LAPORAN PENDAHULUAN ACUTE CORONARY SYNDROME
BAB I
KONSEP MEDIS
A.
Definisi
Acute coronary syndrome (ACS) atau sindrom koroner akut (SKA)
merupakan suatu istilah yang menggambarkan kumpulan gejala klinik yang ditandai
dengan nyeri dada dan gejala lain yang disebabkan oleh penurunan aliran darah
ke jantung, biasanya disebabkan oleh adanya plak aterosklerotik. Acute
coronary syndrome
adalah istilah untuk tanda-tanda klinis dan gejala iskemia miokard: angina
stabil, non-ST-segmen elevasi miokard infark, dan elevasi ST-segmen infark miokard (Nurulita, Bahrun, & Arif, 2011) .
B. Klasifikasi
Sebelum era
fibrinolitik, infark miokardium dibagi menjadi Q-wave dan non Q-wave.
Pembagian ini berdasarkan evolusi gambaran elektrokardiogram (EKG) yang terjadi
pada beberapa hari setelah serangan. Infark miokardium tipe Q-wave menggambarkan tipe infark
transmural. Sedangkan infark yang non
Q-wave menggambarkan infark yang terjadi hanya pada lapisan subendokardium.
Pada saat ini istilah yang dipakai adalah STEMI (ST elevation myocardial infarction), NSTEMI (non ST elevation myocardial infarction), dan angina pectoris tidak
stabil. Ketiganya merupakan suatu spectrum klinis yang disebut sindrom koroner
akut. Ketiganya mempunyai dasar patofisiologi yang sama, hanya berbeda derajat
keparahannya. Adanya elevasi segmen ST pada EKG menggambarkan adanya oklusi
total arteri koroner yang menyebabkan nekrosis pada seluruh atau hampir seluruh
lapisan dinding jantung. Pada kondisi STEMI dan angina pectoris tidak stabil
terjadi oklusi parsial arteri koroner (Myrtha, 2012) .
Gambaran
EKG
|
Biomarker
|
Tingkat
keparahan
|
|
STEMI
|
ST elevasi
|
Oklusi
thrombus total
|
|
NSTEMI
|
ST depresi
T inverted
|
Terdapat
sumbatan thrombus dengan nekrosis minimal
|
|
UAP
|
ST depresi
T inverted
|
Normal
|
Thrombus
parsial/intermitten
|
a. Gambaran Elektrokardiogram
(EKG)
Lokasi infark/iskemik berdasarkan gambaran EKG yaitu:
Lokasi Infark
|
Elevasi Segmen ST
|
A.
Koroner
|
Antero-septal
|
V1-V4
|
LAD
|
Anterior
|
V3, V4
|
LAD
|
Septum
|
V1, V2
|
LAD
|
Lateral
|
I, aVL, V5, V6
|
LCX
|
Anterolateral
|
I, aVL, V3, V4, V5, V6
|
LAD, LCX
|
Anterior-Ekstensif
|
I, aVL, V1-V6
|
LAD, LCX
|
High
Lateral
|
I, aVL
|
LCX
|
Posterior
|
V7-V9
|
LCX, PDA
|
Inferior
|
II, III, aVF
|
PDA
|
Ventrikel Kanan
|
V3R-V4R
|
RCA
|
Keterangan:
LAD: Left Anterior Descending Artery
LCX: Left Circumflex
RCA: Right Coronary Artery
PDA: Posterior Descending Artery merupakan
percabangan dari RCA
b.
Pemeriksaan enzim jantung
Pada pemeriksaan enzim
jantung ditemukan adanya peningkatan pada STEMI dan NSTEMI sedangkan pada UAP,
enzim jantung normal.
Pemeriksaan
yang dianjurkan adalah:
1) Creatinin Kinase (CK)MB. Meningkat setelah 3 jam
bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-24 jam dan kembali normal
dalam 2-4 hari.
2) cTn (cardiac
specific troponin). Ada 2 jenis yaitu cTn T dan cTn I. enzim ini meningkat
setelah 2 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-24 jam dan
cTn T masih dapat dideteksi setelah 5-14 hari, sedangkan cTn I setelah 5-10
hari.
Pemeriksaan enzim jantung yang lain yaitu:
1)
Mioglobin. Dapat
dideteksi satu jam setelah infark dan mencapai puncak dalam 4-8 jam.
2)
Creatinin kinase
(CK). Meningkat setelah 3-8 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak
dalam 10-36 jam dan kembali normal dalam 3-4 hari.
3)
Lactic
dehydrogenase (LDH). Meningkat setelah 24-48 jam bila ada infark miokard, mencapai
puuncak 3-6 hari dan kembali normal dalam 8-14 hari.
C. Etiologi
Penyebabnya dapat karena penyempitan kritis arteri
koroner akibat arterosklerosis atau oklusi arteri komplet akibat embolus atau
trombus. Penurunan aliran darah koroner dapat juga disebabkan oleh syok dan
hemoragi.
1. Faktor predisposisi
Faktor
resiko biologis yang tidak dapat diubah :
a. Usia > 40 tahun
b. Jenis kelamin : insiden pada pria,
sedangkan pada wanita meningkatsetelah menopause
c. Hereditas
d. Ras : lebih tinggi insiden pada
kulit hitam.
Faktor resiko yang dapat diubah
a. Mayor : hiperlipidemia, hipertensi,
merokok, diabetes, obesitas, diet tinggi lemak jenuh, kalori
b. Minor: inaktifitas fisik, pola
kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif)., stress
psikologis berlebihan.
D.
Manifestasi
Klinis
1.
Nyeri:
- Nyeri dada yang terjadi secara
mendadak dan terus tidak mereda, biasanya diatas region sternal bawah dan
abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama.
- Keparahan nyeri
dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak dapat tertahankan lagi.
- Nyeri ini sangat
sakit, seperti ditusuk-tusuk yang dapat menjalar kebahu dan terus ke
bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
- Nyeri mulai
secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan emosional),
menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan bantuan
istirahat atau nitrogliserin (NTG).
- Nyeri dapat
menjalar ke arah rahang dan leher.
- Nyeri sering
disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening atau
kepala terasa melayang dan mual serta muntah.
- Pasien dengan
diabetes mellitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena neuropati
yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor (menumpulkan
pengalaman nyeri).
2. Pada ACS dapat ditemukan juga sesak
napas, diaphoresis, mual, dan nyeri epigastrik.
3. Perubahan tanda vital, seperti
takikardi, takipnea, hipertensi, atau hipotensi, dan penurunan saturasi oksigen
(SAO2) atau kelainan irama jantung.
E.
Pemeriksaan
penunjang lainnya
1.
Echocardiogram
Digunakan
untuk mengevaluasi lebih jauh mengenai fungsi jantung khususnya fungsi
vertrikel dengan menggunakan gelombang ultrasounds.
2. Foto thorax
Roentgen
tampak normal, apabila terjadi gagal jantung akan terlihat pada bendungan paru
berupa pelebaran corakan vaskuler paru dan hipertropi ventrikel
3.
Elektrolit: ketidakseimbangan dapat mempengaruhi
konduksi dan kontraktilitas,misalnya hipokalemi, hiperkalemi.
4.
Sel
darah putih : leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2
setelah IMA berhubungan dengan proses inflamasi.
5.
Kecepatan
sedimentasi: meningkat
pada hari ke-2 dan ke-3 setelah IMA , menunjukkan inflamasi
6.
AGD
: dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
7.
Kolesterol
atau Trigliserida serum : meningkat, menunjukkan arteriosklerosis sebagai
penyebab IMA.
8. Percutaneus Coronary Angiografi
(PCA)
Pemasangan
kateter jantung dengan menggunakan zat kontras dan memonitor x-ray yang
mengetahui sumbatan pada arteri koroner
9. Tes Treadmill
10. Uji latih jantung untuk mengetahui
respon jantung terhadap aktivitas.
F. Penatalaksanaan
intrahospital
1.
Pasang
infus intravena: dekstrosa 5% atau NaCl 0,9%.
2.
Pantau
tanda vital: setiap ½ jam sampai stabil, kemudian tiap 4 jam atau sesuai dengan
kebutuhan, catat jika frekuensi jantung < 60 kali/mnt atau > 110
kali/mnt; tekanan darah < 90 mmHg atau > 150 mmHg; frekuensi nafas < 8
kali/mnt atau > 22 kali/mnt.
3.
Aktifitas
istirahat di tempat tidur dengan kursi
commode di samping tempat tidur dan mobilisasi sesuai toleransi setelah
12 jam.
4.
Diet:
puasa sampai bebas nyeri, kemudian diet cair. Selanjutnya diet jantung
(kompleks karbohidrat 50-55% dari kalori, monounsaturated dan unsaturated fats
< 30% dari kalori), termasuk makanan tinggi kalium (sayur, buah), magnesium
(sayuran hijau, makanan laut) dan serat (buah segar, sayur, sereal).
5.
Medika
mentosa :
·
Oksigen
nasal mulai 2 l/mnt: dalam 2-3 jam pertama; dilanjutkan jika saturasi oksigen
arteri rendah (< 90%)
·
Mengatasi
rasa nyeri: Morfin 2,5 mg (2-4 mg) intravena, dapat diulang tiap lima menit
sampai dosis total 20 mg, atau Petidin 25-50 mg intravena, atau Tramadol 25-50
mg intravena. Nitrat sublingual/patch, intravena jika nyeri berulang dan
berkepanjangan.
6.
Terapi
reperfusi (trombolitik) streptokinase atau tPa:
·
Tujuan:
door to needle time < 30 menit, door to dilatation < 60 mnt.
·
Rekomendasi:
ü
Elevasi
ST > 0,1 mV pada dua atau lebih sadapan ekstremitas berdampingan atau >
0,2 mV pada dua atau lebih sadapan prekordial berdampingan, waktu mulai nyeri
dada sampai terapi < 12 jam, usia < 75 tahun; Blok cabang berkas (BBB)
dan anamnesis dicurigai infark miokard akut.
ü
Dosis
obat-obat trombolitik:
Streptokinase: 1,5 juta UI dalam 1 jam; Aktivator plasminogen jaringan
(tPA): bolus 15 mg, dilanjutkan 0,75 mg/kgBB (maksimal 50 mg) dalam jam pertama
dan 0,5 mg/kgBB (maksimal 35 mg) dalam 60 menit.
7.
Antitrombotik
:
·
Aspirin
(160-325 mg hisap atau telan)
·
Heparin
direkomendasi pada:
ü
Pasien
yang menjalani terapi revaskularisasi perkutan atau bedah.
ü
Diberikan
intravena pada pasien yang menjalani terapi reperfusi dengan alteplase: dosis
yang direkomendasikan 70 UI/kgBB bolus pada saat mulai infus alteplase,
dilanjutkan lebih dari 48 jam terbatas hanya pada pasien dengan risiko tinggi
terjadi tromboemboli sistemik atau vena.
ü
Diberikan
intravena pada infark non-Q.
ü
Diberikan
subkutan (SK) 2 x 7500 UI (heparin intravena merupakan trombolitik yang tidak
ada kontraindikasi heparin). Pada pasien fibrilasi atrial, riwayat emboli, atau
diketahui ada trombus di ventrikel kiri.
ü
Diberikan
intravena pada pasien yang mendapat terapi obat-obat trombolitik non-selektif
(streptokinase, anisreplase, urokinase) yang merupakan risiko tinggi terjadinya
emboli sistemik seperti di atas. Keterangan: heparin direkomendasikan ditunda
sampai 4 jam dan pada saat itu diperiksa
aPTT. Heparin mulai diberikan jika aPTT < 2 kali kontrol (sekitar 70 detik),
kemudian infus dipertahankan dengan target aPTT 1,5-2 kali kontrol (infus awal
sekitar 1000 UI/jam). Setelah 48 jam dapat dipertimbangkan diganti heparin
subkutan, warfarin, atau aspirin saja.
8.
Mengatasi
rasa takut dan cemas: diazepam 3 x 2-5 mg oral atau intravena.
9.
Obat
pelunak tinja: laktulosa (laksadin) 2 x 15 ml.
10. Terapi tambahan: Penyekat beta; jika tidak ada
kontraindikasi. Penghambat.
11. ACE terutama pada: IMA luas atau anterior, gagal
jantung tanpa hipotensi,
12. riwayat infark miokard. Antagonis kalsium: diltiazem
pada IMA non-Q.
G. Komplikasi
a.
Aritmia
Beberapa bentuk aritmia mungkin
timbul pada IMA. Hal ini disebabkan perubahan-perubahan listrik jantung sebagai
akibat ischemia pada tempat infark atau pada daerah perbatasan yang
mengelilingi, kerusakan sistem konduksi, lemah jantung kongestif atau
keseimbangan elektrolit yang terganggu.
b.
AV Blok
c.
Gagal jantung
(pump failure)
Pada IMA, pump failure maupun gagal
jantung kongestif dapat timbul sebagai akibat kerusakan ventrikel kiri,
ventrikel kanan atau keduanya dengan atau tanpa aritmia. Penuran cardiac output
pada pump failure akibat IMA tersebut menyebabkan perfusi perifer berkurang.
Peningkatan resistensi perifer sebagai kompensasi menyebabkan beban kerja
jantung bertambah. Bentuk yang paling ekstrim pada gagal jantung ini ialah syok
kardiogenik.
d.
Emboli/tromboemboli
Emboli paru pada IMA: adanya gagal
jantung dengan kongesti vena, disertai tirah baring yang berkepanjangan
merupakan faktor predisposisi trombosis pada vena-vena tungkai bawah yang
mungkin lepas dan terjadi emboli paru dan mengakibatkan kemunduran hemodinamik
(DVT). Embolisasi sitemik akibat trombus pada ventrikel kiri tepatnya pada
permukaan daerah infark atau trombus dalam aneurisma ventrikel kiri.
e.
Ruptura
Komplikasi ruptura miokard mungkin
terjadi pada IMA dan menyebabkan kemunduran hemidinamik. Ruptura biasanya pada
batas antara zona infark dan normal. Ruptura yang komplit (pada free wall)
menyebabkan perdarahan cepat ke dalam kavum pericard sehingga terjadi tamponade
jantung dengan gejala klinis yang cepat timbulnya.
BAB
II
KONSEP
KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Riwayat Kesehatan
Pasien yang mengalami infark miokard (biasanya disebut
serangan jantung) memerlukan intervensi medis dan perawatan segera dan mungkin
tibdakan penyelamatan nyawa misalnya :
pengurangan nyeri dada atau pencegahan disritmia. Untuk pasien seperti
ini, beberapa pertanyaan terpilih mengenai nyeri dada dan gejala yang
berhubungan (seperti napas pendek atau palpitasi), alergi obat, dan riwayat
merokok ditanyakan bersamaan dengan pengkajian kecepatan, irama jantung,
tekanan darah, dan pemasangan pipa infus.
2. Pengkajian fisik
a. Aktifitas
Gejala: kelemahan, kelelahan,tidak dapat
tidur,pola hidup menetap, jadwal olahraga tidak teratur
Tanda: takikardi, dispnea pada istirahat
atau aktifitas.
b. Sirkulasi
Gejala: riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri
coroner, masalah tekanan darah, diabetes mellitus
Tanda:
§ TD: dapat normal atau naik/turun,
perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk/berdiri
§ Nadi: dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat
kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia) mungkin
terjadi.
§ Bunyi jantung: bunyi jantung ekstra : S3 atau S4
mungkin menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilits atau complain
ventrikel.
§ Murmur: bila ada menunjukkan gagal
katup atau disfungsi otot papilar
§ Friksi: dicurigai perikarditis
§ Irama jantung dapat teratur atau
tidak teratur
§ Edema: distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema
umum, krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
§ Warna: pucat atau sianosis, kuku
datar , pada membran mukossa atau bibir
c. Integritas ego
Gejala:
§ Menyangkal gejala penting atau
adanya kondisi takut mati
§ Perasaan ajal sudah dekat
§ Marah pada penyakit atau perawatan
§ Khawatir tentang keuangan, kerja dan
keluarga.
Tanda: menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata,
gelisah, marah, perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri, koma nyeri.
d. Eliminasi
Tanda: normal,
bunyi usus menurun.
e. Makanan atau cairan
Gejala:
§ Mual
§ Kehilangan nafsu makan
§ Bersendawa
§ Nyeri ulu hati atau rasa terbakar
Tanda:
§ Penurunan turgor kulit
§ Kulit kering/berkeringat.
§ Muntah.
§ Perubahan berat badan.
f. Higiene
Gejala atau tanda: kesulitan melakukan tugas perawatan
g. Neurosensori
Gejala:
§ Pusing
§ Berdenyut selama tidur atau saat
bangun (duduk atau istrahat)
Tanda:
§ Perubahan mental
§ Kelemahan
f. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
§ Nyeri dada yang timbulnya mendadak
(dapat atau tidak berhubungan dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat
atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral).
§ Lokasi :tipikal pada dada anterior,
substernal , prekordial, dapat menyebar ke tangan, ranhang, wajah. Tidak
tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
§ Kualitas : “crushing ”, menyempit,
berat, menetap, tertekan.
§ Intensitas :biasanya 10 (pada skala
1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
Catatan: nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi,
diabetes mellitus , hipertensi, lansia
g. Pernafasan
Gejala :
§ Dispnea saat aktivitas ataupun saat
istirahat
§ Dispnea nocturnal
§ Batuk dengan atau tanpa produksi
sputum
§ Riwayat merokok, penyakit pernafasan
kronis.
Tanda :
§ Peningkatan frekuensi pernafasan
§ Nafas sesak / kuat
§ Pucat, sianosis
§ Bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi
), sputum
h. Interaksi sosial
Gejala : kesulitan
koping dengan stressor yang ada.
Tanda: kesulitan istirahat dengan tenang.
3. Pengkajian Diagnostik
a. Pemeriksaan
Laboratorium.
-
CKMB
-
cTn
-
Mioglobin
-
CK
-
LDH
b. Pemeriksaan
diagnostik:
Echocardiogram dan Elektrokardiografi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul yaitu (NANDA
International, 2015) :
1. Nyeri akut berhubungan dengan
iskemia jaringan miokard
2. Penurunan curah jantung berhubungan
dengan peningkatan beban kerja ventikuler.
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
keletihan, hiperventilasi
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan penurunan sirkulasi
pulmonal
5. Kelebihan volume cairan berhubungan
denganpeningkatan natrium/ retensi air
6. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard dan kebutuhan
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber
pengetahuan
8. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer
C.
RENCANA
KEPERAWATAN
No.
|
Dx. Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi / Implementasi
|
1.
|
Domain 4: Aktivitas/Istirahat
Kelas 4: Respons Kardiovaskuler/ Pulmonal
(00240) Penurunan
curah jantung berhubungan dengan perubahan preload, afterload, dan
kontraktilitas jantung
|
NOC:
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, curah jantung adekuat dengan kriteria hasil:
1.
(0400) Keefektifan pompa jantung meningkat yang ditandai dengan:
· Tidak ada penurunan kesadaran (GCS: 15)
· Tidak ada dispneu saat istirahat
· Warna kulit normal
· Tidak ada nyeri dada
2. (0802) Tanda-tanda vital, dalam batas normal yang ditandai dengan:
· Tekanan darah:
100-140/60-90 mmHg
· Nadi:
60-100×/menit
· Pernapasan:
12-24×/menit
· Suhu:
36.0-37.5ºC
|
NIC:
1. (4040) Perawatan
Jantung
§ Evaluasi nyeri
dada (meliputi: intensitas, lokasi, radiasi, durasi, dan factor presipitasi
serta elevasi)
§ Lakukan
penilaian yang komprehensif terhadap sirkulasi perifer (meliputi: cek nadi
perifer, edema, capillary refill time,
warna dan temperature ekstremitas
§ Dokumentasikan
distritmia jantung
§ Catat tanda
dan gejala penurunan kardiak output
§ Monitor
tanda-tanda vital secara teratur
§ Monitor status
respirasi untuk kumpulan gejala gagal jantung
§ Monitor
keseimbangan cairan (meliputi: intake output dan berat badan harian)
§ Perhatikan
adanya perubahan tekanan darah
§ Monitor
dispnea, fatigue, tachypnea, dan orthopnea
§ Tingkatkan
pengurang stress
§ Ciptakan
hubungan yang mendukung dengan pasien dan keluarga
§ Instruksikan
pasien terhadap pentingnya melaporkan ketidaknyamanan dada secara langsung
§ Tawarkan
dukungan spiritual pada pasien atau keluarga
2. (4260) Pencegahan
Syok
§ Monitor terhadap adanya respon kompensasi awal syok
seperti tekanan darah normal, tekanan nadi melemah, hipotensi orthostatic
ringan, perlambatan pengisian kapiler, pucat/dingin pada kulit, takipneu
ringan, dan kelemahan
§ Monitor tanda-tanda awal dari penurunan fungsi
jantung seperti penurunan cardiac output dan urin output, bunyi crackles pada paru, terdapat bunyi
jantung S3 dan S4 dan taikardia
§ Monitor status sirkulasi misalnya tekanan darah,
warna kulit, temperature kulit, bunyi jantung, nadi dan irama, kekuatan, dan
kualitas nadi perifer dan pengisian kapiler
§ Tinggikan kepala
§ Atur posisi pasien dalam posisi trendelenburg
§ Monitor edema perifer, distensi vena jugularis
§ Monitor EKG
§ Berikan obat anti aritmia sesuai kebutuhan
|
2.
|
Domain 4: Aktivitas/Istirahat
Kelas 4: Respons Kardiovaskuler/ Pulmonal
(00032) Ketidakefektifan pola napas berhubungan
dengan keletihan, hiperventilasi
|
NOC:
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, pola napas efektif dengan kriteria hasil:
1.
(0415) status pernapasan
meningkat
dari level 1 menjadi level 3 (deviasi
berat dari kisaran normal menjadi deviasi sedang dari kisaran normal) yang ditandai
dengan:
· Tidak ada suara napas tambahan
· Tidak ada sianosis dan dispneu
· Saturasi oksigen ketika beraktivitas dalam batas normal
(92-100%)
2. (0802) Tanda-tanda vital, dalam batas normal yang ditandai dengan:
· Tekanan darah:
100-140/60-90 mmHg
· Nadi: 60-100×/menit
· Pernapasan:
12-24×/menit
· Suhu:
36.0-37.5ºC
|
NIC:
1. (3350) Monitor
Pernapasan
§ Monitor
kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan bernapas
§ Catat
pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan otot-otot bantu
pernapasan, dan retraksi pada otot supraclavicularis
dan interkosta
§ Monitor suara
napas tambahan seperti ngorok atau mengi
§ Monitor pola
napas (misalnya: bradipneu, takipneu, hiperventilasi, pernapasan kussmaul
§ Monitor
saturasi oksigen dan tingkat kesadaran
2. (3320) Terapi Oksigen
§ Monitor
kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan bernapas
§ Pertahankan kepatenan jalan napas
§ Pertahankan posisi semifowler
§ Monitor aliran oksigen
§ Monitor efektifitas terapi oksigen yang diberikan
§ Monitor kemampuan pasien untuk mentolerir
pengangkatan oksigen ketika makan
§ Pantau adanya tanda-tanda keracunan oksigen dan
kejadian atelektasis
§ Monitor kerusakan kulit terhadap adanya gesekan
perangkat oksigen
|
3.
|
Domain 12: Kenyamanan
Kelas 1: Kenyamanan Fisik
(00132) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
(infark miokard)
|
NOC: Setelah dilakukan tindakan keperwatan 1x24 jam pasien menunjukkan
tingkat dan kontrol nyeri adekuat.
Kriteria
hasil:
1.
(2102) Tingkat
Nyeri
·
Skala
≤3 NRS/Vas
·
Melaporkan
nyeri berkurang
2.
(0802) Tanda-tanda vital, dalam batas normal yang ditandai dengan:
· Tekanan darah:
100-140/60-90 mmHg
· Nadi:
60-100×/menit
· Pernapasan:
12-24×/menit
· Suhu:
36.0-37.5ºC
|
NIC:
1.
(1400) Manajemen nyeri
§ Kaji
karakteristik nyeri
§ Kaji
pernyataan verbal terkait nyeri
§ Kurangi
faktor-faktor yang meningkatkan nyeri (mis. Kelelahan, ketakutan/kecemasan)
§ Dukung
istirahat/tidur yang adekuat untuk menurunkan nyeriberikan informasi yang
dapat meningkatkan nyeri
§ Ajarkan
teknik relaksasi
§ Monitor
tanda-tanda
vital
§ Kolaborasi
pemberian antiangina
|
4.
|
Domain 3: Eliminasi dan pertukaran
Kelas 4: Fungsi Respirasi
(00030) Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan penurunan sirkulasi pulmonal
|
NOC:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien mampu memperlihatkan peningkatan
oksigenasi atau pembuangan karbon dioksida pada membran kapiler alveoli dengan kriteria hasil:
1.
(0402) Status pernapasan:
pertukaran gas adekuat yang ditandai dengan:
· Klien mampu menunjukkan saturasi oksigen dalam batas normal
· Klien mampu menunjukkan nilai
AGD dalam batas normal:
pH : 7.35-7.45
HCO3: 22-28
pO2: 75-100 mmHg
pCO2: 35-45 mmHg
sPO2: 94-100%
· Klien mampu menunjukkan berkurangnya dyspnea
saat beristirahat
|
NIC:
1.
((3350) Monitor Status
Pernapasan
§ Anjurkan untuk napas dalam
§ Berikan posisi yang nyaman
§ Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
§ Observasi tanda-tanda vital, AGD, dan status mental
§ Pantau kepatenan jalan napas
§ Observasi tanda-tanda hipoventilasi
§ Monitor repisrasi dan status O2
§ Monitor sianosis pada membran mukosa
2. (3320)
Terapi Oksigen
§ Pertahankan kepatenan jalan napas
§ Monitor aliran oksigen
§ Monitor efektifitas terapi oksigen yang diberikan
§ Monitor kemampuan kemampuan pasien untuk mentolerir pengangkatan
oksigen ketika makan
§ Pantau adanya tanda-tanda keracunan oksigen dan kejadian atelektasis
§ Monitor kerusakan kulit terhadap adanya gesekan perangkat oksigen
|
5.
|
Domain 2: Nutrisi
Kelas 5: Hidrasi
(00026) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
gangguan mekanisme regulasi
|
NOC:
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, pola napas efektif dengan kriteria hasil:
1. (0601)
Keseimbangan cairan tidak terganggu yang ditandai dengan:
· Edema perifer berkurang (penurunan pitting edema
< 2+ )
· Kekuatan nadi perifer
· Keseimbangan intake
dan output dalam 24 jam
|
NIC:
1. (4120) Manajemen Cairan
§ Hitung atau timbang popok dengan baik
§ Jaga intake/asupan
yang akurat dan catat output pasien
§ Monitor tanda-tanda vital pasien
§ Kaji lokasi dan luasnya edema
§ Berikan diuretik yang diresepkan
§ Monitor asupan cairan intravena selama 24 jam
§ Batasi asupan cairan per oral sesuai dengan
kebutuhan cairan pasien selama 24 jam
|
6.
|
Domain 4: Aktivitas/Istirahat
Kelas 4: Respons Kardiovaskuler/ Pulmonal
(00092) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
|
NOC:
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 jam, pasien dapat bertoleransi
terhadap aktivitas dengan
kriteria hasil:
1. (0300) Perawatan diri: aktivitas
sehari-hari terpenuhi yang ditandai
dengan:
· Mandi, makan, dan berpakaian terpenuhi
· Mobilisasi pasien ditempat tidur
2. (0005)
Toleransi terhadap aktivitas adekuat yang ditandai dengan:
· Tampak adanya keseimbangan antara aktivitas dan
istirahat
· Saturasi oksigen ketika beraktivitas dalam batas normal
(92-100%)
· Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah, nadi, dan pernapasan
· Bartel
Index (Function Status Assassment)
: > 12
(ketergantungan ringan
sampai mandiri)
|
NIC:
1. (1800) Manajemen energi
§ Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
§ Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
§ Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat
§ Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
§ Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas (takikardi,
disritmia, sesak napas, diaphoresis, pucat, perubahan hemodinamik)
§ Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
§ Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
§ Bantu klien dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari yang tidak mampu
klien lakukan
§ Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri dan penguatan
§ Monitor respon fisik, emosi, sosial, dan spiritual
|
7.
|
Domain 5: Persepsi/ Kognisi
Kelas 4: Kognisi
(00126) Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya sumber pengetahuan
|
NOC :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam pengetahuan
klien dan keluarga tentang penyakit terpenuhi dengan kriteria hasil:
1.
(1803)
Pengetahuan: proses penyakit dan prosedur penanganan
Adekuat
yang ditandai dengan:
·
Klien mengetahui karakteristik spesifik penyakit yang diderita yang
mencakup: faktor penyebab, efek fisiologis, tanda dan gejala, dan penanganan
·
Klien mengetahui strategi untuk mengatasi perkembangan penyakit dan
manfaat manajemen penyakit yang dilakukan
|
NIC:
1.
(5602) Pengajaran: proses penyakit dan
prosedur penanganan
§ Kaji tingkat
pengetahuan pasien terkait dengan proses penyakit lebih spesifik
§ Jelaskan
mengenai penyebab, tanda dan gejala penyakit
§ Berikan
informasi pada pasien mengenai kondisinya
§ Hindari
memberikan harapan yang kosong
§ Jelaskan
mengenai prosedur penanganan yang sesuai dengan penyakit pasien
§ Jelaskan
mengenai komplikasi atau dampak dari prosedur yang diberikan
§ Kaji harapan
pasien mengenai tindakan yang dilakukan
§ Berikan
kesempatan bagi pasien dan keluarga untuk bertanya ataupun mendiskusikan
perasaannya.
|
8.
|
Domain 4:
Aktivitas/ Istirahat
Kelas 4: Respon
Kardiovaskular/ Pulmonal
(00204) Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke perifer
|
NOC:
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, perfusi jaringan perifer adekuat dengan kriteria hasil:
1.
(0407) Perfusi jaringan: perifer adekuat yang
ditandai dengan:
·
Pengisian
kapiler jari
·
Pengisian
kapiler jari kaki
·
Suhu kulit
ujung kaki dan tangan
·
Kekuatan
denyut nadi karotis
2. (0802) Tanda-tanda vital, dalam batas normal yang ditandai dengan:
· Tekanan darah:
100-140/60-90 mmHg
· Nadi:
60-100×/menit
· Pernapasan:
12-24×/menit
· Suhu:
36.0-37.5ºC
|
NIC:
1. (3480) Monitor Ekstremitas Bawah
§ Inspeksi perubahan pada kuku kaki misalnya warna,
suhu, hidrasi
§ Kaji apakah ada parasthesias misalnya baal,
kesemutan, atau rasa terbakar
§ Palpasi nadi dorsalis pedis dan tibial posterior
§ Tentukan waktu pengisian kapiler
2. (4066)
Perawatan Sirkulasi: insufisiensi vena
§ Lakukan penilaian sirkulasi perifer secara
komprehensif misalnya mengecek nadi perifer, udem, waktu pengisian kapiler,
warna dan suhu kulit
§ Tinggikan kaki 20 derajat atau lebih tinggi dari
jantung
§ Ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali
|
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G. M.,
Butcher , H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
intervention clasification. Oxford: Elsevier.
Doenges, M. E.,
& Morhouse , M. F. (2010). Rencana Perawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Myrtha, R. (2012).
Patofisiologi sindrom koroner akut. CDK-192 , 39 (4), 261-264.
Moorhead, S.,
Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing out come
clasification edisi kelima (5th ed.). (I. Nurjannah, & R. D. Tumanggor,
Trans.) Philadelphia: Elsevier.
NANDA International.
(2015). Diagnosis Keperawatan, definisi dan klasifikasi. Jakarta: EGC.
Nurulita, A., Bahrun, U.,
& Arif, M. (2011). Perbandingan kadar apolipoprotein B dan fraksi lipid
sebagai faktor risiko sindrom koroner akut. JST Kesehatan , 1
(1), 94-100.
Price, S. A., &
Wilson, L. M. (2015). Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit
Vol 2. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C.,
& Bare, B. G. (2003). Buku ajar keperawatan medikal bedah edisi 8 vol.
2. Jakarta: EGC.
DOWNLOAD FILE MS. WORD "LAPORAN PENDAHULUAN ACUTE CORONARY SYNDROME" DISINI
DOWNLOAD FILE MS. WORD "LAPORAN PENDAHULUAN ACUTE CORONARY SYNDROME" DISINI
Comments
Post a Comment