ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF DENGAN KPD DAN OLIGOHIDRAMNION
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Ketuban pecah dini
(KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal
ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.
Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah
dini (Sarwono, 2008). Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam
obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi
korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal dan menyebabkan infeksi ibu (Sarwono, 2007).
Insidensi
ketuban pecah dini terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan aterm
insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2%
dari semua kehamilan. Hampir semua ketuban pecah dini pada kehamilan preterm
akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah
selaput ketuban pecah. 70% kasus ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan
cukup bulan, sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh
prematuritas, ketuban pecah dini berhubungan dengan penyebab kejadian
prematuritas dengan insidensi 30-40% (Sualman, 2009).
Angka kamatian ibu
(AKI) di Indonesia menurut survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI 2007)
sebesar 228 kematian/1000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian neonatal
sebesar 19 kematian kematian/1000 kelahiran hidup, angka kematian bayi sebesar
34 kematian/1000 kelahiran hidup dan kematian balita sebesar 44 kematian /1000
kelahiran hidup. Sementara target yang AKI untuk (MDG) yang ditetapkan oleh
(WHO) sebesar 102/100.000 kelahiran hidup, dan AKBBL sebesar 15/1000 kelahiran
hidup. Pada tahun 2008 angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi di negara
ASEAN yaitu 235 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab masih
tingginya (AKI) adalah perdarahan (29%),
eklamsia (27%), infeksi (5%), komplikasi puerperium (10%), partus lama (5%),
trauma obstetric (5%), emboli obstetric (3%),
abortus (5%) dan penyebab lainnya (11%). Berdasarkan data Dinas
Kesehatan Probinsi Jawa Timur sendiri terdapat 137/100.000 kelahiran hidup. Di
Kabupaten kota Kediri pada tahun 2007 tercatat 19 kematian ibu dan di kota
Kediri sebanyak 5 orang.
Penyebab
ketuban pecah dini ini pada sebagian besar kasus tidak diketahui. Banyak
penelitian yang telah dilakukan beberapa dokter menunjukkan infeksi sebagai
penyebabnya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi rendah
yang berhubungan dengan rendahnya kualitas perawatan antenatal, penyakit
menular seksual. Selain itu infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput
ketuban, fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormal, servik yang
inkompetensia, serta trauma yang disepakati oleh beberapa ahli sebagai faktor
predisposisi atau penyebab terjadinya ketuban pecah dini (Sualman, 2009).
Kejadian
ketuban pecah dini dapat menimbulkan beberapa masalah bagi ibu maupun janin,
misalnya pada ibu dapat menyebabkan infeksi puerperalis/
masa nifas, dry labour/ partus lama,
dapat pula menimbulkan perdarahan postpartum,
morbiditas dan mortalitas maternal, bahkan kematian. Sedangkan pada janin dari
ibu yang mengalami ketuban pecah dinidapat mengalami infeksi bahkan sepsis
(Cuningham, 2006).
Sarwono
(2008) dalam bukunya mengatakan penatalaksanaan ketuban pecah dini tergantung
pada umur kehamilan dan tanda infeksi intrauterin.
Pada umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan ketuban pecah dini ke
rumah sakit dan melahirkan bayi yang usia gestasinya > 37 minggu dalam 24
jam dari pecahnya ketuban untuk memperkecil resiko infeksi intrauterin.
1.2
Tujuan
1.2.1 Tujuan
Umum
Mahasiswa mampu
melaksanakan Asuhan Kebidanan secara komprehensif pada persalinan dengan
ketuban pecah dini
1.2.2 Tujuan
Khusus
1. Mahasiswa
mampu melaksanakan pengkajian data pada ibu bersalinan dengan Ketuban pecah
dini.
2. Mahasiswa
mampu menginterprestasi data pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini.
3. Mahasiswa mampu mengantisipasi
masalah potensial pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini.
4. Mahiswa
mampu menetapkan kebutuhan segera sesuai dengan masalah yang ada.
5. Mahasiswa
mampu menyusun dan membuat intervensi sesui dengan diagnose dan masalah yang
ada.
6. Mahasiswa
mampu melaksanakan asuhan kebidanan yang telah dibuat.
7. Mahasiswa
mampu melaksanakan evaluasi berdasarkan intervensi yang telah dilakukan.
8. Mendokumentasikan
asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini.
1.3
Metode
Pengumpulan Data
1.
Wawancara
Mengadakan tanya jawab langsung pada klien mengetahui
keluhan-keluhan sebagai tanda subjektif sehingga dapat melakukan tindakan
asuhan kebidanan
secara tepat dan benar.
2.
Observasi
Melakukan pengamatan
secara langsung pada klien untuk mengetahui keadaan dan perkembangan saat
pengkajian melalui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
3.
Dokumentasi
Dapat di ambil dari buku rekam medic dan buku
KIA.
4.
Studi Pustaka
Membaca sumber buku dan media cetak seperti internet yang dapat mendukung
terlaksananya asuhan kebidanan pada klien.
1.4 Sistematika Penulisan
BAB 1
Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang,
tujuan, teknik pengumpulan data dan sistematika penulisan.
BAB 2 Tinjauan Pustaka
Terdiri dari Konsep dasar
persalinan, konsep dasar ketuban pecah dini, dan konsep manajemen asuhan
kebidanan pada persalinan dengan ketuban pecah dini.
BAB 3
Tinjauan Kasus
Terdiri dari
pengkajian, interpretasi data dasar, identifikasi diagnosa atau masalah,
identifikasi kebutuhan segera,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
BAB 4 Pembahasan
Berisi
tentang kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus.
BAB 5 Penutup
Terdiri dari
kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Persalinan
2.1.1 Defenisi Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar
kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan
diakhiri dengan kelahiran plasenta (sulistyawati, 2010). Persalinan normal
adalah proses lahirnya proses janin dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan dan
alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi pada umumnya berlangsung kurang dari
24 jam
2.1.2 Mekanisme Persalinan Normal
Adapun gerakan janin dalam persalinan/ gerakan kardinal adalah
sebagai berikut :
1.
Engagement
Engagement adalah peristiwa ketika diameter biparietal melewati
pintu panggul atas panggul dengan sutura sagitalis melintang/ oblik di dalam
jalan lahir dan sedikit fleksi. Masuknya kepala akan
mengalami kesulitan bila saat masuk ke dalam panggul dengan sutura sagitalis
dalam antero posterior. Kepala pada saat melewati pintu atas panggul dapat juga
dalam keadaan dimana sutura sagitalis lebih dekat ke promontorium atau ke
sympisis maka hal ini disebut Asinklitismus.
Ada dua macam asinklitismus yaitu: asinklitismus posterior dan asinklitismus
anterior.
1)
Asinklitismus posterior yaitu keadaan
bila sutura sagitalis mendekati symfisis dan tulang pariental belakang lebih
rendah daripada tulang pariental depan. Terjadi karena tulang pariental depan
tertahan oleh symfisis pubis sedangkan tulang paiental belakang dapat turun
dengan mudah karena adanya lengkung sakrum yang luas
2)
Asinklitismus anterior yaitu keadaan
bila sutura sagitalis mendekati pariental belakang.
Perubahan awal
kepala janin dari asinklitismus posterior
ke dalam keadaan asinklitismus anterior
memudahkan mekanisme persalinan karena sesuai dengan keadaan panggul dengan
adanya lengkung sakrum. Engangement dan penurunan kepala terjadi secara
simultan/ bersamaan.
2.
Penurunan
kepala
1)
Dimulai
sebelum onset persalinan/ inpartu. Penurunan kepala terjadi bersamaan dengan
mekanisme lainnya.
2)
Kekuatan
yang mendukung menurut Cuningham dalam buku Obstetri William yang diterbitkan
tahun 1995 dan Ilmu Kebidanan Varney 2002 :
(1)
Tekanan
cairan amnion.
(2)
Tekanan
langsung fundus pada bokong.
(3)
Kontraksi
otot abdomen.
(4)
Ekstensi
dan pelurusan badan janin atau tulang belakang janin.
3)
Fleksi:
(1)
Gerakan
fleksi disebabkan karena janin terus didorong maju tetapi kepala janin
terhambat oleh servik, dinding panggul atau dasar panggul.
(2)
Pada kepala
janin, dengan adanya fleksi maka diameter oksipitofrontalis 12 cm berubah
menjadi sub oksipitobregmatika 9 cm.
(3)
Posisi dagu
bergeser ke arah dada janin.
(4)
Pada
pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil lebih jelas teraba daripada ubun-ubun besar.
4)
Rotasi
dalam:
(1)
Rotasi
dalam atau putar paksi dalam adalah pemutaran bagian terendah janin dari posisi
sebelumnya ke arah depan sampai di bawah simpisis.
(2)
Sebab
adanya putar paksi dalam yaitu :
a)
Bagian
terendah kepala adalah bagian belakang kepala pada letak fleksi.
b)
Bagian
belakang kepala mencari tahanan yang paling sedikit yang di sebelah depan atas
yaitu hiatus genitalis antara muskulus levator ani kiri dan kanan.
5)
Ekstensi:
(1)
Gerakan
ekstensi merupakan gerakan dimana oksiput berhimpit langsung pada margo
inferior simpisis pubis.
(2) Penyebab dikarenakan sumbu jalan lahir pada
pintu bawah panggul mengarah ke depan dan atas, sehingga kepala menyesuaikan
dengan cara ekstensi agar dapat melaluinya.
6)
Rotasi
luar:
Terjadinya
gerakan rotasi luar atau putar paksi luar dipengaruhi oleh faktor panggul, sama
seperti pada rotasi dalam.
7)
Ekspulsi:
Setelah
terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai hypomochlion untuk
kelahiran bahu belakang. Kemudian setelah kedua bahu lahir disusul lahirlah
trochanter depan dan belakang sampai lahir janin seluruhnya. Gerakan kelahiran
bahu depan, bahu belakang, badan seluruhnya (Sumarah, 2009).
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut Sumarah (2008), terdapat
faktor yang mempengaruhi :
1. Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian
tulang padat, dasar panggul, vagina
dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak
khususnya lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi tetapi
panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil
menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku.
2. Passanger (Janin dan plasenta)
Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir
merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin,
presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Plasenta yang juga melewati jalan lahir maka ia dianggap juga
sebagai bagian dari passenger yang
menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan
normal.
3. Power (kekuatan mendorong janin keluar) terdiri dari :
1) His (kontraksi uterus)
2) Kontraksi otot dinding
rahim
3)
Kontraksi diafragma pelviks atau kekuatan mengejan.
4. Posisi
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi
dan fisiologi persalinan. Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah
posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki
sirkulasi (Melzack, dkk, 1991). Posisi tegak meliputi posisi berdiri, berjalan,
duduk, jongkok., Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan
janin.
Beberapa posisi
dalam persalinan yaitu :
1)
Posisi merangkak dan berbaring
miring kiri
2)
Posisi jongkok atau berdiri
3)
Posisi duduk atau setengah
duduk
4)
Posisi terlentang (supine)
5. Psikologis
Tingkat kecemasan wanita selama bersalin
akan meningkat jika ia tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang
disampaikan kepadanya. Wanita bersalin biasanya akan mengutarakan
kekhawatirannya jika ditanya. Perilaku dan penampilan wanita serta pasangannya
merupakan petunjuk berharga tentang jenis dukungan yang diperlukannya. Membantu
wanita berpartisipasi sejauh yang diinginkan dalam melahirkan, memenuhi harapan
wanita akan hasil akhir persalinannya, membantu wanita menghemat tenaga,
mengendalikan rasa nyeri merupakan suatu upaya dukungan dalam mengurangi
kecemasan pasien. Dukungan psikologis dari orang terdekat akan membantu
memperlancar proses persalinan yang sedang berlangsung. Tindakan mengupayakan
rasa nyaman dengan menciptakan susasana yang nyaman dalam kamar bersalin,
memberi sentuhan, memberi penenangan nyeri non farmakologi, memberi analgesia
jika diperlukan dan yang paling penting berada di sisi pasien adalah bentuk
dukungan psikologis. Dengan kondisi psikologis yang positif proses persalinan
akan berjalan lancar (Sumarah, 2009).
2.1.4
Fase Persalinan
Partus dibagi menjadi 4 kala yaitu : (Sarwono,
2008).
1.
Kala I (kala pembukaan) dibagi
menjadi 2 fase:
1)
Fase laten: Dimulai sejak awal
berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm. Pada umumnya, fase laten
berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
2)
Fase aktif
Kala I fase aktif dibagi 3 yaitu:
(1)
Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan serviks 3 cm menjadi 4 cm.
(2)
Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat
cepat menjadi 9 cm.
(3)
Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat lagi dalam waktu 2 jam dari 9
cm menjadi 10 cm / lengkap.
Pada primigravida
berlangsung 13 jam, sedangkan pada multigravida 7 jam.
2.
Kala II (kala pengeluaran):
1)
His menjadi lebih kuat dan
cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala
janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot
dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan kepada rektum dan hendak
buang besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus
membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam
vulva pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin
tidak masuk lagi diluar his, dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal
kepala janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah simfisis dan dahi, muka dan
dagu melewati perineum.
2)
Setelah istirahat sebentar, his
mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada primigravida kala II
berlangsung rata-rata 1 ½ jam dan pada multigravida
rata-rata ½ jam.
Gejala dan tanda
kala II persalinan:
(1)
Ibu merasakan ingin meneran
bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
(2)
Ibu merasakan adanya
peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vagina.
(3)
Perineum menonjol.
(4)
Vulva-vagina dan sfingter ani
membuka.
(5)
Meningkatnya pengeluaran lendir
bercampur darah (APN, 2008).
3.
Kala III ( Kala uri):
1)
Setelah bayi lahir, uterus
teraba keras dengan fundus uteri sedikit di atas pusat.
2)
Beberapa menit kemudian uterus
berkontraksi lagi untuk melepas plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta
lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri.
Tanda lepasnya
plasenta:
(1)
Perubahan bentuk dan tinggi
uterus
(2)
Tali pusat memanjang
(3)
Semburan darah mendadak dan singkat
(JNPK-KR, 2008)
4.
Kala IV
Kala IV dimulai dari
saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Observasi yang harus
dilakukan pada kala IV adalah:
1)
Tingkat kesadaran penderita
2)
Pemeriksaan tanda-tanda vital:
tekanan darah, nadi dan pernapasan
3)
Kontraksi uterus
4)
Terjadinya perdarahan
Perdarahan dianggap masih normal jika
jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc (Sumarah, 2009).
2.1.5
Tanda Inpartu
Menurut
Penny (2008), ada beberapa tanda Inpartu
:
1. Kontraksi yang berkembang. Menjadi lebih lama,
lebih kuat, dan/atau lebih dekat jaraknya bersama dengan berjalannya waktu;
biasanya disebut “sakit” atau “sangat kuat” dan terasa di daerah perut
pinggang, atau keduanya.
2.
Aliran
cairan ketuban yang deras dari vagina. Disebabkan oleh robekan membran yang
besar (ROM).
3.
Pelebaran
leher rahim. Leher rahim membuka sebagai respons terhadap kontraksi yang
berkembang.
2.1.6 Pemenuhan Kebutuhan Fisik dan Psikologis Ibu selama Persalinan
Menurut
Sumarah (2008), terdapat pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologi, yaitu:
1. Kala I
Kebutuhan
fisik ibu
1) Kebersihan dan kenyamanan
2) Posisi yang yang nyaman
3) Kontak fisik
4) Pijatan
5) Perawatan kandung kemih
6) Kebutuhan psikologi ibu
2. Kala II
Kebutuhan
fisik dan psikologis kala II
1) Kehadiran orang terdekat secara terus-menerus. Hal ini memberikan
hasil :
(1) Pembedahan caesar semakin menurun
(2) Skor apgar < 7 semakin menurun
(3) Waktu yang diperlukan dalam persalinan semakin pendek
(4) Kepuasan ibu semakin meningkat dalam pengalaman melahirkan
2) Bebas dari pajanan dan kemungkinan terkontaminasi kuman penyebab
infeksi
3) Support dari keluarga
4) Informasi yang mendukung kepastian mengenai jalannya persalinan
5) Varney 2004 menjelaskan tentang manajemen nyeri persalinan dengan
mendukung persalinan, mengatur posisi, relaksasi, latihan nafas, istirahat,
menjaga privasi, memberikan KIE tentang proses / kemajuan persalinan, dan
asuhan tubuh.
6) Bimbingan cara meneran, sebaiknya bukan instruksi
7) Hidrasi
8) Privasi
9) Suhu ruangan yang tidak terlalu panas
10) Dukungan dan penghargaan dari penolong persalinan
11) Penjelasan dan permintaan persetujuan dari penolong persalinan
terhadap tindakan apapun yang dilakukan terhadap dirinya.
3. Kala III
Kebutuhan
ibu pada kala III
1) Dukungan mental dari bidan dan keluarga atau pendamping
2) Penghargaan dari proses kelahiran janin yang telah dilalui
3) Informasi yang jelas mengenai keadaan pasien sekarang dan tindakan
apa yang akan dilakukan
4) Penjelasan mengenai apa yang harus ia lakukan untuk membantu
mempercepat kelahiran plasenta, yaitu kapan saat meneran dan posisi apa yang
mendukung ibu untuk pelepasan dan kelahiran plasenta
5) Bebas dari rasa risih akibat bagian bawah yang basah oleh darah atau
air ketuban
6) Hidrasi
4. Kala IV
Kebutuhan
pada kala IV
1) Hidrasi dan nutrisi
(1) Berikan segera minum sebanyak yang pasien inginkan, karena saat ini
ia merasa haus akibat kelelahan dan pengeluaran keringat yang banyak saat
persalinan.
(2) Berikan pasien makan sesuai dengan menu yang ada pada saat itu.
2) Hygine dan kenyamanan pasien
(1) Rambut dirapikan
(2) Wajah diseka dengan air hangat menggunakan handuk
(3) Tidak perlu memakai breast
holder (BH) karena sedang dilakukan proses IMD
(4) Alas diatas perlak diganti dengan yang bersih dan kering
(5) Dibawah bokong dialasi under
pad (untuk menyerap darah sekaligus sebagai penampung darah untuk
memperkirakan jumlah darah yang keluar)
(6) Jika pasien merasa gerah, keluarga dapat membantu mengipasi pasien.
3) Bimbingan dan dukungan untuk BAK
(1) Yakinkan pasien jika BAK sedini mungkin tidak akan mengganggu proses
penyembuhan jahitan perineum
(2) Jelaskan bahaya menunda BAK dan pengaruhnya terhadap proses involusi
uterus
(3) Damping pasien saat mengawali BAK pascapersalinan, untuk selanjutnya
tugas ini dapat diberikan kepada keluarga pasien
4) Informasi dan bimbingan jelas mengenai apa yang terjadi dengan
tubuhnya dan apa yang harus dia lakukan berkaitan dengan kondisinya
5) Kehadiran bidan sebagai pendamping selama dua jam pascapersalinan
serta keluarga atau orang terdekatnya
6) Dukungan untuk menjalin hubungan awal dengan bayinya, terutama saat
pemberian ASI awal
7) Posisi tubuh dan lingkungan yang nyaman selama menjalani persalinan
8) Pemberian analgesik jika diperlukan
9) Tempat dan alas tidur yang bersih agar tidak terjadi infeksi
2.2
Ketuban Pecah Dini
2.2.1 Defenisi ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini pada prinsipnya adalah
ketuban yang pecah sebelum waktunya. Ada teori yang menghitung berapa jam
sebelum in partu, misalnya 2 atau 4 atau 6 jam sebelum in partu. Ada juga yang
menyatakan dalam ukuran pembukaan serviks pada kala I, misalnya ketuban yang
pecah sebelum pembukaan serviks 3 cm atau 5 cm, dan sebagainya.
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu
maka disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur (Sarwono, 2008).
2.2.2 Patofisiologi
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi
uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah
tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior
rapuh, bukan karena selaput ketuban rapuh. Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan
muda. Pada trimester tiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan
selaput ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan
janin. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis.
Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor
eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina (Sarwono, 2008).
Mekanisme ketuban pecah dini ini terjadi pembukaan prematur serviks
dan membran terkait dengan pembukaan terjadi devolarisasi dan nekrosis serta
dapat diikuti pecah spontan. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin
berkurang. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang
mengeluarkan enzim proteolitik, enzim
kolagenase (Manuaba, 2008).
2.2.2 Etiologi ketuban pecah dini
Penyebab
ketuban pecah dini yaitu :
1. Serviks inkompeten
2. Ketegangan rahim yang berlebihan, letak sunsang, dan letang lintang
3. Kelainan bawaan dari se;aput ketuban
4. Infeksi yang menyebabkan prises biomekanik pada selaput ketuban
dalam bentuk proteolik sehingga memudahkan ketuban pecah
2.2.3 Komplikasi menurut Feryanto (2011) terbagi 2 yaitu :
1.
Komplikasi pada ibu
1)
Infeksi intrapartal/ dalam
persalinan.
2) Infeksi puerperalis/ masa
nifas
3) Partus lama/ dry labour
4)
Perdarahan postpartum
5) Meningkatkan tindakan operatif
obstetric (khususnya SC)
6) Morbiditas dan mortalitas
maternal.
2.
Komplikasi pada janin
1)
Prematuritas
2) Prolaps funiculli/ penurunan tali pusat.
3) Hipoksia dan asfiksia
sekunder (kekurangan oksigen pada bayi).
4) Sindrom deformitas janin
5) Morbiditas dan mortalitas perinatal
2.2.5
Penatalaksanaan Menurut Sarwono
(2007) yaitu :
1. Konservatif
1) Rawat di Rumah Sakit.
2) Berikan antibiotika (ampisilin 4×500 mg atau eritromisin bila tidak
tahan ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
3)
Jika umur kehamilan < 32-34
minggu dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak
keluar lagi.
4) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi,
tes busa (-): beri deksametason,
observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada
kehamilan 37 minggu.
5)
Jika usia kehamilan 32-37
minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason
dan induksi sesudah 24 jam.
6)
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi,
beri antibiotik dan lakukan induksi.
7)
Nilai tanda-tanda infeksi
(suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).
8)
Pada usia kehamilan 32-34
minggu berikan steroid, untuk memacu
kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason
12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason
IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
2. Aktif
1) Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 50 μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2)
Bila ada tanda-tanda infeksi,
berikan antibiotika dosis tinggi, dan persalinan di akhiri:
(1)
Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks kemudian induksi. Jika tidak berhasil akhiri persalinan
dengan seksio sesaria.
(2)
Bila skor pelvik > 5 induksi persalinan, partus pervaginam.
2.3 KONSEP MANAJEMEN ASUHAN
KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN KETUBAN PECAH DINI
I.
PENGKAJIAN
A.
Data Subyektif
1.
Biodata
Identitas Pasien : Suami :
Umur : Umur :
Agama : Agama :
Suku/Bangsa : Suku :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat :
2.
Alasan datang
Mau melahirkan di RS
3.
Keluhan Utama
Ibu mengatakan
perutnya terasa mules-mules dan keluar air-air dari kemaluannya.
4.
Riwayat kesehatan yang lalu
1)
Pernah / tidak / sakit parah /
dirawat di RS
2)
Pernah / tidak menderita
penyakit yang mempengaruhi persalinan.
5.
Riwayat kesehatan sekarang
Sedang / tidak sakit
parah / dirawat di RS, sekarang sedang / tidak menderita penyakit yang
mempengaruhi persalinan.
6.
Riwayat kesehatan keluarga
Dalam sekeluarga ada
/ tidak yang menderita penyakit menular, menurun dan keturunan kembar.
7.
Riwayat haid
1)
Amenoria :
2)
Menarche :
3)
Lama :
4)
Banyak :
5)
Siklus :
6)
Teratur / tidak :
7)
Disminorhe :
8)
Flour albus :
9)
HPHT :
10)
TPL :
8.
Riwayat perkawinan
1)
Status :
2)
Usia menikah :
3)
Lama menikah :
4)
Berapa menikah :
9.
Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui
selama hamil ibu atau keluhan ANC dimana, TT berapa kali.
10.
Riwayat KB
Untuk mengetahui
apakah ibu pernah mengikuti KB, jenis KB yang digunakan, berapa lama, apakah
ada keluhan, dan rencana KB yang akan datang.
11.
Pola kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui
pola nutrisi, eliminasi, istirahat, personal hygiene, aktivitas.
12.
Data psikosial dan spiritual
Untuk mengetahui
keadaan psikologis, sosial dan agama ibu.
13.
Latar belakang sosial budaya
Untuk mengetahui apakah
ibu mempunyai pantangan tertentu selama hamil.
B.
Data Objektif
1.
Pemeriksaan umum
KU : Baik
Kesadaran : Compasmentis
TTV : TD :
110/70–130/90 mmHg N: 60 – 100 X/mnt
R : 16 – 24 X/mnt S: 36,50C –
37,50C
Kenaikan
BB :
......Kg
TB : ≥ 145 cm
LILA : ≥ 23 cm
HPHT : 17 – 08 – 2010
2.
Pemeriksaan Fisik
1)
Kepala
Inspeksi : Hitam/tidak,
bersih/kotor, rontok/tidak
Palpasi
: nyeri ya/tidak, benjolan ya/tidak
2)
Wajah
Inspeksi :Simetris ya/tidak, cloasma
gravidarum ya/tidak, pucat ya/tidak
3)
Mata
Inspeksi : Simetris ya/tidak, conjunctiva
merah/pucat, sklera putih/kuning
4)
Hidung
Inspeksi :
Simetris ya/tidak
Palpasi : polip ya/tidak, sekret ya/tidak,nyeri
ya/tidak
5)
Telinga
Inspeksi :
Simetris ya/tidak
6)
Mulut
Inspeksi : Kelembaban
bibir ya/tidak, stomatitis ya/tidak, gigi bersih/tidak, karies ada/tidak, lidah
bersih/ tidak
Pembersihan kelenjar
tiroid ada/tidak, vena
7)
Leher :
Inspeksi : Simetris ya/tidak
Palpasi :
pembesaran vena jugularis,kelenjar tyroid dan kelenjar limfe ya/tidak.
8)
Dada
Inspeksi : payudara simetris ya/tidak,
Hiperpigmentasi areola ya/tidak, puting menonjol ya/tidak
Palpasi :nyeri ya/tida , benjolan payudara
ya/tidak , colostrum ya/tidak
9)
Abdomen
Inspeksi :
Linea nigra ya/tidak, strie lividae ya/tidak, bekas SC ya/tidak
Palpasi:
Leopold I : Bagian fundus teraba bokong.. jari... PX (
TFU....cm )
Leopold II :
Menentukan bagian punggung janin PUKA / PUKI
Leopold III : Presentasi
kepala/bokong
Leopold IV : Bagian terbawah
janin sudah masuk PAP / belum.
TBJ : - Sudah masuk :
(TFU-11)x155=...gr
-
Belum masuk : (TFU-12) x
155=....gr
His : Frekuensi teratur/tidak
Auskultasi
Punctum maximium :
pada bagian kanan/kiri bawah pusat DJJ : (+)/(-), frekuensi teratur/tidak 120 –
160 x/menit.
10)
Genetalia
Inspeksi :Llendir dan darah ya/tidak),
ketuban keruh ya/tidak, varises
ya/tidak.
Palpasi : benjolan ya/tidak, nyeri ya/tidak
11)
Ekstremitas Atas dan bawah
Inspeksi : Simetris ya/tidak, odema ya/tidak, varises ya/tidak.
Perkusi :
Reflek Patela : +/+
12)
Pemeriksaan Dalam
VT:
Tanggal....... jam ........
v/v : Darah /
lendir
f :
Lengkap / tidak
Efficemen : ......%
Ketuban : Pecah / belum
Bagian
terdahulu : Kepala
Bagian
terendah : UUK kanan / kiri,
depan / belakang
Hoodge : .......
Disekitar
kepala teraba bagian kecil janin / tidak
II.
IDENTIFIKASI DIAGNOSA MASALAH
DX
DS
DO
|
:
:
:
|
G.....
P.....( tunggal / ganda, hidup / mati, intra / ekstra uterin, lengkap / let
bokong, puka / puki, jalan lahir normal / tidak, ku ibu) dengan KPD.
1.
Ibu mengatakan hamil yang
ke.... usia.... bulan,
2.
HPHT....HPL....
3.
Ibu ingin mengejan.
Inspeksi
: Ibu nampak ingin meneran, pada genetelia terdapat tekanan anus,
perineum menonjol, vulva membuka.
Palpasi : Leopold I : Bagian fundus teraba bokong.....
jari.. PX ( TFU......cm )
Leopold
II : Menentukan bagian punggung
janin PUKA / PUKI
Leopold
III : Presentasi kepala bokong
Leopold
IV : Bagian terbawah janin sudah
masuk PAP / belum.
TBJ : - Sudah masuk : (TFU-11)x155=...gr
- Belum masuk :
(TFU-12)x155=....gr
His : Frekuensi teratur / tidak
|
Pemeriksaan dalam :
VT Tanggal.......
jam ........
v/v :
Darah / lendir
f :
Lengkap / tidak
Efficemen : ......%
Ketuban : Pecah / belum
Bagian
terdahulu : Kepala
Bagian
terendah : UUK kanan /
kiri, depan / belakang
Hoodge : .......
Disekitar kepala
teraba bagian kecil janin / tidak
III.
INTERVENSI
DX : G.....P....tunggal hidup dengan KPD
Tujuan :
1.
Persalinan berjalan normal
2.
Komplikasi / penyakit
persalinan tidak terjadi
3.
Keadaan ibu dan janin baik
Kriteria
hasil :
1. KU :
Baik
2. Kesadaran :
Composmentis
3. TTV :TD : 110/70 – 130/90 mmHg N: 60-100 X/mnt
R :
16 - 24 x/menit S: 36,50C – 37,50C
4. Kala I : ≤
13 jam pada primi, ≤ 7 jam pada multi
5. Kala II : ≤ 2
jam pada primi, ≤ 1 jam pada multi
6. Kala III : ≤
30 menit
7.
Kala IV : 2 jam post partum
Intervensi :
1.
Jalin hubungan baik dengan
pasien
R/ Agar ibu merasa nyaman dan
mempermudah dalam memberikan asuhan
2.
Beritahu ibu dan keluarga hasil
pemeriksaan.
R/ Agar ibu
mengetahui keadaannya saat ini, dan tidak erasa cemas.
3.
Persiapan ruangan untuk
persalinan dan kelahiran bayi
R/ Agar ibu merasa
nyaman di dalam ruangan tersebut dan
privasi ibu dapat terjaga serta fasilitas ruangan dapat digunakan pada saat
proses persalinan.
4.
Periapan perlengkapan,
bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan
R/ Agar dapat
digunakan pada saat yang dibutuhkan pada persalinan.
5.
Berikan asuhan sayang ibu
seperti:
1)
Dukungan emosional
2)
Pengaturan posisi ibu
3)
Pemenuhan cairan dan nutrisi,
dan pasang infus (jika perlu)
4)
Keleluasaan untuk menggunakan
kamar mandi
5)
Pencegahan infeksi
R/
Agar ibu merasa aman dalam menghadapi persalinan dan persalinan dapat berjalan
dengan normal.
6.
Nilai tanda-tanda adanya
infeksi
R/ Infeksi dapat tertangani
7.
Pantau kemajuan kala I
persalinan dengan menggunakan partograf seperti TTV, HIS, DJJ, dan VT.
R/ Untuk
mengetahui kemajuan persalinan berjalan lancar atau tidak.
8.
Kolaborasi dengan dokter
R/ Agar ibu dapat
pertolongan yang lebih lanjut
9.
Berikan antibiotik
R/ Antibiotik dapat
mencegah infeksi
10.
Induksi dengan oksitosin, bila
gagal lakukan tindakan seksio secarea
R/ Agar ibu dapat
terhindar dari infeksi dan bayi lahir dengan selamat
IV. IMPLEMENTASI
Mengacu
pada Intervensi yang ada
V.
EVALUASI
Mengacu
pada kreteria hasil dengan menggunakan Soap
BAB III
TINJAUAN
KASUS
ASUHAN
KEBIDANAN PADA NY “ R” G2P1001 UK 35 –
36 MINGGU DENGAN KPD DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH MARDI WALUYO BLITAR
TAHUN
2018
I.
PENGKAJIAN
Tanggal : 28 juni 2018 Jam:
14.00 WIB
A. Data
Subyektif
1.
Biodata
Nama istri : Ny. R
Umur : 33 Th
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa /
Indonesia
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Dawuhan
Kehamilan ke : kedua
Nama Suami : Tn. K
Umur :39
tH
Agama :Islam
Suku / Bangsa :Jawa / Indonesia
Pendidikan :PT
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Dawuhan
2.
Keluhan utama
Ibu mengatakan keluar cairan merembes sejak jam22.00
3.
Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 Th
Siklus : 28 Hari
Teratur / tidak : Teratur
Lama :
7 Hari
Jumlah : 1-2 Hari habis 3 kotek penuh , hari seterusnya
habis 2 kotek tidak penuh
Sifat Darah : Biasa cair
Warna Darah : Merah Tua
Disminorhoe : Tidak Pernah
Flour Albus : 5 hari sebelum menstruasi , tidak berwarna (jernih) ,
tidak berbau tidak gatal
HPHT :
23-10-2017
HPL :
30-07-2018
4.
Riwayat Kehamilan Sekarang
1)
TM I : periksa kebidan 1x pada usia kehamilan 3 bulan, ibu
mendapatkan vitamin dan tablet besi, ibu tidak mengeluh apa-apa, ibu
mendapatkan penyuluhan tentang istiirahat yang cukup dan anjuran control 1
bulan lagi, ibu mengatakan obat yang diberikan bidan diminum sampai habis.
2)
TM II : Ibu periksa kebidan 3x pada usia kehamilan 4, 5, 6
bulan , ibu mendapatkan vitamin dan tablet besi,ibu tidak ada keluhan, ibu
mendapatkan penyuluhan istirahat yang cukup dan control 1 bulan lagi, TT1 pada
usia kehamilan 5 bulan dan TT2 pada usia kehamilan 6 bulan, gerakan janin
dirasakn usia kehamilan 5 bula
3)
TM III : Ibu periksa ke bidan 1x pada usia kehamilan 7 bulan
ibu mendapatkan vitamin dan tablet besi, ibu tidak da keluhan, ibu mendapatkan
penyuluhan control 1 bulan lagi,pada tgl.01 – 06 - 2018 ibu datang ke RSML ibu
mengatakan keluar cairan spontan dari kemaluan berwarna keruh , kehijau –
hijauan , jumlah : tidak di kaji
5. Riwayat persalinan,nifas, anak, yang lalu
No
|
KAHAMILAN
|
PERSALINAN
|
ANAK
|
NIFAS
|
KB
|
||||||
Suami
|
UK
|
Pny
|
Pnlg
|
Jns
|
Pny
|
JK
|
H/M
|
Umur
|
|||
1.
2.
|
I
H
|
9 bln
A
|
-
M
|
Bidan
I
|
Normal
L
|
-
|
lk
I
|
Hidup
BBL: 3300
gram
Hidup
N
|
6 th
I
|
-
-
|
KB
|
7.
Riwayat kesehatan Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit keturunan ( DM, Asma,
Jantung ) penyakit menular ( TBC, Hepatitis ) Penyakit Menahun ( Hipertensi,
Anemia )
8.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit keturunan ( DM, Asma,
Jantung ) Penyakit menular ( TBC,Hepatitis) Penyakit Menahun ( Hipertensi, Anemia
)
9.
Riwayat KB
Ibu menggunakan KB suntik 3.
10. Keadaan Psikis
Ibu mengatakan kehamilan diharapkan dan direncanakan,harapan keluarga dari
kehamilan ini adalah anak sehat, lahir dengan selamat, laki-laki atau perempuan
sama aja, ditolong oleh bidan ditempat bidan , ibu berdoa semoga kehamilannya
normal dan bayi yang dikandungnya sehat
11. Keadaan social
Ibu tinggal bersama suami dan kedua anaknya, ibu tinggal menetap, hubungan
dengan tetangga baik.
12. Latar Belakang Budaya
Ø Pertolongan
persalinan dalam keluarga ditolong oleh bidan
Ø Dalam
keluarga tidak ada kebiasaan yang menghambat kehamilan seperti tarak makanan
Ø Dalam keluarga biasanya mengadakan
syukuran 7 bulanan
Ø Kelurga dan
suami mendukung atas kehamilan ibu
13. Pola Kebiasaan Sehari – hari
a)
Nutrisi
1) Sebelum
Hamil : ibu makan 3x sehari 1 piring
habis dengan komposisi nasi, lauk,bervariasi, sayur kadang buah, minum air
putih kurang lebih 6-7 gelas sehari
2) Selama
Hamil :ibu makan 3x sehari ½
porsi dengan komposisi nasi, lauk bervariasi, sayur, kadang buah, minum air
putih 7-8 gelas perhari
3) Selama di
RS :ibu makan 3x sehari , diit
nasi dari RS , minum air putih 1 botol besar perhari
b)
Aktifitas
1)
Sebelum Hamil :ibu dirumah sebagai ibu rumah tangga mengerjakan pekerjaan rumah
( memasak, mencuci, membersihkan rumah ) dibantu oleh suami
2)
Selama Hamil : ibu dirumah sebagai ibu rumah tangga mengerjakan pekerjaan
rumah ( memasak, mencuci, membersihkan rumah dibantu anak terbesarnya dan suami
3)
Selama di RS : ibu hanya tidur , karena ibu tridak boleh turun dari tempat
tidur atas nasehat dokter
c)
Personal
Hygiene
1)
Selama Hamil : ibu mandi 3x sehari dengan air dingin,memakai sabun,
keramas 3x seminggu, gosok gigi 2x sehari, ganti baju 3x sehari, ganti celana
dalam 3x sehari
2)
Selama di RS : ibu mandi 3x sehari dengan air dingin memakai sabun,
keramas 4x seminggu, gosok gigi 3x sehari, ganti baju 3x sehari, ganti celana
dalam 3x sehari
d)
Eliminasi
1)
Sebelum Hamil : BAB dan BAK tidak ada nyeri dan gangguan, BAB 1x sehari,
warna kuning konsistensi lunak, BAK 5-6 X sehari warna kuning jernih
2)
Selama Hamil : BAB dan BAK tidak ada nyeri dan gangguan, BAB 1X sehari
warna kuning konsistensi lunak, BAK 7-8 x sehari warna kuning jernih
3)
Selama di RS : BAK tidak ada nyeri dan gangguan, BAB belum pernah, BAK 6-7
x sehari warna kuning jernih
e)
Istirahat
tidur
1)
Sebelum Hamil : ibu tidur siang kurang lebih 2 jam dan tidur malam kurang lebih 7-8 jam sehari
2)
Selama Hamil : ibu tidur siang kurang lebih 1 jam dan tidur malam kurang
lebih 5-6 jam sehari
3)
Selama di RS : ibu tidur siang tidak pernah dan tidur malam kurang lebih 3
jam sehari
f)
Reproduksi
1)
Seselum Hamil : ibu melakukan hub.sex kurang lebih 2x seminggu
2)
Selama Hamil : ibu melakukan hub. Sex kurang lebih 1x seminggu
B. Data
Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Ø
KU : Baik
Ø
Kesadaran :
Composmentis
Ø
TB : tidak terkaji
Ø
BB : 78 kg
Ø
LILA : 24 cm
2. Inspeksi
Ø
Rambut : hitam,
bersih, tidak ada ketombe, tidak mudah rontok, distribusi merata, rambut lurus
Ø
Kepala : bersih,
tidak ada odem, tidak ada cloasma gravidarum
Ø
Mata : tidak
adaodem, konjungtiva merah muda,sclera putih terdapat gambaran tipis pembuluh
darah
Ø
Hidung : bersih,tidak
ada polip, tidak ada secret, terdapat rambut hidung
Ø
Telinga : bersih tidak
ada serumen pada telinga kiri dan kanan
Ø
Mulut : bibir
lembab, tidak stomatitis, tidak caries, tidak ada karang gigi, tidak ada gigi
palsu, lidah tidak berslag, tidak ada
bercak koplik
Ø
Leher : tidak
terdapat pembesaran kelenjar thyroid
Ø
Dada : pernafasan
teratur,tidak ada tarikan intercoste, payudara bersih, terdapat hiperpigmentasi
areolammae dan papilla mamae, menonjol, terdapat kelenjar Montgomery
Ø
Abdomen : hiperpigmentasi
linea nigra dan strie lividae, tidak ada bekas operasi
Ø
Vulva dan
vagina : tdak ada varises , tidak ada odem , tidak ada
condiloma akuminata, keluar cairan ketuban merembes sedikit warna kehijau
–hijauan
Ø
Anus : tidak
terdapat hemoroid
Ø
Ekstremitas
atas : tidak ada odem, terdapat cairan RL + Bricasma 1 ampul
20 tetes / menit
Ø
Ekstremitas
Bawah : tidak odem,
tidak terdapat varises pada tungkai kanan dan kiri
3. Palpasi
a) Leher : tidak teraba
pembesaran kelenjar limfe dan tidak ada bendungan vena jugularis
b) payu dara :tidak teraba
benjolan abnormal
c) Abdomen
Ø
Leopold I :TFU 26 cm
teraba bulat, lunak kurang melenting
Ø
Leopold II : bagian kanan
teraba bagian datar memanjang, bagian kiri teraba bagian kecil
Ø
Leopold III : Teraba keras
, bulat, bisa digoyang
Ø
Leopold IV : kepala belum
masuk PAP
d) Auskultasi : DJJ 156 x /
menit
e) Perkusi : Reflek
pattela positif kanan / kiri
f) Pemeriksaan panggul Luar :
Ø
Distansia spinarum : tidak terkaji
Ø
Distansia
cristarum : tidak terkaji
Ø
Conjugata Eksterna : tidak terkaji
Ø
Lingkar panggul luar : -
g) Pemeriksaan Penunjang
Ø
USG dari Dr. Suhartini SPOG Tgl.27 –
06 - 2018
Ø
Hasil : janin tunggal,hidup, 35-36
minggu
h) Pemeriksaan Dalam
Ø
Tgl. 27 – 06 -2018 : Pembukaan 2 cm
i)
Terapi
Ø
Infuse RL
Ø
Injeksi Kalmenth 16 mg
Ø
Injeksi ampi 1 gr
II. INTREPRETASI
DATA
DX :
G2P100I 35-36 Minggu dengan Kpd
DS :
· Ibu
mengatakan hamil ke-2
· Ibu
merasakan gerakan janin usia 5 bulan
· HPHT : 23-10-2017
DO :
HPL : 30-07-2018
TTV :
Ø
TD :110 / 70 mmHg
Ø
Suhu :36,7 ˚C
Ø
Nadi :92 x / menit
Ø
RR :20 x / menit
Palpasi
Ø
Leopold I : Tfu 26 cm, teraba bulat ,
lunak.
Ø
Leopold II : Bagian kiri teraba bagian datar memanjang, bagian
kiri teraba bagian kecil
Ø
Leopold III : teraba bulat, keras, bisa digoyang
Ø
Leopold IV : kepala masuk PAP
Ø
DJJ : 156 x / Menit
Ø
Pemeriksaan Penunjang
Ø
USG dari Dr. Djamil SPOG Tgl. 27 –
06 - 2018 Hasil : janin tunggal , hidup
, pres.kep , , plasenta di fundus , umur kehamilan 35-36 minggu
Pemeriksaan
Dalam Tgl. 27 – 06 -208 : Pembukaan 2 cm
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH
POTENSIAL
1) Infeksi pada
ibu dan janin
2) Terjadi
asfiksia neonaturum
IV. PENETAPAN KEBUTUHAN SEGERA
1) kolaborasi dengan dr SpOG
V.
PERENCANAAN
Ø
DX :
G2PIOO1 35-36 minggu dengan Kpd
Ø
Tujuan jangka pendek : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama
kurang lebih 1 jam diharapkan ibu menerima keadaannya, dengan criteria hasil :
ü K : Ibu
mengerti dan dapat mengulang kembali apa yang telah dijelaskan oleh petugas
kesehatan
ü A : ibu
dapat menerima keadaannya dan mau bekerja sama untuk dilakukan pengobatan
ü P : ibu
bekerja sama untuk dilakukan pengobatan
ü P : cairan
ketuban tidak keluar lagi
Ø
Tujuan jangka pendek : Setelah dilakukan asuhan kebidanan 3 x 24 jam diharapkan kehamilan dapat
dipertahankan dan tetap berjaln normal dengan criteria : KU : baik,TFU
berkembang sesuai tahapannya, tensi :
sisitol 90 – 120 mmHg Diastol 60 – 90 mmHg ,suhu : > 36,5˚C - < 37,5˚C,
nadi : 60 -120 x / menit, RR :18 – 20 x / menit, DJJ 120-160 x / menit
Ø
Lakukan pendekatan pada ibu
ü
R/ ibu dapat terbuka dan lebih
kooperatif Beri tahu ibu hasil pemeriksaan
ü
R/ ibu mengetahui keadaan ibu dan
bayinya : Anjurkan ibu badrest total
ü
R/ badrest dapat mencegah air
ketuban merembes : Anjukan program terapi dokter
ü
R/ merupakan fungsi independent
bidan : Berikan motivasi pada ibu
ü
R/ memberikan semangat pada ibu : lakukan
pemeriksaan TTV tiap 8 jam
ü
R/ suhu > 36,2 ˚C merupakan tanda
infeksi
Ø
lakukan pemeriksaan DJJ , his , dan
pengeluaran cairan ketuban
ü
R/ DJJ < 120 - >160 merupakan
tanda gawat janin
ü
R/ his sebelum aterm dapat memacu
kelakiran premature : Observasi pengeluaran pervaginam
ü
R/ mengetahui jumlah cairan yang
keluar : Bantu ADL
ü
R/ Mencegah ibu mobilisasi secara
mandiri : Kolaborasi dengan tim gizi
ü
R/ merupakan fungsi independent
untuk pemberian diit berupa nasi
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 28 juni
2018
Jam
|
Implementasi
|
paraf
|
09.00
09.10
09.15
09.20
10.00
11.00
12.00
13.00
|
Melakukan
pendekatan pada ibu dan membina hubungan baik dengan cara mengajak komunikasi
dan mendengar keluhan ibu
Memberitahukan
hasil pemeriksaan pada ibu bahwa air ketuban dalam kandungan ibu masih
sedikit tetapi keadaan bayi ibu masih dalam batas normal
DJJ : 150 x / menit
Anjurkan
ibu untuk badrest total
Memberikan
motivasi pada ibu bahwa ibu harus sabar dan dapat menerima keadaannya
Mengobservasi
pengeluaran pervaginam
Melakukan
pemeriksaan DJJ dan HIS
Berikan
diit nasi
|
VII. EVALUASI
Tanggal : 28
-06 – 2018 Jam
: 14.45 WIB
S : Ibu mengatakan keluar cairan
sedikit-sedikit
Ibu mengatakan menerima keadaanya dengan sabar
O : TTV
Ø TD :110/80 mmHg
Ø Suhu :36,4 ˚C
Ø Nadi :82 x / menit
Ø RR :20 x / menit
Ø DJJ : 150 x
/ Menit
Ø PPV: cairan
ketuban merembes
A : G2p1001 35-36 minggu dengan Kpd
P :
Ø Lanjutkan
perewatan
Ø Lanjutkan terapi dokter
Tanggal :
28-06-2018 Jam
: 16.00 WIB
S : Ibu mengatakan keluar cairan setelah
kembali dari kamar mandi
O : TTV
Ø TD :110 / 80 mmHg
Ø Suhu :36,3 ˚C
Ø Nadi :82 x / menit
Ø RR :23 x / menit
Ø DJJ : 150 x
/ Menit
Ø PPV: Cairan
ketuban merembes
A : G2P1001 Umur kehamila 35-36 mingggu
dengan Kpd
P :
Ø Lanjutkan
terapi dokter oleh bidan RS
Ø Injeksi
kalmeth 16 mg
Ø Injeksi
ampicilin 3 x 1 gr
BAB IV
PENUTUP
5.1KESIMPULAN
Nama pasien : Ny. R
Umur : 33 Tahun
Alamat : Dawuhan
Tempat : Ruang Flamboyan Rumah Sakit Mardi
Waluyo Blitar
Dignosa : G2P1001 Umur kehamilan 35-36 minggu
dengan Kpd
Rencana : Lakukan badrest
Lanjutkan
terapi dokter oleh bidan RS
Injeksi
kalmeth 16 mg
Injeksi
ampicilin 3 x 1 gr
5.2 SARAN
5.2.1 Bagi
Mahasisiwa
Dapat mengaplikasikanantara ilmu pengetahuan logika
dan ilmu dalam melaksanakan dan menerapkan asuhan kebidanan dengan baik dan lancer.
5.2.2 Bagi
lahan praktek
Dapat mrnyesuaikan antara ilmu teori dan praktek terutama dalam melakukan
asuhan kebidanan pada ibu hamil KPD dan olygohidramnion.
5.2.3 Bagi
institusi pendidikan
Dapat menambah wawasan tentang asuhan kebidanan dan dapat memperbanyak dan
menggandakan sebagian fasilitas perpustakaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Manuaba.
1998. Ilmu Kebidanan , penyakit kandungan
dan keluarga berencana untuk pendidikan Bidan . EGC . Jakarta
Mochtar ,
Rustam . Sinopsis Obstetri jilid I .
EGC . Jakarta
Wiknjosastro , Hanifa dkk . 2005 . Ilmu
Kebidanan . Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta
DOWNLOAD FILE MS. WORD
Comments
Post a Comment