikerjakan dengan memakai jarum ukuran 22, pada interspace L2-3 atau L3-4 dan CSS dibiarkan mengalir di bawah pengaruh gaya gravitasi.
b.      LP dihentikan jika aliran CSS terhenti. Tetapi ada juga yang memakai cara setiap LP CSS dikeluarkan 3-5 ml.
c.       Mula-mula LP dilakukan setiap hari, jika CSS yang keluar kurang dari 5 ml, LP diperjarang (2-3 hari).Dilakukan evaluasi dengan pemeriksaan CT scan kepala setiap minggu.
d.      LP dihentikan jika ukuran ventrikel menetap pada pemeriksaan CT scan 3 minggu berturut-turut.
e.       Tindakan ini dianggap gagal jika :
 Dilatasi ventrikel menetap
 Cortical mantel makin tipis
 Pada lokasi lumbal punksi terjadi sikatriks
 Dilatasi ventrikel yang progresif
Komplikasi : herniasi transtentorial atau tonsiler, infeksi, hipoproteinemia dan gangguan elektrolit.
·         Terapi Operasi
Operasi biasanya langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus. Pada penderita gawat yang menunggu operasi biasanya diberikan : Mannitol per infus 0,5-2 g/kgBB/hari yang diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit.
                                      i.      “Third Ventrikulostomi”/Ventrikel III
Lewat kraniotom, ventrikel III dibuka melalui daerah khiasma optikum, dengan bantuan endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang sehingga CSS dari ventrikel III dapat mengalir keluar.
                                    ii.      Operasi pintas/”Shunting”
Ada 2 macam :
Ø  Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.
Ø  Internal
a.     CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain.
-       Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (ThorKjeldsen)
-       Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan.
-       Ventrikulo-Sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
-       Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronkhus
-       Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
-       Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum
b.    “Lumbo Peritoneal Shunt”
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA HIDROSEFALUS
PENGKAJIAN KEPERAWATAN HIDROSEFALUS
1.        Anamnesa
a.    Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
b.    Riwayat Perkembangan
Kelahiran : Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras atau tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.
2.        Pemeriksaan Fisik
a.    Inspeksi :
- Anak dapat melihat keatas atau tidak.
- Pembesaran kepala.
- Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.
b.    Palpasi:
- Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
- Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela
   tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
c.    Pemeriksaan Mata:
- Akomodasi.
- Gerakan bola mata.
- Luas lapang pandang
- Konvergensi.
- Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
- Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
  ii.      Observasi Tanda-Tanda Vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
          i.          Peningkatan tekanan darah.
        ii.          Penurunan nadi / Bradicardia.
      iii.          Peningkatan frekwensi pernapasan.
iii.      Diagnosa Klinis
Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari pengumpulan cairan omputer. ( Transsimulasi terang )
  • Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “ Crakedpot “ (Mercewen’s Sign
  • Opthalmoscopy : Edema Pupil.
  • CT Scan Memperlihatkan (non – invasive) type alus dengan nalisisi
  • Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.

Diagnosa keperawatan, Intervensi dan Rasional.
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.

Risiko perubahan integritas kulit kepala b/d ketidakmampuan bayi dalam mengerakan kepala akibat peningkatan ukuran dan berat kepala

Tidak terjadi gangguan integritas kulit.
Kriteria:
Kulit utuh, bersih dan kering.

§  Kaji kulit kepala setiap 2 jam dan monitor terhadap area yang terte-kan
§  Ubah posisi tiap 2 jam dapat di-pertimbangkan untuk mengubah poisisi kepala setiap jam.
§  Hindari tidak adanya linen pada tempat tidur
§  Baringkan kepala pada bantal karet busa atau menggunakan tempat tidur air jika mungkin.
§  Berikan nutrisi sesuai kebutuhan.
§ Untuk memantau keadaan integumen kulit secara dini.


§ Untuk meningkat-kan sirkulasi kulit.



§ Linen dapat menyerap keringat sehingga kulit tetap kering
§ Untuk mengurangi tekanan yang menyebabkan stres mekanik.

§ Jaringan mudah nekrosis bila kalori dan protein kurang.
2.
Perubahan fungsi keluarga  b/d situasi krisis (anak dalam catat fisik)

Keluarga menerima keadaan anaknya, mampu menjelaskan keadaan penderita.
Kriteria:
-  Keluarga berpartisipasi dalam merawat anaknya
-  Secara verbal keluarga dapat mengerti tentang penya-kit anaknya.
§  Jelaskan secara rinci tentang kondisi klien, prose-dur terapi dan prognosanya.
§  Ulangi penjelasan tersebut  bila perlu dengan contoh bila keluarga belum mengerti
§  Klarifikasi kesalahan asumsi  dan misinterpretasi
§  Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya.
§ Pengetahuan dapat mempersiapkan keluarga dalam merawat penderita.

§ Keluarga dapat menerima seluruh informasi agar tidak menimbulkan salah persepsi

§ Untuk menghindari salah persepsi


§ Keluarga dapat mengemukakan perasaannya

3.
Resiko tinggi terjadi cidera b/d peningkatan tekanan intra kranial












Tidak terjadi peningkatan TIK Kriteria:
Tanda vital dalam batas normal, pola nafas efektif, reflek cahaya positif, tidak tejadi gangguan kesadaran, tidak muntah dan tidak kejang.
§  Observasi ketat tanda-tanda peningkatan TIK
§  Tentukan skala coma

§  Hindari pemasangan infus di kepala
§  Hindari sedasi

§  Jangan sekali-kali memijat atau memompa shunt untuk memeriksa fungsinya

§  Ajari keluarga mengenai tanda-tanda peningkatan TIK
§ Untuk mengetahui secara dini peningkatan TIK
§ Penurunan kesadaran menandakakan adanya peningkatan TIK

§ Mencegah terjadi infeksi sistemik

§ Tingkat kesadaran merupakan indikator peningkatan TIK
§ Dapat mengakibat-kan sumbatan sehing-ga terjadi pening-katan CSS atau obtruksi pada ujung kateter di peritonial.
§ Keluarga dapat ber-patisipasi dalam pe-rawatan klien anak  hidrosefalus.











DAFTAR PUSTAKA

Doenges M.E. 1999. Rencana Asuhan keperawtan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien.  Jakarta:EGC
Lynda Juall Carpenito. 2000. Buku Saku : Diagnosa Keperawatan,  Ed.8, EGC, Jakarta
Mansjoer, A. 2008. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi  3 jilid 2. Jakarta : Media Aesculopius
Meddoy, R, and Newell,S. 2007. Lecture Note Pediatrik. Jakarta: EMS
Soetomenggolo,T.S . Imael .S. 1999. Neorologi  anak, Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta
Whaley  and Wong. 1995. Nursing Care of infants and children, St.Louis : Mosby year Book

Wong, D. 2009. Buku Ajar  Keperawatan Pediatrik, Edisi 6 Vol 2. Jakarta:  EGC




Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

SINOPSIS PANTOMIM - JANGAN BUDAYAKAN SERING TELAT MASUK SEKOLAH