DOWNLOAD LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DIAGNOSA CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) FORMAT MS WORD

 

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DIAGNOSA CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

 

BAB 1

PENDAHULUAN

A.    DEFINISI

Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel pada suatu derajat dimana memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Salah satu sindrom klinik yang terjadi pada gagal ginjal adalah uremia. Hal ini disebabkan karena menurunnya fungsi ginjal(Dewi, 2021). Fungsi renal menurun, produksi akhir metabolisme protein (yang normalnya diekresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengarui setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka grjala akan semakin berat. Dan banyak gejala uremia membaik setelah dialisis(Tri, 2022)

Menurut Kidney Disease Outcome Quality Initiative (KDOQI), CKD dapat pula didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana GFR < 60 mL/menit/1,73 m2 selama ≥ 3 bulan dengan atau tanpa disertai kerusakan ginjal(Rauf, 2022). Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah penyakit progresif dengan hilangnya fungsi ginjal yang terjadi selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun dan ditandai dengan perubahan bertahap dari struktur ginjal normal menjadi jaringan fibrosa. Penyakit ginjal kronis sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien dan menambah beban ekonomi kesehatan karena pengobatan penyakit ginjal kronis stadium akhir membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu perlu adanya pencegahan PGK terutama pada pasien yang berisiko tinggi (Indrayani & Utami, 2022) dalam (Jayanati, 2023).

 

B.     ETIOLOGI

Menurut CKD (Rauf, 2022), sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit lainnya, sehingga merupakan penyakit sekunder. Penyebab dari CKD antara lain:

a.       Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)

b.      Penyakit peradangan (glomerulonefritis)

c.       Penyakit vaskuler hipertensi (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)

d.      Gangguan jaringan penyambung (SLE, sclerosis, HSP)

e.       Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal)

f.        Penyakit metabolic (DM, gout, hiperparatiroidisme)

g.      Nefropati toksik

h.      Nefropati obstruktif (batu saluran kemih)

 

C.    KLASIFIKASI

National Kidney Foundation (2011) dalam (Rinirahayu, 2018) membagi 5 (lima) stadium penyakit ginjal kronik yang ditentukan melalui perhitungan nilai Glomerular Filtration Rate(GFR) meliputi:

1.      Stadium I

Kerusakan ginjal dengan GFR normal atau meningkat (>90ml/min/1,73 m2). Fungsi ginjal masi) normal tapi telah terjadi abnormalitas patologi dan komposisi dari darah dan urine.

2.      Stadium II

Kerusakan ginjal. Fungsi ginjal menurun ringan dan ditemukan abnormalitas patologi dan komposisi dari darah dan urine.

3.      Stadium III

Penurunan GFR Moderat (30-59ml/min/1,73 m2). Tahapan ini terbagi lagi menjadi tahapan IIIA (GFR 45-59) dan tahapan IIIB (GFR 30-44). Pada tahapan ini telah terjadi penurunan fungsi ginjal sedang.

4.      Stadium IV

Penurunan GFR Severe (15-29 ml/min/1,73 m2). Terjadi penurunan fungsi ginjal yang berat. Pada tahapan ini dilakukan persiapan untuk terapi pengganti ginjal.

5.      Stadium V

End Stage Renal Disease (GFR <15 ml/min/1,73m2) merupakan tahapan kegagalan ginjal tahap akhir. Teradi penurunan fungsi ginjal yang sangat berat dan dilakukan terapi pengganti ginjal secara permanen.

 

 

 

 

 

 

 

 

D.    GEJALA DAN TANDA

Gejala klinis yang ditimbulkan Chronic Kidney Disease (CKD) menurut (Dewi, 2021) antara lain :

a.       Hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sistem renin – angiotensin - aldosteron)

b.      Gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan)

c.      Perikarditis (akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi)

 

E.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a.       Radiologi

Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi GGK

1.      Foto polos abdomen

Menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi lain

2.      Pielografi Intra vena (PIV)

Menilai sistem pelviokalesis dan ureter

3.      USG

Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih serta prostat

4.      Renogram

Menilai ginjal kiri dan kanan, lokasi gangguan (vaskluker, parenkim, ekskresi) serta sisa fungsi ginjal

5.      EEG

Menunjukkan dugaan ensefalopati metabolik

6.      Biopsi ginjal

Memungkinkan identifikasi histologi dari proses penyakit yang mendasar.

b.      Laboratorium

1.      Hasil pemeriksaan darah meliputi:

a)      Penurunan pH darah arteri dan kadar bikarbonat, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit yang rendah

b)      Pemendekan usia sel darah merah, trombositopenia ringan, defek trombosit

c)      Kenaikan kadar ureum , kreatini, natrium dan kalium. BUN/ Kreatinin : Kadar BUN (normal: 5-25 mg/dL), kreatinin serum (normal 0,5-1,5 mg/dL; 45- 132,5 µmol/ L [unit SI])

d)      Peningkatan sekresi aldosteron yang berhubungan dengan peningkatan produksi renin

e)      Hiperglikemia (tanda kerusakan metabolisme karbihidrat)

f)       Hipertrigliseridemia dan kadar high - density lipoprotein yang rendah

2. Hasil urinalisis yang membantu penegakan diagnosis, meliputi:

a)      Urin khusus : benda keton, analisa kristal batu

b)      Warna : secara abnormal urine keruh.

c)      Berat jenis yang tetap pada nilai 1.010 atau kurang dari 1.015.

d)      Volume : kurang dari 400ml/jam, oliguri, anuria

e)      Proteinuria, glikosuria, sel darah merah, leukosit, silinder, atau kristal yang bergantung pada penyebab

e)

F.     PENATALAKSANAAN MEDIS

Pengobatan penyakit ginjal kronis meliputi pengobatan khusus penyakit yang mendasari, pencegahan dan pengobatan komorbiditas, memperlambat perkembangan fungsi ginjal, pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskular, dan pencegahan dan pengobatan komplikasi dengan terapi pengganti ginjal. dialisis atau transplantasi ginjal. Terapi penggantian ginjal (renal replacement therapy) diindikasikan untuk penyakit ginjal kronis stadium 5 bila GFR kurang dari 15 mL/menit. Terapi alternatif dapat berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, atau transplantasi ginjal (Handini & Hunaifi, 2022) dalam (Jayanati, 2023).

Penatalaksanaan pada pasien gagal ginjal kronik/ Chronic Kidney Disease (CKD) menurut(Tri, 2022) :

a.       Pengaturan minum: pemberian cairan

b.      Pengendalian hipertensi : intake garam

c.       Pengendalian K+ darah

d.      enanggulangan anemia: transfuse

e.       Penanggulangan asidosis

f.        Pengobatan dan pencegahan infeksi

g.      Pengaturan protein dalam makan

h.      Pengobatan neuropati

i.        Dialisis

j.        Transplantasi

G.    Konsep Asuhan Keperawatan

 

1.   Pengkajian

Pengkajian merupakan upaya akumulasi data yang lengkap dan sistematis dimulai dengan mengumpulan data, identifikasi dan penilaian status kesehatan klien(Nor Mubarak, 2022). Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :

a.       Identitas klien

Meliputi nama, no RM, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, asuransi kesehatan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor registrasi, serta diagnose medis

b.      Keluhan utama

Meliputi pasien rasakan mulai masuk ruang inap saat pengkajian.

c.       Riwayat Kesehatan sekarang

Perjalanan penyakit atau hal yang dirasakan klien sampai rumah sakit.

d.      Pengkajian B1-B6

Termasuk B6 antara lain, breathing, brain, blood, bladder, bowel, dan bone:

1)      Breathing (napas): sistem respirasi

Periksa pola pernapasan, tanda obstruksi, pernapasan lubang hidung, laju pernapasan, gerakan dada: bila simetris, bunyi napas lain: bila tidak tersumbat seluruhnya, udara keluar dari dada pada pasien koma. Hidung, sianosis ekstremitas, auskultasi: ada suara mengi atau letupan.

2)      Brain (otak): sistem SSP

Kaji kesadaran pasien menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS) dan catat tanda peningkatan TIK 4.

3)      Blood (darah): sistem kardiovaskuler

Dalam sistem kardiovaskular, perfusi periferal, tekanan darah, nadi, status penghidratan, dan tahap Hb dinilai.

4)      Bladder (kandung kemih): sistem urogenitalis

Sistem genitourinari memeriksa kuantitas, kualitas, warna, dan konsentrasi urin untuk menilai: status dehidrasi, dan kerusakan ginjal.

5)      Bowel (usus): sistem gastrointestinalis

Periksa sistem gastrointestinal: distensi abdomen, distensi lambung, perdarahan lambung pasca operasi, tanda-tanda cairan bebas, hipoperistaltik atau obstruksi, gangguan organ lain seperti: hati, limpa, pankreas. Pasca operasi, Mayor sering mengalami distensi abdomen yang mengganggu pernapasan karena pasien menggunakan diafragma untuk bernapas.

6)      Bone (tulang): sistem musculoskeletal

Penilaian sianosis muskuloskeletal, perdarahan pasca operasi, warna kuku, gangguan neurologis: tanda-tanda gerakan tungkai.

e.       Sirkulasi

1)      Gejala

a)      Riwayat penyakit katup/jantung, hipertensi, aterosklerosis, dan penyakit serebrovaskular.

b)      Episode palpitasi.

2)      Tanda:

a) Distensi vena jugularis.

b) Peningkatan tekanan darah.

c) Pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda.

d) Denyut nadi dari karotis, gular, radial, takikardia.

e) Murmur stenosis vulvular.

f) Kulit pucat, suhu dingin (vasokontriksi perifer), sianosis.

f.        Integritas ego

1)      Gejala : riwayat peralihan kepribadian, kecemasan, berbagai stressor (pekerjaan, hubungan, keuangan).

2)      Tanda: perubahan suasana hati, konsentrasi, gelisah, menangis, mengi, kenaikan pola bicara, ketegangan otot.

g.      Eliminasi

Gejala : penyakit ginjal sebelumnya atau gagal ginjal saat ini (misalnya obstruksi).

h.      Makanan/cairan

1)      Gejala :

a)      Penyakit ginjal sebelumnya atau gagal ginjal saat ini (misalnya obstruksi)

b)      Mual, peralihan berat badan saat ini (turun/naik) dan muntah

2)      Tanda:

a)      Glikosuria

b)      Berat badannormal atau obesitas

c)      Keadaan edema

i.        Aktifitas/istirahat

1)      Gejala : kelemahan, nafasa pendek, letih, gaya hidup konstan

2)      Tanda : perubahan irama jantung, takipnea, frekuensi jantung bertambah

j.        Neurosensori

1)      Gejala :

a.       Gangguan penglihatan

b.      Keluhan pusing, berdenyut, sakit kepala, dibawah bantal(muncul saat bangun tidur, hilang spontan dalam beberapa jam)

2)      Tanda :

a.       Genggaman lemah

b.      Keadaan mental, proses berfikir, kesadaran yang berubah, orientasi, efek, pola/isi ucapan.

k.      Keamanan

1)      Gejala : gangguan cara berjalan

2)      Tanda : hipotensi postural

l.        Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : Sakit Kepala, angina(penyakit yang berhubungan dengan arteri coroner/jantung)

m.    Pernapasan

1)      Gejala : Riwayat merokok, Dispnea terkait aktivitas/pekerjaan, ortopnea, sesak nafas, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum

2)      Tanda : sianosis, gangguan pernafasan, mengi/crackles

2.   DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Gangguan Rasa Nyaman (D.0074)

Gangguan Rasa Nyaman (D.0074)

Kategori : Psikologis

Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan

Definisi

Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospirtual, lingkungan dan sosial

Penyebab

  1. Gejala penyakit
  2. Kurang pengendalian situasional/lingkungan
  3. Ketidakaekuatan sumber daya mis (mis. dukungan finansial, sosial dan pengetahuan)
  4. Kurangnya privasi
  5. Gangguan stimulus lingkungan
  6. Efek samping  terapi (mis. medikasi, radiasi, kemoterapi)
  7. Gangguan adaptasi kehamilan

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

  1. Mengeluh tidak nyaman

Objektif

1.      Gelisah

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1.    Mengeluh sulit tidur

2.    Tidak mampu rileks

3.    Mengeluh kedinginan/kepanasan

4.    Merasa gatal

5.    Mengeluh mual

6.    Mengeluh lelah

Objektif

  1. Menunjukan gejala distres
  2. Tampak merintih/menangis
  3. Pola eliminasi berubah
  4. Postur tubuh berubah
  5. Iritabilitas

Kondisi Klinis Terkait

  1. Penyakit kronis
  2. Keganasan
  3. Distres psikologis
  4. Kehamilan

Keterangan

Diagnosis gangguan rasa nyaman ditegakan apabila rasa tidak nyaman muncul tanpa ada cedera jaringan, Apabila ketidaknyamanan muncul akibat kerusakan jaringan, maka diagnosis yang disarankan ialah nyeri akut atau kronis

 

 

2.                  Hipervolemia (D.0022)

Hipervolemia (D.0022)

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan cairan

Definisi

Peningkatan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular.

Penyebab

1.      Gangguan mekanisme regulasi

2.      Kelebihan asupan cairan

3.      Kelebihan asupan natrium

4.      Gangguan aliran balik vena

5.      Efek agen farmakologis (mis. Kortikosteroid, chlorpropamide, tolbutamide, vincristine, tryptilinescarbamazepine)

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1.      Ortopnea

2.      Dispnea

3.      Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)

 

Objektif

1.      Edema anasarka dan/atau edema perifer

2.      Berat badan meningkat dalam waktu singkat

3.      Jugular Venous Pressure (JVP) dan/atau Central Venous Pressure (CVP) meningkat

4.      Refleks hepatojugular positif

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

(tidak tersedia)

1.      Distensi vena jugularis

2.      Terdengar suara napas tambahan

3.      Hepatomegali

4.      Kadar Hb/Ht turun

5.      Oliguria

6.      Intake lebih banyak dari output (balans cairan positif)

7.      Kongesti paru

Kondisi Klinis Terkait

1.      Penyakit ginjal : gagal ginjal akut/kronis, sindrom nefrotik

2.      Hipoalbunemia

3.      Gagal jantung kongestif

4.      Kelainan hormon

5.      Penyakit hati (mis. Sirosi, asites, kanker hati)

6.      Penyakit vena perifer (mis. Varises vena, trombus vena, plebitis)

7.      Imobilitas 

 

3.                     Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif (D.0016)

Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif (D.0016)

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Sirkulasi

Definisi

Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke ginjal

Faktor Risiko

1.      Kekurangan volume cairan

2.      Embolisme vaskuler

3.      Vaskulitis

4.      Hipertensi

5.      Disfungsi ginjal

6.      Hiperglikemia

7.      Keganasan

8.      Pembedahan jantung

9.      Bypass kardiopulmonal

10.  Hipoksemia

11.  Hipoksia

12.  Asidosis metabolik

13.  Trauma

14.  Sindrom kompartemen abdomen

15.  Luka bakar

16.  Sepsis

17.  Sindrom respon inflamasi sistemik

18.  Lanjut usia

19.  Merokok

20.  Penyalahgunaan zat

Kondisi Klinis Terkait

1.      Diabetes melitus

2.      Hipertensi

3.      Aterosklerosis

4.      Syok

5.      Keganasan

6.      Luka bakar

7.      Pembedahan jantung

8.      Penyakit ginjal (mis. ginjal polikistik, stenosis artesi ginjal, gagal ginjal, glumeruloneftritis, nefritis intersisial, nekrosis kortikal bilateral, polinefritis)

9.      Trauma

 

4.               Risiko Defisit Nutrisi (D.0032)

Risiko Defisit Nutrisi (D.0032)

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan cairan

Definisi

Beresiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.

Penyebab

1.      Ketidakmampuan menelan makanan

2.      Ketidakmampuan mencerna makanan

3.      Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien

4.      Peningkatan kebutuhan metabolisme

5.      Faktor ekonomi (mis. finansial tidak mencukupi)

6.      Faktor psikologis (mis. stres, keenganan untuk makan)

Kondisi Klinis Terkait

1.      Stroke

2.      Parkinson

3.      Mobius Syndrome

4.      Celebral palsy

5.      Cleft lip

6.      Cleft palate

7.      Amyotropic lateral scierosis

8.      Kerusakan neuromuskular

9.      Luka bakar

10.  Kanker

11.  Infeksi

12.  AIDS

13.  Penyakit Crohn’s

14.  Enterokolotis

15.  Fibrosis kistik

 

5.      Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0009)

Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0009)

Kategori : Fisiologis

Subkategori : Nutrisi dan cairan

Definisi

Penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh.

Penyebab

1.      Hiperglikemia

2.      Penurunan konsentrasi gemoglobin

3.      Peningkatan tekanan darah

4.      Kekurangan volume cairan

5.      Penurunan aliran arteri dan / atau vena

6.      Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis. merokok, gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan garam, imobilitas)

7.      Kurang terpapar informasi tentang proses penyakit (mis. diabetes melittus, hiperlipidemia)

8.      Kurang aktivitas fisik.

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

(Tidak Tersedia)

 

Objektif

1.      Pengisian kapiler >3 detik.

2.      Nadi perifer menurun atau tidak teraba.

3.      Akral teraba dingin.

4.      Warga kulit pucat.

5.      Turgor kulit menurun.

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1.      Parastesia.

2.      Nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten).

Objektif

  1. Edema.
  2. Penyembuhan luka lambat.
  3. Indeks ankle-brachial < 0,90.
  4. Bruit femoral.

Kondisi Klinis Terkait

1.      Tromboflebitis.

2.      Diabetes melitus.

3.      Anemia.

4.      Gagal Jantung kongenital.

5.      Kelainan jantung kongenital/

6.      Thrombosis arteri.

7.      Varises.

8.      Trombosis vena dalam.

9.      Sindrom kompartemen.


 


3.      INTERVENSI KEPERAWATAN

No

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL

INTERVENSI KEPERAWATAN

1.

Hipervolemia b.d kelebihan asupan natrium

 

Status Cairan (L.03028)

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan status cairan membaik dengan kriteria hasil :

1.      Output urine Meningkat

2.      Kadar Hb Membaik

3.      Intake cairan membaik

Manajemen Hipervolemia (I. 03114)

Observasi:

1.       Periksa tanda dan gejala hypervolemia (mis: ortopnea, dispnea, edema, JVP/CVP meningkat, refleks hepatojugular positif, suara napas tambahan)

2.       Identifikasi penyebab hypervolemia

3.       Monitor status hemodinamik (mis: frekuensi jantung, tekanan darah, MAP, CVP, PAP, PCWP, CO, CI) jika tersedia

4.       Monitor intake dan output cairan

5.       Monitor tanda hemokonsentrasi (mis: kadar natrium, BUN, hematokrit, berat jenis urine)

6.       Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma (mis: kadar protein dan albumin meningkat)

7.       Monitor kecepatan infus secara ketat

8.       Monitor efek samping diuretic (mis: hipotensi ortostatik, hypovolemia, hipokalemia, hiponatremia

Terapeutik:

1.       Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama

2.       Batasi asupan cairan dan garam

3.       Tinggikan kepala tempat tidur 30 – 40 derajat

Edukasi:

1.       Anjurkan melapor jika haluaran urin < 0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam

2.       Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 kg dalam sehari

3.       Ajarkan cara membatasi cairan

Kolaborasi:

1.       Kolaborasi pemberian diuretic

2.       Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretic

3.       Kolaborasi pemberian continuous renal replacement therapy (CRRT), jika perlu

4.       Kolaborasi Hemodialisa

2.

Gangguan Rasa Nyaman b.d Gejala Penyakit

Tingkat nyeri (L.08006)

Setelah dilakukan intervensi keperawatan 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil :

1.    Keluhan nyeri menurun

2.    Meringis menurun

3.    Gelisah menurun

4.    Kesulitan tidur menurun

5.    Frekuensi nadi membaik

SIKI : Manajemen Nyeri (1.08238)

Observasi

-     Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kuaiitas, intensitas nyeri

-     Identifikasi skala nyeri

-     Identifikasi respons nyeri non verbal

-     Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

-     Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

-     Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

-     Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

-     Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan

-     Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik

-     Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)

-     Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)

-     Fasilitasi Istirahat dan tidur

-     Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi

-     Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

-     Jelaskan strategi meredakan nyeri

-     Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

-     Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

-     Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

3.

Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif d.d disfungsi ginjal

Perfusi Renal (L.02011)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3×24 jam, maka diharapkan perfusi renal meningkat dengan kriteria hasil :

1.      Jumlah urine meningkat

2.      Tenakan arteri rata-rata membaik

3.      Kadar urea nitrogen darah membaik

4.      Kadar kreatinin plasma membaik

Perawatan Sirkulasi 1.02079

Observasi

1.      Periksa sirkulasi perifer (mis. nadi perifer edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ankle brachial index)

2.      ldentifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis. diabetes, perokok, orang tua, hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)

3.      Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitaso

Terapeutik

1.      Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi

2.      Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan perfusi

3.      Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang cedera

4.      Lakukan pencegahan infeksi

5.      Lakukan perawatan kaki dan kuku

6.      Lakukan hidrasi

Edukasi

1.      Anjurkan berhenti merokok

2.      Anjurkan berolahraga rutin

3.      Anjurkan mengecek. air mandi untuk menghindari kulit terbakar koidn menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan penurun kolesterol, jika perlu

4.      Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur

5.      Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta

6.      An!urkan melakukan perawatan kulit vang tepat (mis. melembabkan kult kering pada yarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis. rendah lemak jenuh, minyak ikan

7.      Anjurkan program rehabilitasi vascular omega 3)

8.      Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (mis. rasa sakit yang tidak hilang saat Istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)

4.

Resiko defisit Nutrisi d.d. faktor psikologis (keengganan untuk makan) (D.0032)

Status nutrisi (L.03030)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3×24 jam, maka diharapkan status nutrisi membaik dengan kriteria hasil :

1.      Porsi makanan yang dihabiskan meningkat

2.      Berat badan membaik

3.      Indeks massa tubuh (IMT) membaik

4.      - Frekuensi makan membaik

Manajemen Gangguan Makan (1.0311)

Observasi :

1.    Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori

Terapeutik :

1.    Timbang berat badan secara rutin

2.    Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas fisik (termasuk olahraga) yang sesuai

3.    Lakukan kontrak perilaku (mis. target berat badan, tanggung jawab perilaku)

4.    Dampingi ke kamar mandi untuk pengamatan perilaku memuntahkan kembali makanan

5.    Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target dan perubahan perilaku

6.    Berikan konsekuensi jika tidak mencapai target sesuai kontrak

7.    Rencanakan program pengobatan untuk perawatan di rumah (mis. Medis, konseling)

Edukasi :

1.    Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi pemicu pengeluaran makanan (mis. pengeluaran yang disengaja, muntah, aktivitas berlebihan)

2.    Ajarkan pengaturan diet yang tepat

3.    Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah perilaku makan

Kolaborasi

Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan makanan

5.

Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d kekurangan volume cairan

Perfusi Perifer (L.02011)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3×24 jam, maka diharapkan perfusi perifer meningkat dengan kriteria hasil :

1.      Denyut nadi perifer meningkat

2.      Edema perifer menurun

3.      Nyeri ekstremitas menurun

4.      Turgor kulit membaik

5.      Pengisian kapiler membaik

6.      Indeks ankle-brachial membaik                 k45tyu0[[

 

Pencegahan Syok (1.02068)

Observasi :

-       Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD.

-       MAP)

-       Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)

-       Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)

-       Monitor tingkat kesadaran dan respon pupilo

-       Periksa riwayat alergi

Terapeutik :

-       Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%

-       Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jka perlu

-       Pasang jalur IV, jika peru

-       Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine, jika perlu

-       Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi

Edukasi :

-       Jelaskan penyebab/faktor risiko syok

-       Jelaskan tanda dan gejala awal syok

-       Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala awal syok

-       Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

-       Anjurkan menghindari alergen

Kolaborasi :

Kolaborasi pemberian IV, jika perlu

- Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu

- Kolaborasi pemberian antiinfalamasi, jika perlu


 


4.      IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

     Keperawatan Implementasi adalah fase Ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan, implementasi merupakan Langkah keempat dari proses keperawatan yang telah di rencanakan oleh perawat  untuk dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk   mencegh, mengurangi, dan menghilangkan dampak  atau respom yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan (Ali,2016)

 

5.      EVALUASI

    Keperawatan Evaluasi adalah penilaian hasil dari proses penilaian hasil menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari Tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Dewi, N. P. I. P. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN INTOLERANSI AKTIVITAS PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE STAGE V POST HEMODIALISIS DI RUANG HEMODIALISA RSUD SANJIWANI GIANYAR [Diploma, Poltekkes Kemenkes Denpasar]. http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/7441/

Jayanati, I. (2023). Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) on Hemodialisa dengan Intervensi Inovasi Pemberian Obat Kumur Rasa Mint Terhadap Penurunan Rasa Haus di Ruang Hemodialisa RSUD Taman Husada Bontang. https://dspace.umkt.ac.id//handle/463.2017/3338

Nor Mubarak, A. (2022). Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien Chronic Kidney Disease dengan Inovasi Terapi Musik Suara Alam untuk Penurunan Tekanan Darah di Ruangan Intensive Care Unit (ICU) RSUD Aji Muhammad Parikesit. https://dspace.umkt.ac.id//handle/463.2017/3276

Rauf, M. F. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. H.M.N DENGAN CHRONIC KIDNEY DISEASE STAGE III-A DI RUANGAN PADMANABA TIMUR RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA [Skripsi, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta]. https://doi.org/10/MOH.%20FIRMANSYAH%20RAUF_P07120521006.pdf

Rinirahayu, S. (2018). Identifikasi Waktu Pencapaian Penyelesaian Masalah Gangguan Pertukaran Gas Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Edema Paru Yang dilakukan Tindakan Hemodialisis [Other, Universitas Muhammadiyah Surabaya]. https://repository.um-surabaya.ac.id/3336/

Tri, L. (2022). Analisis Praktik Keperawatan pada Kasus Gagal Ginjal Kronik dengan Intervensi Terapi Murottal Al-Qur’an untuk Meningkatkan Kualitas Tidur pada Pasien Hemodialisis. https://dspace.umkt.ac.id//handle/463.2017/3336

 Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2016). Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI


DOWNLOAD FILENYA

Comments

Popular posts from this blog

DOWNLOAD CONTOH SURAT LAMARAN DAPUR MBG

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AN. M.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS KEJANG DEMAM (HIPERTERMIA)

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SYOK SEPSIS DI RUANG ICU